Unknown#3

9 0 0
                                    

Who's on the multimedia?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

#UnknownPov

Suasana cerah tadi pagi berganti dengan derasnya hujan sore ini.

Aku masih di tempat yang sama. Entah sejak kapan menjadi tempat favoriteku. Karna hanya dari sinilah aku dapat memerhatikan orang yang paling ku cintai.

Aku orang yang dingin dan cuek. Jangan berharap aku mengirimkan ribuan pesan manis atau menyatakan kata cinta. Cinta tidak butuh kata-kata.

Letak kampus ku sanggat strategis. Awalnya ku kira setelah dia masuk universitas akan susah untuk melihatnya. Namun, disinlah aku sekarang disalah satu bangku lantai 2 kampus b.

Dari sini aku bisa melihatnya, senyumnya, tawanya, cueknya, sedihnya, gugupnya, lucunya. Mungkin hanya melihat. Tapi yakinlah aku tau apa yang kulihat, lebih dari yang terdengar.

Gadis ini satu-satunya yang bisa membuat duniaku jungkir balik mengejarnya, menghianati sahabatku sendiri. Hanya ketika bersamanya semua sikap acuhku hilang, hanya bersamanya tawaku bisa mengembang.

Hujan. Aku suka hujan, tidak. Aku cinta hujan.

Karena hujan aku jatuh cinta

Cintaku padanya hampir seperti hujan. Datangnya tiba-tiba. Menghelus lembuh angin diwajah. Terbang melayang keujung cerita.

Tidak, cintaku nyangkut. Nyangkut di kamu.

#FlashBackOn

Pulang sekolah hari ini ada rapat osis. Semua anggota osis sudah berkumpul di meja bundar.

2 jam berlalu,  akhirnya rapat tak penting itu selesai.

"Baiklah kalau begitu. Mari kita pulang", ujar ketua osis. Dan saat itulab hujan langsung mengguyur dengan derasnya.

Sebagian dari mereka naik kendaraan umm dan mobil pribadi, ada pula yang menunggu jemputan.
Aku duduk di salah satu bangku kosong yang ada di hall SMA. Suasana mulai sepi saat satu persatu beranjak dari tempatnya.

Aku tidak bisa pulang, hari ini aku bawa motor. Daripada kehujanan mending nunggu hujan reda. Untuk mengalihkan perhatian dari kebosanan, aku mulai memainkan gadget yang dari tadi kutahan saat rapat.

"Mau?", suara lembut menyapaku sambil menyodorkan satu cup teh panas yang asapnya masih mengepul.

Aku mendongakkan kepalaku. Sepertinya aku pernah melihatnya.

"Ayo kak diambil. Gratiskok tenang aja", ujarnya lagi. Wajahnya polos dan innoncent.

Aku masih setia dengan wajah datarku sambil memandangnya, entahlah gadis ini sedikit berbeda

"Aduhh... kak ambil donk. Berat tau mana panas. Nih nih", dia meletakkan teh tersebut  ditanganku, lalu duduk di bangku dihadapanku.

Senyum tipis terukir di bibirnya, dia mulai meminum tehnya sedikit. Aku mengedarkan pandangan kesekitar. Astaga, tinggal kami berdua.

"Terima kasih, ngggg......",siapa nama gadis ini aku tidak tau

"Andina Carolina. Panggil Andina aja. Sama-sama kak", ujarnya sambil tersenyum menanggapiku.

"Tau dari mana aku tidak tau namamu?", ujarku pelan lebih kepada diriku sendiri

"Sedatar-datarnya muka kakak tuh ya. Tapi masih ekspresif juga kok . Jangan ngira aku dukun atau peramal loh. Atau ntar ngira aku hantu lagi", Dia terkekeh menjawabi ku. Gigi nya gingsul. Pantas saja manis nya luar biasa, terlalu manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Never FalseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang