1 - BestDay!

563 38 5
                                    

"Tan, kamu ambil alih chicken wings saus barbeque, Linda bagian salad dan aku yang nyiapin burger dan kentang!"

Rani terus berteriak tanpa memikirkan aku dan Linda yang kewalahan menyiapkan tantangan dari para juri. Ya walau penentunya para konsumen yang akan menilai, namun nilai dari para juri lebih besar, 30%.

Sial.

Tanganku mulai lihai membumbui potongan-potongan sayap ayam dan memasukannya ke penggorengan dengan cepat, sedangkan untuk sausnya, aku menyiapkan rempah-rempah seperti marica dan lada juga paprika menambah rasa pedas.

"Barbeque sauce siap!"

"Oke, salad kekurangan tomat panggang! Tolong bantu aku, Tan!" Linda memasang wajah paniknya yang tengah menghidang salad di meja pantri.

Aku berlari ke arah Linda lalu memotong beberapa buah tomat segar, setelahnya membumbui tomat dengan lada kemudian memanggangnya di atas flatpan. Setelah masakanku mulai mengeluarkan bau harum dari bumbunya, aku segera berlari membantu Linda menata salad di pantri.

"Waktu tinggal lima menit lagi!" Suara wanita yang aku tahu dia adalah salah satu juri masak, terdengar lentang di antara suara berisiknya dapur. Aku cukup heran, kenapa harus wanita suara cempreng itu yang berteriak bukannya para lelaki berotot di sana yang asik berdiri dengan posenya.

Rani mulai menghias, menata letak chicken wings, salad dan burger kami secantik mungkin. Para mata tamu mulai mencari-cari makanan mana yang akan mereka pilih dan dinilai. Kuakui Rani sangatlah tegas menjadi pemimpin dalam grup. Ya, walaupun dia 'sedikit' sombong.

Denting jam terdengar cukup keras hingga semua koki yang ikut dalam lombapun berhenti melakukan plating di depan juri dan konsumen. "Waktu habis, silahkan angkat tangan kalian ke atas." Ucap juri tamu malam ini.

--##--

Setelah memenangkan salah satu kontes masak bergengsi dan lulus di perkuliahan koki, kini namaku bukan sekedar Tania. Toh, udah ada judul baru di namaku.

"Chef Tania!" Ucapku lantang di depan cermin rias di kamarku.

Bibirku tak berhenti tersenyum sedari awal aku bangun pagi hingga kini, laleran dan jigongan, dah!.

Itu terjadi dua tahun lalu, mendapatkan tropi dan piagam 'Handel Chef' di salah satu stasiun televisi negeri. Aku cukup puas, bukan hanya namaku terpampang di bawah garis biru yang ada di metro tipi, tetapi juga wajahku sempat ada di sana selama satu menit! Bayangkan gimana bangganya mae dan pae punya anak calon koki terkenal. Buh! Keren...

"Pokoke, mae mau Nia jeblos di RCT*."

"Pae cuma ngarep kamu bisa banggain pae dan mae, nduk."

Kata-kata mutiara pae dan mae selalu menyemangati hari-hariku agar lebih giat mencapai cita-cita.

Ehm, aku udah terkenal, kok. Cius deh!

Cuma saja...

Bibirku komat-kamit di depan cermin. Masih dengan muka bantal dan iler bertebaran di tepi bibir, aku merutuki diri karena percuma, namaku sebagai 'Handel Chef' malah nganggur kayak gini!

"Oke, Nia.. kita cari kerja!" Semangatku 45' menggertak tangan layaknya pejuang di masa penjajahan.

--##--

"Halo, saya Tania sempet ada di Metrotipi di-"

Belum sempat memperkenalkan diri di depan salah seorang calon bosku, dia malah mengangkat tangan mengisyaratkanku untuk berhenti.

"Stop. Saya gak butuh asal-usul karyawan seperti kamu." Ucapnya lalu menatapku remeh, "Huh? Bilang apa? Metrotv? Kamu seorang chef atau korban di salah satu berita?"

Wong gila ni orang! Aku teh calon artis! Macam gak tahu aja kalo udah masuk tipi berarti aku udah tenar, ye!

"Ehm." Dehemku lagak sok bijak, "saya calon chef terbaik, pak. Calon masa depannya Indonesia. Mau liat poto-poto saya di koran? Ini saya bawa korannya langsung dari dua tahun yang lalu!" Ucapku sambil berusaha mengeluarkan koran yang kusebut tadi dari dalan tas.

"Stop.. tunggu. Itu tidak penting, saya tetap tidak bisa mempekerjakan kamu di kafe saya." Ucapnya berhasil membuatku melongo memegang kertas koran di depan dada.

Lamaran kedua.

"Perkenalkan, saya--"

"Maaf, gak bisa."

Lamaran ketiga.

Aku mulai tersenyum semanis gula yang biasa kulakukan, "Saya Tania, lulusan--"

Bu menejer itu tersenyum sambil tangannya menangkat salah satu telunjuk, "Tidak bisa."

Lamaran keempat.

"Saya Tania, asal Jawa, Minang, Papua--"

"Keluar!"

Lamaran kelima.

"Saya lulusan--"

"Maaf, lagi tidak nerima pekerja."

Lamaran keenam.

Kedua sudut bibirku mulai terangkat. Tidak menyangka akhir dari perjuanganku menjadi pengangguran malah-

"Jadi, nanti malam kamu sudah bisa bekerja di pub saya, melayani tamu vip dan, oh, kunci kamar bakal saya kasih nanti."

Masyaampun! Akune salah pilih kerja!

--##--

Lamaran keseratus sekian.

Aku terdiam untuk beberapa saat ketika mata yang seperti elang itu terus menatapku penuh selidik. Tangannya diletakkan di bawah dagu menutup sebagian mulutnya. Aku ga tahu orang ini mau nerima pekerja atau lagi nyidang orang? Serius amat.

Ia mengangkat tangannya,

"Tunggu! Masnya mau bilang, 'maaf, lagi ga nerima pekerja' atau 'nanti malam boleh langsung masuk kamar', itu kata-kata klise yang sering saya dengar, mas!" potongku membuat mas bule itu bungkam.

Bukannya menjawab, dia malah menurunkan tangannya. Bibirnya mulai gertak ingin mengucapkan sesuatu. "What do you mean?"

Apa katanya? Wat do yu min? Artinya apa, toh? Baru denger pertama kali.

"Mas bisa bahasa negeri saya, kan?" Tanyaku memastikan. Bisa jadi nih orang mau ngerjain aku.

"A little bit."

"Oh, yes.. Yes.." balasku cukup percaya diri.

"What?"

"No-no, mas."

"Kamu bisa bahasa inggris?" Tanya mas bule masih medok luarnya.

Aku sempat berpikir, kalau aku bilang gak pandai, nanti malah ditolak kerja. Tapi kalo jawab iya, nanti dia malah nanya pake bahasa inggris lagi. Ya udah, deh..

"Yes, mas. Saya pande little little. Tapi kalo ditanya pake bahasa inggris, nanti saya jadi cat shy-shy, hehe."

Mas bule itu spontan tertawa di depanku. Entah apa yang lucu atau memang dianya lagi sakit, yang pastinya aku bangga, toh bisa bahasa inggris sama bule. Langsung pula.

"Oke-oke.." ucapnya sambil terkikik, "kamu ternyata multitalenta juga."

"Iya, dong, mas. Makanya asep saya jadi koki di sini, ya?"

Lagi-lagi, tuh si masnya malah ngetawain aku, "You're fool! Saya bilang kamu itu multitanta karena ga hanya berbakat masak,"

"Terus apa, dong?"

"Kamu juga pandai ngelawak!"

Mampus!

😺🙈🙈(cat shy-shy)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Coldest CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang