#He Must Be Kidding Me!
Adrian mengerjap kesal. Ini sudah mulai tak lucu lagi. Dia sudah berada berjam-jam di sini. Menunggu supir pribadi yang selalu setia menjemputnya. Dia sudah kesal. Kesal tingkat dewa. Tak seperti biasanya dia dibiarkan begini. Dia harus segera menelpon Papanya dan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Nomor yang anda tuju sedang..."
Sialan! Adrian mengumpat kencang. Siapa lagi yang harus dia telepon? Teman? Ah, dia tak pernah menganggap serius predikat itu. Mereka hanya kutu yang dengan senang hati akan hinggap di rambutnya dan membuatnya gatal. Sahabat? Dia tak punya! Siapa lagi yang dia punya selain Papanya? Mamanya sudah meninggal dunia, dan dia sebagai anak semata wayang tentu saja hanya memiliki Papa. Sosok itu selalu saja memberikan apa yang dia inginkan, juga selalu membuatnya merasa diperhatikan. Jadi tidak heran kan kalau dia jadi anak manja!
"Tuan Adrian?" Sebelum otaknya sempat berpikir, sebuah mobil berhenti di depannya. Tiga orang berjas hitam turun dan bertanya pelan.
"Iya. Kalian siapa?"
"Tuan harus ikut kami. Segera!" Tanpa menunggu persetujuan Adrian, "serdadu" bayaran mahal itu mulai menyeretnya lalu mendorongnya masuk ke dalam mobil. Adrian berteriak kencang, mencoba melepaskan diri. Namun orang-orang itu tak akan pernah melepaskannya. Lagipula, lihat saja! Badan Adrian tak sebanding dengan mereka.
"Lepasin gue!" Adrian memberontak dengan gigi gemeretuk gemas. Mereka tetap tak memperdulikan geraman Adrian. "Gue mau dibawa kemana?"
Mereka masih membisu. Adrian mencoba tenang meski jantungnya berdegup kencang. Dia harus tenang dan tidak boleh takut. Mana mungkin mereka menculiknya. Tak mungkin! Mobil yang mereka naiki sampai di sebuah rumah mewah. Tidak, ini lebih mirip villa! Jadi... siapa mereka?
"Silakan turun, tuan..." Orang-orang dalam mobil itu membukakan pintu. Adrian ragu, namun juga mulai berpikir licik untuk kabur. "Tuan tidak akan pernah bisa kabur. Di setiap penjuru ada penjaga... Jadi silakan ikuti langkah saya..." Seolah sudah mengetahui rencananya, para pengawal itu berkata tajam. Adrian melangkah mengikuti. Mencoba menurut meski dia harus mengumpat kesal. Langkah pengawal berjas itu berhenti di depan sebuah pintu yang terlihat besar dengan ukiran emas di kenopnya. Dari pintunya saja sudah terlihat mahal, bagaimana ya isi dalamnya?
Pintu itu terbuka dan menampakkan sebuah ruangan yang penuh dengan furniture mahal. Di salah satu sudut ruangan, ada seorang lelaki berdiri memunggunginya. Laki-laki itu memakai jas hitam. Badannya kokoh dan juga muncul aura mencekam di sekelilingnya. Adrian bergidik ngeri.
"Kami sampai, tuan..." Pengawal-pengawal itu memberi hormat. Tangan si "tuan" memberikan isyarat pada mereka untuk keluar, meninggalkan Adrian dan dirinya. Mereka menurut, lalu keluar ruangan dan menutup pintunya.
"Lo siapa?" Adrian menatap lelaki yang sedang memunggunginya itu dengan nada tak suka. Lelaki itu menghela nafasnya, lalu perlahan memalingkan wajahnya. Menoleh ke arah Adrian sambil tersenyum. Deg! Jantung Adrian serasa berhenti berdetak. Di depannya, berdiri sesosok lelaki yang luar biasa. Matanya tajam dengan alis tebal, hidung mancung, bibir tipis, ah.. belum lagi kumis tipis di atas bibir itu. Adrian mundur, apalagi saat merasa auranya benar-benar terasa... otoriter!
"Well... jadi ini putra tuan Firman?" Dia melangkah pelan ke arah Adrian. Adrian spontan mundur. Takut. Bahkan dia tak sadar kalau sejak tadi dia sudah gemetar.
"Jangan mendekat!!" Adrian masih mundur, seirama dengan langkah lelaki itu. Lelaki itu menatapnya, lalu tersenyum sinis. Kaki Adrian terhenti saat menyadari di belakangnya tak ada tempat untuk kabur lagi. Tubuhnya menempel di tembok belakangnya. Lelaki itu tersenyum dan mendekatinya. Kedua lengannya memenjarakan tubuh Adrian. Oh, jangan lupa tatapan tajam dan intens-nya itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Boy!
General FictionAdrian diculik!! Dia harus rela. Karena papanya yg merencanakan hal itu. Dia harus belajar banyak hal dari om penculik yg ternyata gangster berbahaya itu. Jadi si cantik ini harus tinggal di rumah... ah, atau villa ya? pokoknya dia harus menetap sem...