Prolog

347 20 0
                                    

Perasaan Jasmine tadi dibelakangku, kok sudah tak ada batang hidungnya?

"Faith, ada One Direction. Ayo kita kesana!"

"Eh Jasmine jangan kesana, tunggu kakak dulu!"

Aduh, kalau Jasmine tersandung bisa aku yang dimarahi mama. Pakai lari segala sih, sudah tahu aku punya asma.

"Aku capek, Jasmine. Nanti saja ya minta fotonya." Ucapku ngos-ngosan.

Aku duduk sebentar di trotoar. Lalu ia berlari lagi. Ah, biarkan saja, aku tak sanggup mengejarnya. Atur napas dulu, lalu aku bangun lagi.

"Loh, Jasmine dimana?"

Hua, untung saja Jasmine sudah di gendong Harry.

Eh, Harry? Tercapai sudah mimpi Jasmine, di gendong Harry. Buat aku repot saja bocah empat tahun itu.

Segera aku masuk ke segerombolan wanita, hendak membawa Jasmine pulang.

"Ayo Jasmine, kau tidak boleh dekat-dekat dengan artis." Nadaku menyombong kali ini.

Wajah Jasmine cemberut, tiba-tiba Harry menjawabku.

"Biarkan saja dia bersamaku, kau bisa mengikuti kami sebentar. Aku menyukai adikmu."

What? Aku sudah sangat sesak. Kalau Jasmine bukan adikku, lebih baik aku pulang.

"Ayolah Faith, jangan cemberut seperti itu. Berikan senyum manismu."

"Ya Jasmine, baiklah. Demi kau, aku rela."

Aku mengekor di belakang Harry, dan teman-temannya. Sedikit tertarik pada Zayn, jadi aku memperhatikannya.

"Adikmu menggemaskan."

Disini ribut, jadi aku asal menjawab, "Terimakasih. Siapa yang bertanya tadi?"

Aku kurang fokus, kulihat lelaki yang disebut Niall itu melambaikan tangan tepat di wajahku. Aku kaget.

"Sama-sama." Timpal Niall menjawabku. Ia tersenyum, jadi aku balik senyum padanya.

"Ikut saja dengan kami berjalan-jalan. Mungkin Harry akan membelikan sesuatu untuk adikmu." Niall bicara padaku lagi kali ini.

"Ya, mungkin."

Tempat ini seperti distro, aku melihat-lihat sedikit. Tertarik pada sweater pink pastel, jadi aku melihat harganya.

$50. "Mahal sekali!" Gumamku.

Melihat Harry dan Jasmine berjalan ke arahku,

"Mengapa kalian ke sini? Apa yang salah denganku?" Tanyaku asal pada Harry.

"Suaramu mengagetkan aku dan adikmu. Kau memang mau membeli apa?"

"Sweater. Tapi harganya mahal, jadi aku kaget. Maaf ya."

"Coba kau pakai, Faith! Pasti kau tambah cantik."

Mengapa Jasmine jadi lebih cerewet? Huh, ia membuatku malu mempunyai adik seperti dia.

"Ya. Tunggu sebentar."

Sedikit berlari ke kamar pas, lalu memakainya. Sweaternya sangat lembut dan hangat. Lalu aku keluar, Harry menatapku dari atas sampai bawah.

"Cantik, Faith! Kau pantas memakainya."

"Terimakasih, Jasmine." Aku tersenyum malu.

"Aku buka lagi ya. Tunggu sebentar, hehe."

Kali ini aku sudah keluar lagi tanpa memakai sweaternya. Melirik sedikit ke Jasmine dan Harry, Harry bertanya padaku.

"Memang harganya berapa?"

"Lima puluh dolar." Kataku menjawab sambil menunjukkan sweater tadi ke Harry.

Ia memegang sweaternya.

"Ya sudah, aku belikan."

"HAH!"

Ia tidak memperdulikan ucapanku. Aku mengikutinya sampai ke kasir.

"Kau serius, Harry?" Tanyaku tidak percaya.

"Memang aku terlihat bercanda? Kau terlihat manis tadi, ditambah pipimu jadi memerah, jadi aku tak tega."

A/N : Please vomment reader(s)! It's first time i wrote a novel. Maaf kalau gaje, i made it when i'm sick until now, i'm still sick. Please please please guys❤

If I Could Fly (Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang