"Alco" seru sebuah suara lembut yang terus memanggilku. Aku selalu mengabaikan suara itu, aku telah hidup di dunia yang indah, aku memiliki segalanya, bahkan Cecillia ada di sisiku.
"Alco! Alcooo!" suara itu semakin keras memenuhi dunia ini.
"Alcoooooo!" setelah itu aku terbangun, aku dapat melihat seorang perempuan,
"Akhirnya kau sadar juga, cepat kita harus keluar dari sini!" seru perempuan itu.
Aku masih bingung, aku melihat sekelilingku, tempat ini aneh, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. "Ayolah cepat" katanya lagi sambil menarikku.
Saat itu aku baru sadar bahwa sebelumnya aku ada dalam kapsul aneh, kenapa aku tidur di kapsul itu? Oh iya! Aku ingat! Saat itu bumi di serang makluk - makluk aneh, mereka mengumpulkan orang dalam kapsul tidur besar. Apa aku tertangkap? Sial, kenapa aku tidak bisa mengingatnya.
"Alco! Apa yang kau pikirkan? Ayo kita segera pergi dari sini" seru wanita itu sambil menarikku, aku mengikutinya sambil sesekali melihat kebelakang, "kenapa hanya ada kapsulku?" tanyaku, "entahlah, aku juga kaget saat melihatmu Alco, aku akan membawamu pulang ke Faecropolis" jawabnya. "Siapa kau? Apa itu Faeecropolis?" tanyaku. "Astaga, ini aku, Fiona! Orang terdekatmu sejak kau bergabung dengan F.I.S.T" jawabnya cepat.
"Apa..? F.I.S.T?? Aku tidak mengerti.." kataku. "Ada yang tidak beres dengan ingatanmu, mungkin.." belum selesai dia bicara, sesosok makluk berjubah hitam menggunakan topeng memukul kepalanya dengan sangat keras, dan Fiona tergeletak tak sadarkan diri, aku ingat sosok ini, ini makhluk yang pernah kuhadapi dulu. Dia langsung menghampiriku, berusaha memukulku, tapi aku terus menghindari pukulannya, dia mengejarku terus sambil menggeram - geram.
Aku terus menjauh darinya, benda apapun yang kutemukan, segera kulempar ke arahnya, dan berkali - kali mengenai wajahnya. Tampaknya ia semakin kesal, ia mengeluarkan pedang tipis dan mengejarku dengan lebih cepat, berkali - kali dia hampir menikam dan menyayatku, larinya sangat cepat, jadi aku mempercepat lariku,
Aku berlari dari lorong ke lorong, memasuki bermacam - macam pintu, dan makluk itu masih mengejarku, aku terus berlari sambil sesekali melihat kebelakang hingga aku menabrak sesuatu yang membuatku terjatuh, aku lalu berdiri pelan -pelan, betapa kagetnya aku karena yang kutabrak adalah sosok bertopeng lainnya, tapi kostumnya beda, ia mengenakan baju zirah yang keren dan kelihatannya sangat keras dengan motif - motif spiral aneh.
"Hahahaha" tawanya sambil mengangkatku seperti mengangkat kucing.
"Ah.. ah.. tuan Dariux" seru sosok berjubah hitam yang mengejarku tadi.
Tiba - tiba topeng Dariux terbuka sendiri seperti tertarik ke belakang dengan sangat canggih, entah teknologi macam apa itu, bukan teknologi yang membuatku terkejut, melainkan karena melihat wajah yang jelas - jelas wajah manusia di dalamnya. Aku benar - benar ingat, aku yakin kali ini ingatanku tidak salah, pasukan yang menyerang bumi adalah alien, tapi kenapa?
"Kenapa bisa ada yang lepas?" tanya Dariux pelan. Suaranya sungguh membuatku merinding.
"ah.. itu.. tadi ada yang menerobos keamanan" jawab sosok berjubah tadi yang kelihatannya anak buah si Dariux ini.
"Jangan mengulangi kesalahan ini lagi! Sekarang bawa dia kembali ke kapsul itu!" Seru Dariux.
"Aku tidak akan kembali ke sana!" Seruku sambil melepaskan diri dari Dariux.
"Hah? Bagaimana kau bisa mengerti? Kau bahkan mengucapkan Bahasa yang sama dengan kami, padahal Kami menggunakan Bahasa Nibirunian." Kata Dariux.
"Hah?? Apanya yang biru??" tanyaku kebingungan.
"dasar bodoh! Tapi kau kelihatannya memang dapat memahami Bahasa kami dan mengucapkannya.." kata Dariux.
Aku benar - benar tidak paham, aku mendengar mereka seperti mendengar manusia biasa, dan aku juga berbicara biasa. Apa maksudnya?
"Hmmm, kau manusia yang unik.. Tapi kau tetap harus kembali ke kapsul itu!" Seru Dariux sambil menodongkan sebilah pedang dengan tulisan aneh yang bersinar merah pada bilahnya ke arahku.
"Hei bukankah kau sendiri manusia?" tanyaku.
"Hahahaha kami Nibirunian! Memang kami terlihat seperti manusia karena sudah lama berada di bumi. Ras kami dapat beradaptasi sesuai tempat" Jelas Dariux.
"Hah? Aku tidak paham, bisa kau ulangi?" tanyaku.
"Sudah cukup bicaranya! Sekarang kembali ke kapsul!" jawab Dariux sambil terus mendekatiku.
Aku telah menyadari bahwa anak buahnya juga sudah bersiap di belakangku, aku langsung menendang tangannya dan pedang anak buahnya terjatuh, aku lalu mengambilnya dan menyayat tubuh anak buah Dariux itu sambil bangun dari bawah, dan dia langsung hancur menjadi debu, kostum dan topengnya tergeletak.
"Aku sangat suka pedang ini" kataku.
"Kau bangga dapat merebut pedang kualitas rendah itu? Coba kau cicipi dulu rasanya pedangku ini," kata Dariux sambil mengayunkan pedangnya ke arahku.
Aku terus menghindari serangan - serangan gilanya, semua benda di ruangan ini sudah rusak tak karuan, semuanya terbelah, aku merasa beruntung karena dapat selalu menghindarinya, karena aku selalu nyaris terbelah.
Dentuman - dentuman keras terdengar memenuhi koridor ini karena pedangnya berkali - kali beradu dengan pedangku, aku terus menahan serangannya, dia sepertinya juga mengerahkan tenaga ekstra, tulisan di bilah pedangnya bersinar lebih terang, gerakannya semakin lama semakin cepat lalu tidak lama kemudian pedangku patah, sial pedangnya ternyata memang lebih kuat.
Aku langsung mundur, Dariux tersenyum puas, dia mengambil ancang - ancang, pedangnya digerakkan perlahan berposisi siap menikam. Lalu ada semacam sinar - sinar aneh keluar dari celah - celah baju zirahnya, matanya bersinar merah, demikian juga tulisan di pedangnya, dia menghentakkan kakinya dan maju dengan sangat cepat untuk menikamku, aku sangat panik, aku tidak bisa mundur lagi, aku sudah menempel pada tembok, aku hanya bisa pasrah.
"DUAKK" aku begitu terkejut ketika mendengar suara itu, aku dapat melihat Dariux jatuh tersungkur karena ketika bergerak cepat mendekatiku ia tersandung botol plastic keras yang agak besar. Botol dari mana itu? Mungkin aku sempat melemparnya saat menghindari anak buahnya tadi. Pedang Dariux terlepas dari tangannya, hah? Bilah pedangnya hilang, hanya gagangnya saja? Aku segera mengambilnya, tiba - tiba dari dalam gagang itu keluar bilah pedang yang perlahan memanjang.
"Oh begitu cara pakainya! Keren juga!" kataku.
"Dasar sialan! Kenapa ada botol di sana?" keluh Dariux sambil berusaha berdiri.
"Percuma kau tidak akan bisa menggunakan pedang itu, pedang itu hanya..." omongannya terputus ketika dia sudah benar - benar berdiri dan melihatku.
"Kenapa? Apa kau kaget aku akan membalasmu?" kataku sambil mengarahkan pedang yang kuambil dari Dariux pada Dariux.
"Bagaimana bisa? Kenapa pedang itu bisa bereaksi saat kau pegang? Bahkan tulisan di pedang itu mengeluarkan sinar? Sinar biru? Bahkan matamu bersinar biru sekarang" kata Dariux.
Aku bergerak dengan sangat cepat dan menusukkan pedang ini ke Dariux, ia sempat berkata sambil terbata - bata "si..a..pa..kau?" lalu hancur perlahan menjadi debu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invasi
Science FictionSetelah mengetahui rumahnya diobrak - abrik orang - orang aneh yang ternyata bukan manusia, Alco berusaha melarikan diri dan mencari keluarganya, di tengah perjalanan ia bertemu Cecilia yang mengalami hal yang sama dengannya, Siapakah sebenarnya sos...