Part VIII

57 1 0
                                    

Lalu Sebastian menarik aku keluar hingga sampai ke parkiran motor. Tidak satu katapun keluar dari bibirku. Aku hanya terus menangis. Dia memakaikan helm untukku. Dia menyuruhku naik. Dan dia membawaku pergi.
Akhirnya kita sampai di sebuah taman. Jaraknya lumayan jauh dari sekolah. Air mataku sudah habis karna sepanjang perjalanan aku terus menangis. Aku marah kepada diriku sendiri. Aku sangat egois. Aku berpikir apa yang Sebastian rasakan saat ini. Dia tau bahwa aku masih memiliki perasaan kepada orang yang keberadaannya entah dimana.
Lalu Sebastian menarik tanganku dan duduk.
"Shafa." Dia memanggilku. Aku hanya bisa mendudukan kepalaku. Aku tidak sanggup melihat wajahnya.
"Shafa, jangan maksa perasaan lu gini dong. Gue ga mau liat lu nangis lagi. Please fa." Kata Sebastian sambil memegang tanganku. Aku mencoba membuka mulutku yang dibasahi oleh air mata. "Maaf.. Maafin aku Sebastian. Aku gatau apa yang ada dipikiran aku sekarang. Aku bodoh." Tanganku spontan menutup kedua mataku. Dengan sigap Sebastian menarik badanku lalu memelukku sangat erat. Aku merasakan tubuhnya yang hangat dan detak jantungnya yang tak beraturan.
"Fa, apapun itu. Gue mau selalu ada buat lu. Apapun gue lakuin biar lu bahagia."
Dengan perlahan aku melepaskan pelukannya. Aku hanya bisa menunduk. Lalu tangannya mengusap air mataku dan dia mengangkat daguku. Tapi aku tidak bisa melihat kebahagiaanku disitu. Dimatanya.
"Fa, gue ngerti apa yang lu butuhkan. Lu butuh Radit kan? Dan bukan gue yang lu inginkan."
Aku tidak dapat menjawab satu patah katapun. Aku kembali menunduk. Aku mengepalkan tanganku begitu kuat. Aku butuh jawaban dari dalam hatiku sendiri. Tapi Sebastian tau jawabannya.
"Fa, ga enak kali cinta itu di paksa. Gue ga maksa lu jadi pacar gue kan? Sama skali engga. Gue cuma mau lu bahagia. Dan ga ngerasain sakit. Cuma itu Shafa."
Perasaanku saat itu sangatlah penuh dengan keraguan. Tapi hati dan otak ku tak berjalan selaras.
"Radit." Satu kata yang keluar dari pikiranku. Entah mengapa dari berjuta kata yang bisa ku bilang. Kenapa harus kata itu yang keluar?
Lalu Sebastian menggenggam tanganku. Dan berkata..
"Udah gue duga ko. Kalo emang dia kabahagiaan lu. Gue bakal cari tau dia dimana."
Aku sangat terkejut. Langsung aku mengadahkan kepalaku ke matanya.
"Lu ga salah bilang kan?" Dengan mata yang terheran-heran aku menanyakan itu kepadanya.
"Ga ada yang salah. Gue serius."
"Lu tau dia udah ngilang berapa lama kan?" Jawabku.
"Tau ko. Dan itu ga akan lebih lama lagi... Gue sayang sama lu fa. Tapi gue lebih milih buat mencari kebahagiaan lu."
Lalu dia menarik tanganku. Lagi.

*Makasih ya buat yang setia baca. Walaupun lama updatenya. Maaf ya. Enjoy:)*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang