Part V

111 7 1
                                    

Aku pun tidak bisa bergerak. Mukaku memerah dan jantungku berdetak seribu kali lipat. Aku pun tidak bisa menghela nafas.
"Fa, mau tau sesuatu ga?"
"A..aa..apa?"
"Ko muka lu merah? Hahaha lucu" sambil mencubit pipiku.
"Ih apaan sih? Siapa suruh deket-deket?!" aku melepaskan tanganku dan mundur satu langkah. Tapi dia malah memegang tanganku dan menarik badanku kedalam pelukannya. Aku tak bisa bergerak karna pelukannya sangatlah erat.
"Shafa... Lu masih takut jatuh cinta?"
"Gue masih takut. Takut kehilangan."
"Fa, gue sayang sama lu. Bener-bener tulus. Gue mau ngejagain lu" pelan-pelan aku melepaskan pelukannya dan aku memegang tangannya. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri. Memberanikan hal itu terjadi lagi. Jatuh cinta. Sungguh aku tidak siap untuk memulainya dari awal.
"Sebastian, kita bisa tetep kaya gini kan? Kaya biasanya. Gue sayang sama lu. Tapi gue ga mau terlalu cepat. Gue takut karna masa lalu gue."
"Iya gue ngerti. Kita coba pelan-pelan. Gue bakal nunggu sampe lu siap ko. Gue ga sama ka dia. Gue ga akan ninggalin lu."
"Gue juga masih belum bisa percaya sama lu dan sama diri gue sendiri. Tapi gue bakal berusaha ko. Makasih tian" aku pun kembali memeluknya dengan erat sambil menangis. Aku benar-benar tidak mau membuat hidupku hancur lagi karena cinta. Itu sangat sangat menyakitkan.
"Shafa, yuk pulang. Udah sore banget."
"Iya ayo."

*sampai di rumah*
"Ga mau masuk dulu?" aku bertanya sebastian yang masih duduk dimotornya. Tiba-tiba mama keluar dari pintu rumah.
"Eh shafa udah pulang. Ayo masuk. Itu ajak temennya. Mama udah siapin makanan nih."
"Iya ma. Bentar lagi masuk!" aku melihat muka sebastian yang memelas.
"Tuh disuruh masuk. Cepetan. Aku udah laper."
"Iya deh." dengan muka yang gerogi diapun masuk ke rumah.

"Makanan tante enak ya." dia tersenyum ke arah mama sambil melahap makanan.
"Iya dong. Tante kan koki paling hebat dirumah ini. Hehe. Eh tante tinggal sebentar ya. Mau ke tidur dulu nih."
"Oke deh tan. Makasih banyak makanannya" akhirnya mamaku meninggalkan kami berdua di meja makan.
"Fa, gue boleh tanya sesuatu?"
"Boleh ko" sambil menghabiskan makananku.
"Gue boleh tau ga cerita tentang cowo itu? Gue ga mau mengulangi kesalahan kaya dia." saat mendengar itu aku tertegun. Aku terdiam sejenak. Berpikir. Itu membuat aku teringat segala hal tentang dia. Lelaki brengsek itu. Lelaki yang bernama Radit. Lelaki yang membuat hidupku benar-benar hancur.
"Iya boleh. Dia pacar pertama gue sejak kelas 1 SMP. Disitulah pertama kalinya gue ngerasain apa yang gue rasain sekarang sama lu."
"Terus kenapa kalian putus?"
"Kita ga pernah putus. Waktu lulus SMP kita sama-sama mau ngedaftar ke SMA yang sama. Dan waktu hari pertama masuk sekolah dia ga ada. Gue telfon dan hubungin dia berkali-kali tapi dia ga jawab. Setelah berhari-hari gue nungguin dia di depan gerbang sampe bel masuk, tiba-tiba mamanya muncul dan memberikan sebuah surat." kemudian aku berlari ke kamarku dan mengambil surat dari kotak yang berisikan semua barang tentang Radit. Dan aku pun kembali ke meja makan.
"Ini suratnya." aku membuka dan membacakan isinya...

*Makasih yang masih baca :) semoga tetep mau ngelanjutin. Maaf kalo masih ga jelas hehe*

Lost LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang