The Beginning

105 5 0
                                    


Aku berdiri di halaman sekolah yang sangat ramai pada saat pulang sekolah. Suara orang, kendaraan, klakson, langkah kaki memenuhi telingaku. Aku segera berjalan pulang meninggalkan sekolah. Saat berada di depan rumah aku sangat terkejut melihat pintu depan rumah yang rusak tak karuan, apa yang terjadi? Aku segera masuk ke dalam, semuanya kacau, hancur berantakan seperti diobrak - abrik perampok. Aku mencari keluargaku ke seluruh penjuru rumah, mereka semua tidak ada. Sampai akhirnya kubuka pintu kamarku dan mendapati sosok bertubuh tinggi dan besar mengenakan jubah berkerudung hitam dan topeng putih dengan motif spiral - spiral yang aneh berdiri tepat di hadapan ku. Dia membawa sebuah kapak bermata dua besar berwarna hitam yang kira - kira seukuran tubuhnya. Dia mengayunkan kapaknya ke arah ku, aku mundur tapi dia terus mencoba memotongku. Aku terus menghindari serangan maut kapak raksasanya hingga aku terpojok di sudut ruangan. Dia mendorong kapaknya ke depan untuk menghantamku, aku bergeser sedikit, lalu bergerak ke belakangnya dan secepat kilat mendorongnya ke tembok. Walaupun kepalanya terbentur dinding, dia dengan cepat meraih kapaknya yang terjatuh dan langsung mengayunkannya ke belakang, tepat ke arah tempatku berdiri beberapa detik yang lalu. Setelah itu aku segera berlari ke luar rumah.

Aku tercengang ketika kulihat di luar ada belasan sosok besar dan tinggi yang menyerangku tadi. Aku berlari sejauh mungkin, berusaha menghindar dari mereka semampuku. Aku mendengar suara teriakkan orang, tembakan, bahkan ledakkan dimana - mana. Orang - orang aneh berjubah hitam tadi menangkapi orang - orang dan memasukkan mereka ke semacam kapsul tidur besar yang kira - kira seukuran orang dewasa. Yang melawan dihancurkan dengan berbagai cara, mereka juga merusak apapun yang menghalangi mereka. Aku berlari sekencang yang kubisa sampai - sampai kakiku terasa sakit sekali. Tapi lariku tidak cukup cepat, mereka telah mengepungku dalam posisi melingkar, kira - kira ada 5 orang banyaknya. Aku sudah hampir pasrah hingga aku mendapat ide yang benar - benar gila. Aku mengambil senjata salah seorang sosok berjubah hitam yang mengepungku yaitu sebuah pedang yang dimasukkan ke dalam sarung pedang di celananya. Aku bertindak cepat, aku seketika menikamnya tepat di dada sebelah kirinya lalu dengan cepat pula aku mencabutnya. Sosok itu langsung lenyap seperti debu. Aku mengayunkan pedang bermotif aneh itu ke sosok berjubah hitam yang lainnya lagi, aku menggores badannya cukup panjang dengan pedang itu dan dia langsung buyar menjadi debu juga seperti temannya. Aku seharusnya lari tetapi aku terlalu marah dan jengkel, sehingga aku menghabisi mereka dengan bertubi - tubi sayatan dan tikaman ke tubuh mereka.

Entah kenapa mereka dengan mudah hancur menjadi debu begitu tergores pedang yang kuambil ini. Tapi itu tidak penting, aku mengangkat pedang itu tinggi - tinggi dan berteriak "Ambil senjata mereka! Gunakan kekuatan mereka untuk menghancurkan mereka sendiri!" Itu memang merupakan sebuah tindakan super bahaya yang kulakukan, tapi gara - gara itu orang - orang balas melawan, dan sosok - sosok aneh yang kupercaya bukan manusia itu mulai terpojok. Kami semua para manusia terus - terusan mengurangi jumlah mereka. Bala bantuan juga semakin banyak, baik dari darat, laut maupun udara. Aku melihat para tentara menembaki sosok - sosok aneh itu, mereka tidak langsung hancur menjadi debu, mereka terluka, bahkan yang mati pun jasadnya tetap utuh. Jadi mungkin senjata ini lah yang entah bagaimana tergores saja akan mengubahmu menjadi butiran debu halus. Salah satu sosok aneh itu tertembak yang mengakibatkan topengnya terlepas, kerudungnya turun. Dapat kulihat makhluk berwajah hijau bermata agak lebar dengan hidung kecil dan mulut yang lebar. Alien? Sudah kuduga, dilihat dari kapsul - kapsul tidur besar itu saja membuatku berpikir tentang alien. "Alco!" Seseorang memanggil namaku, aku menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis yang tingginya kira - kira seukuranku berambut panjang hitam kecokelatan dan agak bergelombang. Tubuhnya tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dengan kulit yang putih. Ia mengenakan baju seragam yang sama dengan yang kupakai. Butuh beberapa detik hingga membuatku sadar dia adalah Cecillia, teman sekelasku. "Siapa saja yang sudah kau temukan?" tanyaku padanya. "Baru kau saja" jawabnya. "Ok ikuti aku" ajakku. Kami berdua melawan alien - alien itu, aku menikam dan menyayat dengan pedangku, dia menembaki mereka dengan pistol laser aneh yang mungkin berasal dari si alien sendiri sama dengan pedangku karena begitu tertembak, mereka langsung hancur menjadi debu.

Kami menerobos dan membebaskan orang - orang dalam kapsul sebanyak yang kami bisa. Aku, Cecillia, orang - orang lain, dan para tentara akhirnya dapat menghabiskan jumlah mereka. Aku menoleh ke kiri dan kanan mencari - cari keluargaku. Aku melihat mereka! Orang tuaku memberiku pelukan yang begitu hangat, lalu aku memeluk adikku yang masih kecil, aku lega mereka selamat. Cecillia memberi salam pada mereka. Tampaknya ia belum bisa menemukan keluarganya. Dia menoleh ke kiri, kanan, lalu ekspresi wajahnya berubah ketika melihat keatas. Aku melihat keatas karena penasaran. Aku begitu terkejut ketika melihat belasan pesawat besar aneh yang jelas bukan pesawat bumi, semakin mendekat. Pesawat itu berwarna hitam dengan motif spiral - spiral putih aneh di sekelilingnya. Setelah melihat itu aku yakin ini semua belum berakhir, ini baru saja dimulai.


InvasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang