#Will, Listen Up!
Will itu tipe om-om keren hot yang suka bermain dengan para wanita. Banyak wanita seksi yang jatuh dalam permainan sex-nya. Will dicintai banyak wanita, baik yang lajang maupun yang sudah memiliki suami. Tapi Will tak pernah menaruh perasaan sedikitpun pada mereka. Will sudah mulai menyadari keanehan perasaannya akhir-akhir ini. Mood-nya terhadap sex dengan wanita-wanita itu mulai menghilang. Dia lebih senang mendengarkan celotehan Adrian. Lebih senang mendengarkan omelan-omelan dan segala macam keluhannya.
Juga, sejak kejadian waktu itu... Maksudnya sejak kejadian di mana Adrian dibawa ke hotel itu, Will mulai agak posesif. Agak keras. Disiplin. Bahkan dia sudah memerintahkan supir dan pengawalnya menunggu di depan gerbang sekolah untuk menjemput Adrian.
"Gue risih sama perlakuan lo akhir-akhir ini, om!!" Adrian mulai mengomel lagi seperti biasanya. Dia kesal. Marah. Padahal hari ini dia berencana untuk mengikuti Gusta. Dia ingin belajar hacking pada Gusta.
"Saya akan melakukannya. Saya tidak bisa percaya lagi pada kamu..."
"Kenapa?! Lo ragu sama kemampuan gue?"
"Bukan kemampuan kamu yang saya ragukan, boy! Tapi ada hal yang harus kamu ingat, boy... kerja dan urusan pribadi itu hal yang berbeda...."
Adrian berdecih lalu menjawab pelan, "Bahkan lo udah sering sex di ruang kerja lo!"
Will menatapnya dalam diam. Ini mulai membingungkannya. Dia sadar, dia juga tidak adil dan agak keterlaluan kali ini. Adrian tidak melakukan hal yang salah, tapi dia tetap saja tidak bisa melepaskan Adrian begitu saja. Ah, apa ya namanya.... Akhir-akhir ini mood-nya sering berubah mendadak. Terkadang dia jadi aneh. Pekerjaan adalah hal yang dia nikmati hingga saat ini. Namun ketika asyik dengan pekerjaannya, matanya selalu terusik untuk menatap foto Adrian. Lalu hatinya berdegup kencang. Dia ingin memeluk dan menatap Adrian saat itu juga. Mungkin inilah yang disebut kangen. Dalam hal sex pun Will selalu membayangkan sedang bersama Adrian. Ini sudah mulai gila!!
"Boy, dengarkan saya!"
"Lo otoriter!!" Adrian protes tak suka.
"Semua ini demi kebaikan kamu, boy!" Will berteriak tak kalah bengisnya. Will kesal. Dia marah. Dia hanya marah karena Adrian sama sekali tak mengerti perasaannya. Perasaan yang ingin menjaganya. Will hanya tidak ingin Adrian terluka. Dia tahu, Adrian selalu seperti itu. Selalu menentangnya.
"Gue mau pulang!!"
"Saya melarangnya, boy!"
"Terserah gue!!" Adrian sudah siap menghubungi Ayahnya kalau saja Will tidak menyerangnya. Will mencengkeram kedua pergelangan tangan Adrian dan merampas HPnya. Adrian terhempas begitu saja di meja kerja Will. Will menatapnya dengan raut aneh. Saat melihat Adrian di bawahnya begini.. dia jadi... Tidak, tidak! Will, sadarlah! Kamu sudah berjanji tak akan berbuat macam-macam pada Adrian. Benar, selain menciumnya tentu saja! Itu macam-macam paling standar di otaknya.
"Mau lo apa, hah?!!" Adrian menjerit kencang, tak terima. Dia meronta hingga Will kembali melepaskannya. Adrian menatap Will tak suka lalu dia pergi dari tempat itu setelah berkata, "Gue nggak sudi ngomong sama lo!"
***
Will masih suka bermain dengan wanita-wanita. Dia masih sibuk bermain sex dengan mereka. Will hanya menganggap sex dengan wanita-wanita itu hanya sebagai permainan. Will akan terus melakukan itu. Meskipun hatinya sudah terasa sakit, kosong secara bersamaan. Dia hanya mencoba menghilangkan bayangan dan perasaannya sendiri terhadap Adrian. Perasaan itu salah. Salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Boy!
General FictionAdrian diculik!! Dia harus rela. Karena papanya yg merencanakan hal itu. Dia harus belajar banyak hal dari om penculik yg ternyata gangster berbahaya itu. Jadi si cantik ini harus tinggal di rumah... ah, atau villa ya? pokoknya dia harus menetap sem...