#1 The Macaron's

332 15 11
                                    

Into your heart I'll beat again... Sweet like candy to my soul
Sweet you rock... and sweet you roll
Lost for you I'm so lost for you ...

Hujan baru saja berhenti.

Sepatu boot hitam itu mengetuk-ngetuk permukaan aspal abu-abu  dipijakannya. Matanya terpejam, hanyut dalam alunan lagu Dave Matthews  band yang berjudul Crash Into Me melalui headphone merahnya.  Jalanan  yang sepi membuatnya bisa berjalan merentangkan tangan bebas menyentuh  udara.

Manis... Ia selalu suka sesuatu yang manis. Membuat seluruh inderanya  menajam dan memberikan kekuatan ekstra pada dirinya. Manis... ia begitu  mencintai segala hal manis... makanan yang manis, perasaan yang manis,  permen, macaron, jatuh cinta...

Dering handphone yang nyaring merambat melalui headphonenya,  membuatnya tersentak kaget dan membuka mata mendadak. Wajahnya mirip  anak kecil yang jatuh dari tempat tidur ketika terlelap. Dengan cepat ia  menekan tombol hijau pada handphonenya, tak mempedulikan siapa yang  memberikannya panggilan siang itu.

"Liv! Kamu tuh kalo di sms bales dong, masa harus ditelfon terus?  Udah sampe mana? Kan udah dibilangin, kalo udah sampe kabarin mama!"  suara nyaring di headphonenya membuat Livia mengernyit sejenak.

Beginilah wanita single parent di usia early 50, selalu menganggap  anaknya yang sudah bisa menikah itu seperti anak bayi yang merangkak ke  kolong mobil untuk mengambil lolipop. Oke, katakanlah Livia "sedikit  berbeda" dari gadis lainnya.  Iya sih, Livia agak berbeda, ia mengakui  itu.

Karna Livia... karna dia... bisa tertidur dimana saja bila tidak mencium atau mengunyah sesuatu yang manis. Aneh bukan?

"Iya ma, ini masih dijalan" sahut Livia manis, bibirnya tersenyum riang, meskipun ia dan ibunya tidak saling bertatap muka

"Kok masih dijalan? Kamu gak ketiduran kan? Permen kamu dibawa kan?"  Livia menghembuskan nafas sambil melirik sekitar. Jalanan sepi,  pepohonan rindang memayunginya dari sinar matahari siang itu

"Liv? Jawab dong! Kamu udah ngantuk tuh kayaknya, jangan lupa makan  permennya, kalo udah sampe sana kabarin mama" wanita paruh baya  diseberang saluran telfon masih mengoceh khawatir

"Iya ma..." Livia menyerah, ia tidak suka berdebat dengan ibunya, mengingat ibunya selalu sangat khawatir pada dirinya.

Saluran telfon terputus, Livia melanjutkan playlist lagunya yang  memenuhi telinga. Dikeluarkannya satu bungkus permen rasa strawberry  yang kemasannya sudah terbuka. Ia mengambil dua buah permen bulat  berwarna merah muda itu dan mengunyahnya sekaligus. Benar saja, matanya  langsung terbuka lebar, rasa kantuk yang beberapa menit lalu membungkam  jiwanya hilang seketika.

Livia sudah seperti ini sejak remaja, bila dalam waktu yang panjang  ia tidak menkonsumsi makanan yang manis atau tidak mencium aroma yang  manis maka rasa kantuk tiba-tiba saja akan menyerang, lalu ia akan tidur  dimanapun itu terjadi. Ibunya sudah pernah menkonsultasikan hal ini  pada dokter, namun mereka justru disarankan untuk mengunjungi dokter  jiwa, karna menurutnya hal ini menyangkut kepada kejiwaan Livia sendiri.  Akhirnya Livia dan ibunya pun memutuskan untuk hidup seperti itu, Livia  terlalu benci ketika mendengar kata dokter jiwa, ia merasa dituduh  sebagai orang gila.

Apa yang salah dari begitu mencintai sesuatu yang manis?

Livia tak ernah melontarkan pertanyaan yang satu itu kepada siapapun.  Alasanya dua: Satu...  ia takut orang lain menganggap pertanyaan  semacam itu tidak penting, dua... ia benci harus mendengar jawaban yang  tidak memuaskan. Lagipula ia tidak benar-benar harus menanyakan itu.

Livia menatap langit mendung siang itu, angin tiba-tiba saja bertiup  cukup kencang. Akhir-akhir ini Bandung sering turun hujan, Livia suka  itu, tapi mengingat ini hari pentingnya, ia harus buru-buru berjalan  agar cepat sampai di tempat tujuan.

Macaron In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang