II

383 34 4
                                    

"Sudah, dong. Jangan ngambek. Aku, 'kan tidak sengaja.." 

Wendy terdiam. 

"Maafkan aku, ya, ya, ya?"

Wendy tetap terdiam. 

"Wan–"

"UNTUK APA AKU NGAMBEK SEMALEMAN CUMA GARA-GARA PIRING BUTUT ITU HYERIM-AH!?" Wendy memeluk Eunji dari belakang. "Ternyata asik juga mengerjaimu, ya.. Kekeke~"

"Dasar," cibir Eunji. 

"Hey!" tiba-tiba Taehyung dan Chanyeol datang. Dan.. ups, Chanyeol merangkul Eunji. "Lepaskan, bodoh!" seru Eunji sembari melepaskan tangan Chanyeol dan memukulnya. 

"Maaf, maaf. Aduh, aku itu.. refleks!" seru Chanyeol beralasan. "Refleks atau modus.." goda Taehyung pelan. "Aish.." Chanyeol menyikut Taehyung. 

"Drrt.. Drrt.."

"Piip! Piip!"

Ponsel Wendy dan Chanyeol berbunyi. Wendy mendapat telepon sementara Chanyeol mendapat pesan. Wendy pun mengangkatnya sementara Chanyeol membuka pesan.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Eomma? Ah, ada apa?"

"..."

"Eum, sore ini? Arra, arra. Dimana?"

"..."

"Ah, ne. Annyeong Eomma. Saranghae♡"

"Ehm, ada apa, nih. Kok barengan?" goda Eunji. 

"Ish, kau ini!" seru Wendy. "Nanti sore aku harus menemui ibuku di kafe agak jauh dari kawasan Seoul. Tak apa, 'kan, kau kutinggal?"

"Hey, kau tak percaya denganku, ya?!" balas Eunji. "Tentu tak apa. Aku kan pemberani."

"Oh, ya?" Wendy mengangkat alisnya. "Kalau begitu, coba kau bersihkan kamar belakang dari kecoa."

"I-itu 'kan urusan lain!" seru Eunji. 

"Hst, sudah, sudah," lerai Taehyung. "lebih baik kita masuk ke kelas. Sebentar lagi dosen datang."

-

"Eomma~!" seru Wendy begitu melihat eomma-nya duduk di salah satu bangku kafe itu. "Wan-ah!" Mereka pun berpelukan. 

"Loh? Park ahjumma?" pekik Wendy kaget begitu melihat eomma Chanyeol duduk di bangku yang berhadapan dengan bangku eomma-nya. "Ya Ampun, Wen! Kau benar-benar tambah cantik, sekarang!" puji eomma Chanyeol. Wendy yang dipuji hanya tersenyum malu. Beberapa menit kemudian, lelaki bertubuh jangkung dengan memakai jaket hitam tebal mendekat. Wendy mengernyit. Tidak jelas wajah lelaki itu. 

"Ya Ampun, itu Chanyeol!" batin Wendy. Ia segera membalik badan. Nafasnya menderu. 

"Annyeong, eomma. Annyeong, ahjumma. Dan annyeong.. KAMU?! Ngapain kamu disini? Sana pergi. Hush, hush! Mengganggu pemandangan saja," ucap Chanyeol kasar. Wendy yang tersinggung menjitak kepalanya dengan berjinjit. Yang dijitak hanya mengaduh kesakitan. Tangannya mengelus-elus kepalanya. Ckckck–

-

Wendy POV

Aku mengepalkan tanganku dan tersenyum penuh kemenangan. 

"Justru aku yang harus bertanya. Ngapain kamu kesini?" tanyaku judes. Chanyeol menghiraukan pertanyaanku. Dengan keras, aku menginjak kaki Chanyeol. 

"Auw! Sakit tahu enggak, sih?!" seru Chanyeol. "Enggak," jawabku enteng. Chanyeol mengepalkan tangannya. 

"Kenapa? Ngajak ribut? Oke, siapa takut!?" Aku sudah siap dengan kuda-kudaku. 

Friendship, Rival, and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang