Part 2

15 0 0
                                    

Rafael duduk termenung memandang album kenangan masa SMAnya bersama Ruby dan Nindiya. Senyumnya yang tipis berubah menjadi tawa kecil saat melihat foto dimana wajah Ruby belepot krim kue ulang tahun. Masih segar diingatannya saat itu Ruby ulang tahun yang ke-16 kelas 2 SMA. Dia dan Nindiya mengerjai Ruby habis-habisan. Menyiramnya dengan air bekas cucian piring ibu kantin sekolah, menaburinya dengan kertas-kertas krep yang sudah dipotong kecil-kecil, dan terakhir mengoleskan krim ke wajahnya. Walaupun setelahnya mereka bertiga dihukum untuk membersihkan kelas karena kotor.

Dan tanpa terasa sudah delapan tahun mereka tidak bertemu. Bukan karena Rafael tidak pernah mencari keberadaan Ruby. Dia pernah mencarinya, langsung ke panti asuhan tempat Ruby tinggal, namun menurut informasi dari orang sekitar panti asuhan itu sudah pindah. Rafael tak tahu harus mencarinya kemana lagi. Sejak itu dia hanya bisa berdoa semoga sahabatnya itu baik-baik saja. Begitu bahagianya dia ketika seminggu yang lalu dia bertemu dengan Ruby secara tidak sengaja di sebuah Mall. Ruby tengah membagi-bagikan brosur mobil. Berusaha menarik minat pelanggan. Awalnya Rafael agak ragu untuk menyapanya, tapi setelah menatap wajah itu agak lama dia yakin inilah Rubynya. Tanpa membuang waktu dia langsung memanggil nama sahabatnya itu. Perlu beberapa detik bagi Ruby untuk menyadari bahwa itu adalah Rafael. Saking senangnya mereka berteriak histeris, mengundang perhatian orang-orang sekitar. Rafael yang awalnya hendak menjemput Nindiya pulang kerja, mengurungkan niatnya dan memilih menunggu Ruby sampai selesai jam kerjanya. Suara Nindiya terdengar kecewa ketika Rafael bilang tidak jadi menjemputnya, tapi setelah diberitahu bahwa dihadapannya sekarang ada Ruby, suara Nindiya langsung berubah senang malah cenderung histeris.

Bagi Rafael, Ruby sudah seperti adiknya. Jarak usia mereka hanya berbeda empat bulan. Lebih muda Ruby. Pertemuan pertamanya dengan Ruby ketika hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa), dia menanyakan di mana letak kelas 1E, kebetulan mereka satu kelas. Lalu berlanjut ke hal lain, ketika Rafael lupa membawa pulpen dengan segera Ruby meminjamkanya tanpa sepengetahuan kakak kelas. Karena jika lupa membawa alat tulis walau hanya satu saja, langsung kena hukuman. Mereka juga duduk satu meja. Rafael bahkan menolak ketika guru menyuruhnya rolling tempat duduk. Pokoknya tak ada yang dapat memisahkannya dengan Ruby. Namun keadaan berkata lain. Ketika kelas dua, penjurusan dimulai, Ruby memilih kelas IPS, sedangkan Rafael IPA. Mereka sempat tidak saling bicara karena beda pendapat itu. Kalau bukan karena Nindiya yang membujuk mereka untuk berdamai. Memberikan pengertian kepada keduanya agar memahami jalan masing-masing yang sudah diambil. Rafael ingin Ruby selalu satu kelas bersamanya sampai mereka lulus, namun itu namanya pemaksaan. Lagipula Ruby punya hak untuk memilih mana yang dia suka. Rafael menginginkan itu bukan karena dia punya perasaan khusus kepada Ruby seperti layaknya cowok ke cewek, tapi karena dia selalu ingin melindungi Ruby, mengingat Ruby tidak punya siapapun di dunia ini. Berani menyakiti Ruby itu artinya berani mati di tangannya. Rafael dapat bernapas lega karena sekarang dia sudah bertemu dengan sahabatnya itu lagi. Dan apapun yang terjadi dia tidak akan mengijinkan Ruby jauh darinya. Sampai kapanpun.

Terdengar ketukan di pintu kamarnya. Tepatnya pintu kamar di dalam yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Indra. Rafael menutup albumnya, meletakkannya di ranjang berseprai biru tua. Membukakan pintu dan mendapati kakaknya dengan wajah ceria yang alay.

"Jalan-jalan yuk." ajaknya.

"Males ah. Dari kemarin perasaan jalan-jalan melulu." berjalan menjauh dari pintu dan menghempaskan dirinya di ranjang. Indra mengikuti apa yang dilakukan Rafael.

"Masalahnya gue sumpek di rumah denger ocehan bunda tentang cewek-cewek dan nikah. Yuk ah kongkow di mana gitu."

"Gue cape Kak. Seharian ini gue meeting sama klien yang cerewetnya super duper nyebelin dan itu nguras otak gue. Pengin tidur, istirahat, dinginin otak. Lo kalau mau kongkow ajak Kak Ibrahim atau Kak Syahrani sana." ujarnya asal.

Do You Know?Where stories live. Discover now