CHAPTER 4

103 12 1
                                    

Noela's POV

Dan ternyata ia membawaku ke―ruangan lainnya yang terlihat sama seperti ruang tamu, mungkin?

Kulihat ada wanita paruh baya yang sedang membawa belanjaan menuju dapur. Siapa wanita itu? Apa wanita itu―ibunya Harry? "Bisa tolong buatkan minuman untuk aku dan gadis disebelahku," ucap Harry sambil melirikku singkat.

"Tuan? Sejak kapan tuan pulang? Bagaimana bisa saya tidak melihat tuan?" Tanya wanita paruh baya itu.

"Baru saja. Cepat buatkan minum dan ambilkan beberapa cemilan di dapur."

Wanita paruh baya itu mengangguk dan meneruskan langkahnya kembali. Tiba-tiba Harry bangkit dari duduknya, "Kau mau kemana?" tanyaku spontan.

"Ingin ganti pakaian. Kau ingin ikut denganku?" tanyanya dengan mengedipkan sebelah matanya. "Tidak. Terimakasih." Sarkasku.

Dia mengangkat alisnya satu, "Yakin?" aku mengangguk mantap.

Sedetik kemudian ia sudah menghilang dari hadapanku.

"Cepat sekali. Dia manusia atau Flying Dutchman?" pikirku.

Aku terus mengedarkan mataku melihat ke sekelilingku.

Mewah.

Satu kata itulah yang terus melintas di pikiranku setiap aku melihat semua benda yang ada disekitarku.

Apa Harry tinggal di rumah ini sendiri? Jika dia tinggal bersama keluarganya tetapi mengapa rumah ini sepi sekali? Paling tidak ada ibunya di rumah ini. Tetapi dari pertama aku masuk ke rumahnya, aku hanya melihat satu asisten rumah tangganya.

Aku bangkit dari dudukku lalu berjalan ke meja yang berada di sudut ruangan. Meja dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Terdapat beberapa bingkai foto. Ada foto anak kecil dengan seorang wanita berambut brunette yang bisa kutebak anak kecil itu adalah Harry. Walaupun ya rambutnya tidak keriting tapi matanya? Mata itu sangat mirip dengan mata Harry. juga pose anak kecil itu yang tersenyum lebar menampakkan lesung pipi yang sama persis dengan yang Harry miliki. Kuambil bingkai foto itu dan kuperhatikan secara detail.

Tiba-tiba ada tangan yang menarik bingkai foto itu dengan kasar dari tanganku.

"Lancang sekali kau!" spontan aku berbalik dan mendapati gadis blonde yang―tunggu! Bukankah itu Marry, kekasih Harry? Dia menatapku tajam dan memperhatikanku dari atas hingga ke bawah lalu menatap mataku lekat-lekat.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, jalang?" tanyanya sarkas dan sedikit penekanan pada kata 'jalang' . Aku tersentak kaget mendengarnya yang memanggilku jalang.

Marry mengembalikan bingkai foto itu di meja itu dengan kasar lalu berbalik lagi ke arahku. "Aku sedang menunggu Harry, Ia sedang berada dikamarnya." Jelasku padanya.

"Oh, tunggu. Jangan-jangan kau adalah jalang yang disewa oleh Harry ?" Sarkasnya.

Kugigit pipi bagian dalamku menahan emosi yang sudah meledak-ledak sedaritadi. "Mengapa kau diam? Apakah perkataan ku barusan itu benar?" Tanyanya lagi sambil tersenyum miring.

Emosiku pun mulai memuncak, "BUKANKAH KAU YANG JALANGNYA? KAU TIDAK LIHAT, PENAMPILANMU SAJA TERLIHAT SEPERTI JALANG YANG ADA DI PUB YANG―"

PLAK!

Tangan Marry mendarat sempurna di pipi kananku, "KAU?! BERANI-BERANI NYA TANGAN KOTOR MU MENAMPARKU! SEHARUSNYA AKU YANG MENAMPARMU KARNA PERKATA―" Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku. Lagi, tangan Marry mendarat di pipiku. Kali ini pipi kiri ku yang mendapat hadiah darinya.

FOOL'S GOLD. HSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang