Tiga

33.2K 2.1K 252
                                    

Sebenernya ini masih bagian dari dua, tapi biar rapi jadi tiga aja, ya



Arya yang ingin menguap, langsung tidak jadi begitu guru Fisikanya melayangkan tatapan tajam padanya. Arya kembali membalas tatapan itu sambil cengar-cengir.

Seperti biasa, saat sudah merasa bosan di dalam kelas, ia akan manggut-manggut seolah mengerti pada pelajaran yang diterangkan guru. Namun, suasana kelas masih terbilang kondusif. Itu karena dari empat puluh satu murid di kelas, hanya segelintir saja yang malas seperti Arya.

"Do," panggil Arya, ia menoleh pada teman sebangkunya.

"Paan?" tanya Aldo, menoleh dengan wajah sama malasnya.

"Kemaren sore, ada anak temen bokap gue yang dateng ke rumah. Cewek. Manis. Imut. Lugu. Gemesin," buka Arya sambil tersenyum-senyum. "Namanya Niken."

"Manis. Imut. Lugu. Gemesin?"

Arya mengangguk yakin. "Lugunya double lagi."

"Gelo, jarang-jarang lo peduli sama cewek, Ya. Lagi kenapa, sih, lo?" tanya Aldo yang keheranan.

Arya pun menceritakan Niken pada Aldo. Dari kesan awal mereka berkenalan, sampai pada kecelakaan yang hampir terjadi karena fokus ketika menyetir terbagi saat ia memperhatikan Niken dari sepion tengah.

Aldo adalah partner in crime Arya selama dua tahun lebih. Mereka sering melakukan pelanggaran di sekolah bersama, ikut dalam kegiatan ekskul yang sama, dan juga sering bermain basket satu lawan satu di halaman belakang rumah Arya. Mereka pun saling mengerti satu sama lain. Tapi, yang tidak Aldo pahami, kenapa Arya kini tiba-tiba menceritakan seorang gadis dengan antusias.

Biasanya, Arya akan bercerita sambil mengomel pada Aldo tentang siswi-siswi genit yang mencoba mendekatinya. Setahu Aldo, sahabatnya itu memang agak geli dengan sikap perempuan yang agresif.

"Dia ini beda, Do."

"Alaaah, beda, klise amat." Aldo terkekeh.

Arya tidak peduli dengan ledekan Aldo. Ia malah lanjut bercerita.

"Dia tinggal di rumah gue."

Aldo langsung tersedak. Ia melihat Arya, seolah kepala cowok itu terbelah menjadi dua.

"Serius?!"

Arya mengangguk yakin.

"WHUAP—"

Belum sempat Aldo menyelesaikan kalimatnya, terdengar hentakan buku di atas meja yang membuat Arya dan Aldo terkejut. Saat mencari darimana asal suara gaduh itu, mereka baru sadar kalau sejak tadi guru Fisika tengah memelototi mereka. Keduanya pun langsung terlihat cengar-cengir.

"Kalian ini! Bukannya belajar, malah ngobrol. Udah merasa pinter?! Masih sering remedial aja sudah sombong. Contoh tuh, Rina dan Dimas. Nilainya bagus-bagus, nggak kayak kalian!" omel guru Fisika yang suaranya langsung memenuhi ruangan kelas.

Suasana sunyi senyap. Bahkan, semua siswa di kelas menahan napasnya. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara maupun gerakan-gerakan. Setelah dimarahi seperti itu, semua siswa sudah pasti akan merasa down. Namun, tidak bagi Arya. Ia malah mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu terkekeh.

"Yah, Bu. Yang penting, kan, muka saya nggak jelek kayak nilai saya."

Meski suaranya kecil, tentu saja seisi kelas dapat mendengarnya. Wajah guru Fisikanya pun memerah. Aldo tertawa, diikuti siswa lain meskipun tidak terang-terangan.

"LADITYARYA!" Suara guru Fisika mereka menggelegar, membuat Arya dan Aldo bertatapan sambil tersenyum jahil. "Dan Revaldo! Kalian berdua keluar dari kelas saya!"

"Wah! Seperti yang diinginkan," ucap Arya dalam hati.

Arya dan Aldo berdiri dari tempat duduknya dengan ekspresi gembira. Mereka menghampiri guru Fisikanya untuk salim lalu berjalan ke luar kelas dengan santai.

"Beli minum yang biasa, Do?"

"Yah, gue lagi pengen susu cokelat yang dingin."

"Ah, elo. Cowok, kok, demennya susu cokelat. Kayak gue, dong... Pop Ice" Arya menyeringai geli.

Tanpa disadari, percakapan mereka terdengar sampai dalam kelas. Dan tentu saja, hal itu membuat seluruh siswa tertawa. Sedangkan guru Fisika hanya bisa menepuk jidatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Kriiiing!!!

Belum sampai Arya dan Aldo di kantin, tiba-tiba bel berdering. Tanda waktunya pulang sekolah. Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke kelas.

Saat mereka kembali masuk, ternyata guru Fisika telah keluar dari kelas. Mereka pun langsung mengambil tas masing-masing.

"Cabut duluan ya, gue," ujar Arya sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Buru-buru banget? Santai aja kali, bro"

"Sophia nggak ada latihan Saman hari ini. Dia mau langsung pulang. Kita juga kan, nggak ada latihan basket. Jadi, sebagai kakak yang baik—"

Belum selesai Arya bicara, Aldo sudah memotong, "Oke, kalo gitu toss."

Tapi, saat Arya akan membalas toss tangan itu, Aldo malah melayangkan tangannya ke pipi Arya.

Plakk!

Setelah itu, Aldo langsung berlari meninggalkan Arya sambil tertawa terbahak-bahak. Arya segera mengambil tasnya lalu berlari mengejar Aldo.


BrothermakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang