Chapter 2

36 3 0
                                    

Di dinding atas kasur sudah ada Poster besar boyband kesukaanku. One Direction. Kalau begini suasananya, aku akan betah di kamar.

Aku segera merebahkan diri di atas kasur terempuk di dunia. Haha. Aku jadi teringat Dimas. Sedang apa ya dia disana?

Ah, untungnya aku masih mengingat id skype Dimas. Aku segera mengambil macbook di atas meja belajar.

DimasF17

"Oh, ayolah, Dimas"


"YEAYYYYY"

Pekikku saat Dimas meng answer call skype dariku. Tak kusangka Dimas masih on skype. Padahal sudah selarut ini. Oh iya, mungkin disana masih siang.

"Hai, Rose" Sapaan hangat nya membuyarkan lamunanku.

"Haii, Dim"

"Bagaimana dengan London? Sedang musim apa disana."

"London baik-baik saja, Dim. Disini lagi musim semi."

"Lo udah ketemu Harry? Gimana orangnya?"

"Udah, Dim. Gila. Bokap tiri gua keren juga."

"Wiihh, gak sabar gue pengen ke London. Gimana kuliah lo?"

"Besok gue udah mulai kuliah. Dan lo tau? Gue udah diizinin sama Mom ke kampus make salah satu mobil mewah Harry. Hell yeah!"

"Tajir juga bokap lo. Gue turut seneng deh ya"

"Tapi, gue agak canggung ke kampus besok. Gue grogi bakalan ketemu teman baru dan semuanya baru"

"Tenang aja, Rose. Lo orangnya mudah bergaul, supel. Pasti lo gampang dapet temen baru. Trust me."

"Gaya apa sih lo, pake bahasa inggris haha. Iya, Dim. Gue juga berharap begitu. Udah dulu ya, Dim. Disini udah malem banget."

"Okay, Da-ah"

Aku yang mematikan call nya terlebih dulu. Aku tidak rela kalau sampai dia duluan yang mematikan call nya. Haha.

Aku menutup macbook ku perlahan. Sembari membayangkan Dimas tadi. Astaga, Dia sangat tampan. Sweater kombinasi abu-abu merah itu sangat klop dengannya.

Ah, kapan ya Dimas kesini?. Hft.

Aku segera merebahkan tubuhku di kasur. Dan tidak lupa untuk mengaktifkan alarm. Aku memang tipe orang yang susah dibangunkan. Aku harap aku dapat mendengar suara alarmnya besok.

***

Sinar matahari masuk menyusupi celah-celah jendela di kamarku. Suasana pagi di London memang sangat indah.

Cahaya matahari yang menyilaukan, tapi menyegarkan mata dan suara kicauan burung-burung yang merdu membuat suasana pagi disini sungguh berbeda dengan di Indonesia.

Aku turun ke dapur untuk membuat secangkir coklat panas. Seperti itulah kebiasaanku di pagi hari.

Aku menyesap sedikit demi sedikit coklat panas yang kubuat ini dan langsung membawanya ke kamar.

Sesampainya di kamar, aku segera mengecek ponsel. Oh, god banyak sekali text dari Dimas. Aku balas text nya dan segera menghirup sisa coklat panas terakhirku.

Aku melangkah pelan menuju balkon. Merasakan udara segar musim semi di London. Aku dapat melihat banyak burung yang berterbangan disini.

Shit. Tiba-tiba aku teringat hari ini hari pertama kuliahku. I hate that. Aku segera melangkah malas menuju kamar mandi.

Tanktop hitam dan kemeja flannel warna merah terlihat keren. Aku segera mengenakannya. And, now for more hipster looks, Ripped jeans dan sepatu converse.

Simple tapi keren.

"Pagi, Rose" sapaan Mom yang hangat sangat menenangkanku pagi ini.

"Pagi, Mom"

"Kemari, Rose. Mom sudah membuatkan breakfast kesukaanmu. Croissant"

"Aww, thank you, Mom" aku mengecup pipinya seraya menarik kursi.

Aku segera menyambar sebuah roti croissant dan melumurinya dengan madu.

"Enak sekali, Mom"

"Terima kasih, Rose"

"Pagi, semuanya" Harry datang dengan dasinya yang masih berantakan.

"Pagi, Harry." Sapa Mom sambil menyiapkan roti croissant untuk Harry.

"Seriously? Croissant?" Harry bertanya sambil mengangkat satu alisnya dan tersenyum yang miring yang uhm...mungkin lebih terkesan menggoda.

"Ya, Harry. Ini breakfast kesukaan Rose."

"Oh, ya ini hari pertamamu kuliah kan, Rose? Mau kuantar?"

"Oh, tidak usah. Terima kasih banyak, Harry. Kau tidak usah repot-repot. Lagipula, Mom sudah mengizinkanku menggunakan salah satu mobil mewahmu."

"Okay, Rose. Tapi hati-hati saat berkendara di jalanan London. Kuharap kau bisa cepat menyesuaikan diri."

"Kuharap juga begitu, Harry"


Harry mengangguk yakin padaku dan segera bangkit dari kursinya. Mom segera merapikan dasi Harry dan mengantarnya sampai ke depan pintu.

Harry memeluk erat Mom sebelum pergi. Harry sangat mencintai Mom. Tidak seperti ayah kandungku yang kasar dan seorang pemabuk.

"Kau tidak berangkat, Rose?"

Aku melihat jam tangan. Benar saja. Aku sudah terlambat.

"Y-ya, Mom. Aku berangkat sekarang" aku langsung berlari ke depan pintu.

"Rose!! Stop!! Kau lupa dengan ini?" Ujar Mom panik sembari memberikan kunci mobil.

"Oh, my god. Thanks Mom" aku mengecup pipinya cepat dan segera berlari menuju garasi.

***

"Da-ah" aku membuka kaca mobil dan melihat Mom yang sesang melambai-lambai kearahku. Oh, god i love her so much.

Aku memarkirkan mobilku disamping mobil-mobil mewah milik mahasiswa di Oxford University ini. Ternyata, jalanan London tidak semengerikan yang Harry kira.

Wow, ternyata bukan hanya aku saja yang menggunakan mobil mewah ke kampus.

Aku segera berlari menyusuri koridor sembari mencari di setiap lorong dimana kelasku berada.

Astaga, aku sudah terlambat. Aku hanya berdiri di ambang pintu layaknya orang bodoh. Untungnya, lelaki paruh baya itu melihatku disini.

"Hei, Miss, apakah kau mahasiswi baru disini?"

"Yeah, Sir."

"Silahkan masuk dan perkenalkan dirimu di depan kelas."

"Hello, guys. Namaku Rosemary Finn. Kau bisa memanggilku Rose."


Aku menatap seisi kelas. Mereka terlihat bosan. Mereka juga tidak memperhatikan keberadaanku disini. Tidak ada satupun yang membalas sapaanku. This is weird. Aku kalut.

Tapi tidak dengan seorang cowok blonde di ujung sana. Dia memperhatikanku sedari tadi sambil sesekali melambaikan tangan.





Haeeeee

Maaf baru update wkwk

Abis pada silent reader semua Males.

This part dedicate to my friends who already voted my work.

Yang laen juga pada vomments kek elah.

Dih gue maksa.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang