1

353 30 5
                                    

Matahari bersinar terik. Siswa yang  tergabung dalam klub basket mengeluh dalam hati. Pak Jono,-pelatih mereka- memelototi anak didiknya yang sedang melakukan latihan guna mempersiapkan kejuaraan basket antar sekolah menengah atas se- Jakarta yang akan diadakan bulan depan.

Puff

Gadis itu duduk di tribun paling atas. Angin menyapu rambut sebahunya lembut. Matanya tampak jelalatan mengikuti pergerakan salah satu cowok yang sedang berlatih basket tersebut. Novel favorit yang nangkring dipangkuannya pun, terlihat kurang menarik. Kini perhatian cewek itu seratus persen miliknya.

PLAK

"ANJRIT."

Nabila menggelengkan kepalanya sambil membuat mimik wajah yang diimut-imutkan, "Ewh. Bad word, Lala."

Gadis yang dipanggil Lala itu mendengus. Ia tidak memedulikan lagi kedatangan 2 cewek rese yang sempat mengalihkan perhatiannya walapun hanya beberapa detik .

Milia yang tadi menggeplak lengan lala merasa terabaikan. Gadis pentolan sekolahan itu sekali lagi dengan kekuatan babonnya, menggeplak lengan Lala.

PLAK

"Huaaaaaaaaaaa!"

Lala rasanya mau nangis. Gila aja lengannya panas gara-gara ditabok Mili yang udah sabuk hitam karate dan taekwondo.

"Sakit, bego!"

Mili terkekeh garing, "Lo sih, kalo udah liatin itu, selalu lupa sama kita-kita."

"Najis."

Nabila menyahut, "Btw lagi apa sih La, disini? Kan banyak hantu," ujarnya.

Mili mendecak. Heran kenapa sahabatnya nggak ada yang normal. Satunya bisa lupa daratan kalo udah ketemu man crush nya, satunya lagi jengkelin dan kadang lemot minta ampun.

Rasanya Cuma Mili yang paling normal disini.

"Nab, lo telat nanyanya. Lo kira dari tadi kita bahasin si-"

"OH LAGI LIATIN KAK ERVAN YHAA?!"

DANG!

Gini nih yang nggak disukai Lala kalo Nabila udah agak nyambung. Cewek itu bakal dengan keras-keras menyuarakan apa yang dipikirkannya.

"NABILA RESE!"

Mili tertawa, "Kurang kenceng Nab, teriaknya." Mili mengangkat telapak tangannya, mengajak Nabila untuk ber high-five.

Nabila malas ber high-five. Akhirnya tangan Mili nganggur. Cewek itu baper.

Lala lagi-lagi mendengus. Untung saja lapangan jauh lebih ramai dan orang-orang terlalu sibuk menyaksikan anak-anak basket yang mayoritas terlihat gorgeous saat berlatih. Jadinya, kemungkinan besar mereka tidak terlalu mendengar teriakan cempreng Nabila.

Grr ..

Lala mupeng lihat Ervan yang berpeluh-peluh sambil menahan panas tetapi masih bis atersenyum.

Damn! Boleh nggak Lala usapin keringatnya?

***

Lala mengetuk-ketukkan jarinya di meja.

Hm.. Makan apa ya, enaknya?

"OY La! Cepetan. Keburu rame kantinnya ini."

Lala mendecak, "Iya iya bawel. Gue bingung nih pilih yangamna," ujarnya ,"Ergh, samain aja lah pilihannya sama si Nab."

Mili mendengus. Cewek itu segera menuju stand Bu Lusi untuk memesan makan siang.

Lala mengedarkan pandangannya. Seperti biasa, kantin selalu ramai. Apalagi ini sudah jam makan siang. Siswa-siswi Nusa Bangsa berbondong-bondong menuju kantin guna mengisi amunisi untuk berperang. Halah!

Speak NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang