Chapter 5

14.4K 611 15
                                    

"Lo kenapa sih del?" sesampainya dirumah rasa penasarannya tidak bisa ditahan lagi Nadia langsung menanyakannya kepada Adel.

Hening

"Aku tanya kamu kenapa Adelia Natasha?" dengan nada lebih lembut namun tegas menuntut jawaban.

Kalau Nadia atau Adel memakai aku kamu itu berarti mereka lagi serius.

"Aku gak papa. Tadi cuma mendadak sakit perut aja. Biasa lah tamu bulanan" jawab Adel sambil tersenyum untuk meyakinkan Nadia.

Adel tidak mau sahabatnya ini khawatir atau bahkan mengamuk kalau dia cerita apa yang terjadi sebenarnya. Karna Adel masih ingat bagaimana emosinya Nadia saat dia tau keadaannya yang bisa dibilang mengenaskan.

Dia ingin meyimpan dulu kehadiran Reza atau bahkan dia akan melupakannya saja kalau dia bertemu dengan laki-laki yang merusak masa depannya itu.

Terdengar helaan napas Nadia "ya udah kalo lo gak papa. Gue mau ganti baju dulu" sambil berlalu keluar kamar Adel.

****

Kenapa mencintai sesakit ini?
Kenapa mencintai sesulit ini?
Apakah mencintai itu salah?

Kenapa disaat aku merasa bahagia dengan adanya cinta tapi aku juga merasakan betapa sakitnya mencintai?

Apakah cintaku ini salah buat kamu?

Banyak pertanyaan yang berputar-putar dikepala menuntut jawaban.

Kenapa disaat aku bahagia dapat merasakan apa itu cinta, yang kata orang bisa membuat hati dan pikiran kita selalu ceria.

Setiap harinya ada saja hal-hal tidak terduga yang kita lakukan bersama pasangan.

Tapi kenapa kebahagian itu hanya bertahan sementara? Kebahagian itu hilang begitu saja karna kejadian naas itu.

Dengan hembusan napas kasar sambil memejamkan matanya Adel mengingat bagian kebahagiaannya bersama lelaki yang menjadi cinta pertamanya.

****

Seperti biasa seperti hari-hari sebelumnya Adel memulai pekerjaannya sebagai office girl membersihkan lantai ruangan bos besarnya.

Setelah selesai dia kembali ke dapur untuk membuatkan teh untuk bosnya itu. Sejak Adel yang membuat teh saat itu sampai sekarang tugas itu menjadi tanggung jawabnya.

"Woii ngelamun aja lo" tiba-tiba Asep datang mengejutkan Adel yang tidak terlihat dari biasanya.

"Ehh enggak gue lagi cape aja" balas Adel sambil tersenyum.

Melihat raut wajah Asep yang sepertinya melihat dia dengan tatapan menyelidik Adel buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa berbohong atau menyembunyikan sesuatu pada Asep.

"Lo mau cerita sama gue?" dengan ucapan lembutnya Asep bertanya. "Kali aja beban pikiran lo sedikit berkurang".

"Gue nggak bisa cerita sekarang ya bang" jawab Adel meminta pengertiannya.

****

"Hai bro" sapa Rendra kepada Reza.

Namun yang disapa hanya diam. Rendra menatap sahabatnya itu kasihan. Raganya memang sehat dan baik-baik saja namun siapa yang tau bagaimana keadaan batin Reza. Sebagai sahabatnya ia bisa melihat bagaimana keadaan batin Reza.

Jiwanya sangat terganggu. Hampir saja Rendra dan keluarnya Reza membawanya ke psikolog untuk mengurangi beban kejiwaannya.

Rendra berjalan mendekati Reza yang duduk di kursinya. Benar-benar seperti orang yang tidak memiliki harapan. Matanya menatap lurus kedepan namun tidak ada yang menarik untuk dipandangnya. Hanya tatapan losing.

"Ehh Lo" Reza tersadar dari lamunannya.

Rendra hanya bisa menatap nanar sahabatnya ini.

"Sudah waktunya makan siang. Lo mau makan dimana" tanya Rendra mencoba mengajak Reza ngobrol.

"Hmm cafe depan aja" jawab Reza sambil menutup laptop dan berjalan ke arah Rendra.

"Udah lo gak usah khawatir, gue gak apa-apa cuma setres banyak kerjaan" ucap Reza menepuk bahu Rendra dan mengajaknya keluar ruangan.

Setidaknya gue masih punya sahabat dan keluarga yang selalu dukung gue.

*****

Akhirnya update juga hehehe. Selamat liburan buat kalian. Jangan lupa baca cerita baru aku School Love Story hehe.
Vote dan comment yaa:)

Perfection BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang