Saat turun dari eskalator, Aku langsung melihat Mom yang membawa sebuah karton besar bertuliskan namaku.
"MOM!!!"
Pekikku sambil berlari menuju ke arah mom dan langsung memeluknya.
"Senang melihatmu, Rose. Mom rindu padamu. Bagaimana keadaan Dimas disana?"
"Dimas baik baik saja. Dia hanya sedikit sedih saat aku meninggalkannya"
"Tak apa, sayang. Kau akan cepat bergaul dan mendapatkan banyak teman baru disini."
Tapi tak akan ada yang bisa sama seperti Dimas.
Mom segera menarikku dan bergegas menuju Mobil. Astaga RANGE ROVER. Aku yakin itu milik Harry.
Asal kau tahu, Mom sudah dua kali menikah. Mom bercerai dengan Dad saat aku berusia 7 tahun. Setelah 3 tahun, akhirnya Mom dilamar dan menikah dengan Harry, seorang pengusaha sukses di London. Tak heran sekarang Mom selalu bergonta ganti mobil.Semenjak Mom menikah, Mom pindah ke London untuk mengikuti suami barunya, Harry.
Aku? Aku sendiri tinggal bersama nenekku di Indonesia. Mom hanya mengunjungiku satu bulan sekali.
Hanya Mom sendiri. Aku belum pernah melihat Harry secara langsung. Bahkan saat Mom sudah memiliki 3 anak dengan Harry, aku hanya melihatnya dari foto. Belum pernah melihat secara langsung.
Saat lulus SMA, Mom memintaku agar kuliah disini. Di Oxford University, London. Aku dengan senang hati menerima tawarannya. Kapan lagi aku bisa kuliah di universitas ternama. Come on, guys this is Oxford! .
Hanya satu hal yang memberatkanku. Dimas. Ya Dimas. Cowok blasteran Arab-Indonesia ini sangat menawan. Banyak cewek cewek yang menyukainya tapi setahuku, dia tidak pernah memiliki pacar. Kalau aku tanya soal itu, dia selalu menjawab
"Aku sedang menunggu seseorang"
Dan selalu disertai dengan kekehan khas nya.
Hmm...
Dia teman kecilku. Dimas memiliki panggilannya sendiri untukku.
Kita sudah terlalu banyak menghabiskan waktu bersama. Aku tahu aku akan selalu merindukan Dimas. Kuharap dia akan sering datang mengunjungiku.
"Rose, Apa kau baik-baik saja?"
Mom berkata menyadarkan lamunanku.
"Ya, ya, aku baik-baik saja"
"Silakan masuk Rose, Semuanya telah menunggumu."
Aku hanya mengangguk. Aku masih tak bisa terbangun dari lamunanku. Aku berjalan pelan untuk menahan diriku supaya tidak tumbang.
Aku melihat balon balon pink terang yang menggantung di udara. Aku tak bisa lama lama menatapnya. Warna nya sangat memusingkan.
Aku segera berpaling menuju tulisan "Welcome Home, Rose" . Aku terkesan dengan kejutannya. Begitupun Mom.
"Kamu kakakku ?"
Seorang anak kecil yang manis itu. Sepertinya itu yang namanya Harper. Ternyata, dia lebih terlihat manis dibanding di fotonya.
"Ya, sayang. Mulai sekarang aku kakakmu. Kau bisa memanggilku Rose"
"Yeah, akhirnya aku punya kakak perempuan."
Begitu katanya.
Dia segera memelukku erat. Aku membalas pelukannya.
Tiba-tiba ada 2 orang anak laki-laki. Kembar. Mereka berdua tampak menyebalkan. Tampang mereka sangat berantakan.
Ew, Noda apa itu? Apakah mereka habis bermain main dengan lipstick Mom?
Tak lama Mom datang dengan wajah gusarnya dan langsung menjewer mereka berdua.
Benar saja dugaanku. Dasar anak nakal.
Mereka langsung bergidik ngeri menatap Mom dan berlari ke lantai atas diikuti Mom dengan wajah penuh amarah. I can feel it, Mom.
Mom meninggalkanku berdua saja dengan Harper disini. Tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menuju ke sini. Kurasa itu Harry. Ternyata Harry yang asli lebih terlihat keren dibandingkan di foto yang diberi Mom.
"Selamat datang di rumahku yang sederhana ini, Rose"
What? Sederhana dia bilang? Oh god, ini mewah... Maksudku lihat saja halaman depannya, barisan mobil mobil mewah yang terparkir rapih dan semak-semak yang di relief sedemikian rupa. Serta ada air mancur yang bagus disana.
Bagian dalam rumahnya juga dihiasi dengan lukisan lukisan yang AKU YAKIN itu adalah lukisan mahal. Apalagi di setiap sudut dan di etalase, Mom mengoleksi guci guci antik dan segala macam jenis berlian.
"Aku yakin kau pasti lelah. Kamarmu disebelah sana"
Harry menunjuk ke lantai atas. Membuatku segera mendongak ke atas dan aku segera melihat sebuah pintu berwarna putih tulang dengan kusen pintu yang unik. OH GOSH.
"Baiklah, Harry"
Aku tidak memanggil Harry dengan sebutan "Dad" entah kenapa aku tidak ingin memanggilnya seperti itu. Aku hanya akan memanggil "Dad" untuk ayah kandungku.
Harry mengikutiku dari belakang sembari membawa koper besar milikku dan berjalan mengikutiku naik ke lantai atas.
"Kita sudah sampai" ujarnya sembari membukakan pintu.
"Terima kasih, Harry." Aku melangkah pelan saking terkesan dengan kamarku yang baru ini.
Lihat saja kamar ini seperti yang selama ini aku impi impikan. Gantungan foto-foto polaroid di dinding. Astaga, dan kasurnya terlihat sangat empuk.
Di atas meja belajar sudah ada sebuah macbook dan di sudut sebelah sana sudah ada sebuah rak yang semuanya berisi novel. Ah, this is heaven.
Lanjutin? Enggak lanjutin enggak.
Hahaha dilema banget gua ya ampun. Udah dah ah yang penting vomments dah ya.
Lah mupeng.
Wkwkwk
Ps : Harry disini bukan Harry Styles yaa
