Prolog

50 3 2
                                    

"Tetap hubungi gue, ya"

Suara Dimas yang khas itu mengantar kepergianku.

Sial, dia semakin membuatku tak ingin meninggalkannya.

"Tenang aja, Dim. Gue pasti nelpon lo kok."

"Oh iya, kalo lo ada waktu, main ya ke London. Nih alamatnya"

Aku berkata menenangkannya sembari menyodorkan sepucuk kertas alamat rumah baruku di London.

Dimas mengantar sampai ke bandara. Kami saling tatap menatap satu sama lain. Kulihat wajah Dimas yang sepertinya tidak merelakan kepergianku. Spontan aku langsung memeluknya.

"Jangan pergi, Rose" bisiknya.

Aku mengelus pundaknya. Menenangkannya seperti biasa. Aku berusaha tersenyum untuk menahan air mataku.

"Lo kan bisa main ke London Dim kalo lo kangen gue. Pintu rumah selalu terbuka buat lo kok Dim"

"Gue tau, Rose tapi kapan? Gue sendiri disini sibuk. Seenggaknya kalo lo disini gue pasti bakalan ketemu lo tiap hari. Sepi gaada lo."

Aku hanya tersenyum dan kembali mempererat pelukannya.

"Gue juga ga bisa jauh-jauh dari lo, Dim. Lo udah kayak kakak gue sendiri"

Aku berbisik pelan. Aku benar benar tak ingin kehilangannya. Dia sudah seperti kakak ku sendiri.

Aku melepas pelukannya.

"Gue harus pergi, Dim"

Dia tetap memegangi tanganku. Aku pun tak melepas genggamannya. Aku melangkah pelan sehingga genggamannya terlepas. Aku segera memalingkan wajahku dari Dimas. Aku tak sanggup melihatnya.









Hahahahaha. Jelek ya? Emang.

Sumpah amatiran banget gue.


cuma modal sering baca baca novel doang wa wkwkw.

Tapi gue pastiin chapter - chapter yang selanjutnya bakalan serukk haha

Vomments  yayayayaa...

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang