Chapter 2: Spesies Pasar Malam

71 8 2
                                    

Tolong apresiasinya ya, yang baca tinggalin vomments :) Gomawo!

"The most touching line said by bestfriend is "When i die, don't come near to my body, cause my hand may not be able to wipe your tears" " - Anonymous

❇Echy❇

Didekat rumahku, ada sebuah Pasar Malam yang diadakan setiap hari Rabu. Biasanya, aku pergi kesana sama Mutia.

Ya, semenjak insiden menyapu itu kami jadi dekat.

Di chapter ini, aku bakal bahas macam-macam spesies abstrak yang ada di Pasar Malam.

Pertama-tama, biasanya kalo udah ke Pasar Malam atau bisa disingkat PM, kami selalu menuju ke tempat pertama. Yaitu ke tempat orang jualan cilok. Dan pale nya itu jailnya pake banget, kalo bulenya, suka gendong anak sambil layanin pembeli.

Unyu,ya.

"Le, beli ciloknya,dong. Minumnya es coklat,ya." Kataku sambil ngasih selembar sepuluh ribuan itu sama palenya.

Ciloknya bisa diambil sendiri,loh.

Sebenarnya pengen sih ambil lebih, tapi aku ingat sama malaikat kiri kanan yang selalu ngintilin. Jadi ku urungkan lah niat itu.

Astagfirullah, ampuni aim ya Allah.

Itu pale ngangguk-ngangguk terus buatin es coklat pesananku.

"Ini,dek." Katanya sambil menyorongkan es coklat. Waktu aku mau ngambil dari tangan dia, pale itu tiba-tiba pura-pura ngejatohin es-nya.

"ASTAGA ASTAGA!" Aku kaget, kirain es-nya jatoh. Nyatanya masih di tangan pale itu.

Uh, nyebelin, njrit.

Pale itu nyengir sama mukanya yang udah kayak handuknya budi anduk, topinya udah robek tapi masih dipake. Sumpah dah. Untung cilok lu enak.

"Uangnya udah kan tadi?" Tanyaku dengan muka sinis, udah terlanjur bete.

"Belum."

"KOK BELUM?!"

"Belum dua kali."

Wanjer, belum pernah makan gerobak ya ini pale?

Aku sama Mutia langsung pergi gitu aja. Nyebeliiiiiin.

Untung cilok lu enak.

Nah, sasaran kedua kami adalah ...
Penjual Tahu Sumedang.

Kalo ingat mukanya selalu bikin aku ngakak. Mukanya itu ... Astaga, gak kuat. Mukanya datar, tanpa ekspresi. Kayaknya dia seumuran sama kami. Bajunya berlapis-lapis. Udah pake baju tangan panjang pake jaket lagi. Terus pake rok panjang menjuntai lebar ke bawah. Rambutnya diikat berantakan kayak abis bangun tidur. Rambutnya gelombang gak beraturan kayak benang kusut.

Dia duduk di kursinya sambil nungguin tahu sumedang yang dia jual. Dengan muka datar plus bengong.

Anjir, aku gak pernah kuat buat beli tahunya.

"Chy! Kamu ni ketawa terus," Kata Mutia. Dia noyor kepalaku. "Beli dah tahu nya."

Gak gak gak, Never in a million years.

"Kamu aja mut. Aku gak kuat liat mukanya. Daripada aku nanti ngakak depan muka dia?" Aku masih ketawa sambil lirik-lirik muka penjual tahu sumedang itu. Kocak!

"Yaudah. Kamu hadap belakang aja, jadi gak liat muka dia. Ck! Gitu aja pake ngakak segala." Kata Mutia dan menghampiri penjual itu.

Mutia mulai memesan tahu sumedang.

Crazy Friends ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang