Satu

115K 3.9K 650
                                    

Pesan untuk semua pembaca cerita gue:

HAI, Fellas!

Mungkin lo berpikir gue sewenang-wenang karena membuat cerita baru saat Time dan Raja dan Ratu belum tamat. Atau bingung karena mendadak ada cerita baru dari author yang canggung ini.

Tapi nggak, untuk sekedar informasi cerita ini udah rampung. Brothermaker adalah cerita yang gue buat bersama Penerbit Bukune waktu liburan sekolah—akhirnya gue nggak tampak terlalu gabut pas libur sekolah.

Singkat cerita, seorang editor bernama Kak Irsyad menawarkan gue untuk nulis bareng Bukune. Jadilah gue selama sisa liburan membuat cerita Arya. Selama itu pula, gue merahasiakan ini dari kalian. Biar bikin kejutan dan keliatan misterius gitu, deh. Semoga dikau terkejut dan menganggapku misterius.

Gue bakal membagi sampel cerita ini pada kalian secara cuma-cuma. Kalo tertarik untuk mendapatkannya di toko buku kesayangan, tunggu ya sampai akhir November.

Sedikit tambahan, ada tokoh yang namanya sama di cerita ini dan di cerita gue yang lain. Sebenernya itu pengembangan dari tokoh yang pernah gue buat di Wattpad. Tapi untuk nama panjang Arya, itu murni nggak sengaja.

Last but not least, terimakasih buat semua pembaca gue yang selalu support dari awal. Gue tau hal ini nggak mungkin bisa terjadi kalo tanpa dukungan dan semangat dari kalian, I love you, Guys!

Salam Nyengir,

wulanfadi

[]

MESKI hari sudah menjelang sore, sebuah sekolah masih tetap terlihat ramai oleh siswa-siswanya. Di aula, berbaris anggota paduan suara sedang berlatih mengharmoniskan suara mereka. Di ruang pramuka, terdengar suara guru pembimbing sedang memberi arahan untuk lomba tingkat kota pada anggota ekskul itu.

Sementara itu, di dalam kelas XII-IPA-3, para penari Saman andalan sekolah mereka terlihat sedang serius berlatih. Gerakan mereka terlihat sangat kompak dan seirama dengan musik pengiring. Seorang yang berada di ujung barisan berteriak melengking, khas penari saman. Membuat latihan kali ini terasa lebih mirip dengan lomba yang sebenarnya, meski tidak ada rival maupun juri.

Inilah kegiatan SMA Jaya Bangsa pada sore hari. Sebagian besar siswanya terlihat aktif dalam setiap kegiatan ekskulnya. Meski begitu, sekolah ini tersohor bukan hanya karena siswa-siswanya seringkali berprestasi di bidang non-akademik, tapi juga di bidang akademik. Beberapa kali, siswa-siswa SMA Jaya Bangsa dipercaya untuk mewakili perlombaan-perlombaan seperti cerdas cermat atau olimpiade sains di tingkat provinsi.

"Oke, sore ini latihan kita selesai." Ketua ekskul tari Saman berteriak dengan lantang. Sontak, semua anggota mengalihkan perhatian ke arahnya tanpa ada lagi yang bergerak, apalagi mengobrol. Mereka fokus dengan apa yang akan di sampaikan Ketua eksul mereka.

"Tadi, gue lihat latihannya sudah cukup bagus. Udah nggak ada lagi gerakan yang salah-salah seperti sebelumnya. Mungkin, ini karena masing-masing dari kalian udah mau berusaha keras untuk lebih baik dalam setiap latihan, bahkan hingga hari ini. Gue bangga." Lalu, ia bertepuk tangan dan diikuti oleh anggotanya.

Mendengar hal itu, mereka semua tersenyum sangat senang karena sebetulnya Ketua jarang sekali memberi mereka pujian. Biasanya, yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata sindiran, atau malah cacian saat mereka melakukan gerakan yang salah. Ini berarti, semua kerja keras mereka tidak sia-sia.

Ketua mengangkat tangannya, lalu ruangan langsung sunyi senyap dari suara tepukan tangan dan bisikan-bisikan.

"Sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Menurut kepercayaan masing-masing, berdoa di mulai." Ia memberi aba-aba.

BrothermakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang