Kehidupan Cinta 8

1K 63 5
                                    

Dan pada hari ini, Tuhan menciptakan Seminyak Bali. Yeah, pastinya. Dan aku disana!! Pantai seminyak, Bali.

Dalam perjalanan menuju hotel di seminyak, Anggoro, Doni, Chandra dan Aku tidak dapat memalingkan kepala cukup cepat untuk memandangi semua gadis dan laki-laki yang menawan di sekitar kami. Benar-benar menggiurkan, bahkan seorang Chandra menyepakati.

Arya sendirilah yang mengijinkan aku pergi bersama teman-temanku.

"Pergilah bersama teman-temanmu, mumpung kau bisa pergi. Setelah kau pergi akan ada operasi, dan aku pasti akan membutuhkanmu." Arya berkata.

Aku melompat tinggi ke udara, dan keesokan harinya aku membeli semua mawar. Arya merasa terkesan dengan bunga mawar yang ku berikan.

Kami bersepakat menginap dihotel Dhyana Pura. Hotel ini sanagt strategis karena letaknya, kami hanya membutuhkan berjalan kaki untuk menuju bar, restoran atau club hiburan di sepanjang seminyak. Yang utama adalah pemandangan di belakang hotel berupa ombak pantai yang sungguh indah. Inilah alasan kami memilih hotel ini. Anggoro lagi-lagi berulah dengan menggoda gadis-gadis yang ia temui. Bahkan ia berani menggoda resepsionis hotel yang berasal dari kota Bandung.

"Tuhan, aku tidak pantas mendapatkan semua ini." ucap Anggoro dengan terbata-bata.

Resepsionis itu tertawa, memperlihatkan giginya dan menyerahkan kunci kepada kami. 

Karena Anggoro dan aku memiliki kesamaan, maka Chandra menempatkan kami dalam satu kamar, sementara Chandra dan Doni berhadapan dengan kamar kami. Setelah satu jam kami beres-beres tubuh, kami berjanji bertemu di A la carte, restoran dihotel kami menginap. Chandra mengenakan jaket hitam bergaris – garis, dan dengan bangga menyebutkan mereknya. Doni mengenakan pakaian kemeja dengan sepatu yang membuatnya enak dilihat. Sementara Anggoro menggunakan T-Shirt ketat, dan aku cukup terlihat keren hari ini.

Selama makan malam, kami terlibat pembicaran saling mendalam, menebak-nebak tim yang menjuarai piala Eropa. Kami membicarakan pekerjaan kami, berbicara apa saja tentang masa masa muda kita dulu. Dan sampai akhirnya Anggoro menanyakan apakah kami akan meminum pil ekstasi yang tadi dibeli olehnya.

"Aku mau." ucapku.

"Benarkah? Kupikir kau tidak mau." tanya Anggoro kaget.

"Jangan cerewet dan bagi aku sebutir."

Doni tidak mau, sementara Chandra tentu saja tidak. Anggoro memberikan sebutir pil, jujur aku agak gugup. Sampai detik ini sepanjang hidupku aku hanya pernah mengonsumsi alkohol. Arya mengecam segala hal yang berkaitan dengan narkoba. Aku menelan pil tersebut dengan seteguk bir. Chandra menatapku dan menggelengkan kepala.

Kami pergi ke Potato Head Bali dengan berjalan kaki, ini merupakan salah satu tempat hiburan terbaik di Bali, begitu kata Chandra. Aku sudah paham bahwa Chandra selalu serba tahu tentang club atau tempat hiburan dewasa yang paling terbaik. Bagaimana Chandra mengetahuinya, ini masih merupakan misteri bagiku.

Kami akhirnya masuk, di toilet kami membenahi pakaian kami, mengecek tatanan rambut kami dari segala sisi, beradu tos sambil berseru "Yo!!" dan "kawanku!!" lalu kami melangkah dengan penuh semangat, melewati sebuah pintu besar berwarna hitam menuju ruangan utama.

Doni mulai menggerutu, Anggoro mulai mengamati dua gadis yang duduk di bar, aku menari sendirian di lantai dansa dan Chandra berjalan dengan langkah berat kembali ke gadis yang berada digerai tiket. Lampu dikamar belum mati hingga pukul tujuh malam. 

Anggoro pergi bersama seorang gadis, aku berjalan basah kuyup oleh keringat ketika kembali ke hotel. Aku mengalami malam yang fantastis, aku bahkan belum berselingkuh. Aku meraih bir dari minibar di kamar, menghempaskan tubuh diatas ranjang, tempat aku mencoba untuk bermastrubasi. 

Kehidupan Cinta (Antara Kesetiaan, Cinta dan Kanker)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang