Bintang dan Langit

45 3 6
                                    

Cerita baruuu.
One shoot. Semoga tidak mengecewakan. Hehe.
Happy Reading, Guys

---------

"Bintang."
"Bintang."
"Biiiiinnntaang!!"
"Biiiintaaaaaaaaanggg!"
"BINTANG!!!!!!!"

WHAT THE FU-
Akh! Mau tau siapa anak kurang ajar yang mengganggu tidurku? Dia Langit Praharja. Cowok paling nyebelin bin rese yang pernah gue kenal.

"Apaan sih?" Tanya gue geram sambil menabok belakang kepalanya.

Dia memajukan bibirnya hingga terlihat seperti anak bebek kecebur got.

"Gue kan cuma bangunin lo. Emang lo nggak mau pulang?" Tanyanya dengan nada manja. Ew.

"Langit-ku sayang, gue hari ini ada tugas kelompok, jadi lo pulang duluan aja," jawabku kalem.

"Kok lo nggak kasi tau gue sih? Tau gitu gue nggak usah capek-capek bangunin singa tidur."

"Emang sahabat kurang ajar lo yah, ngatain gue singa. Hue bukan singa kali, gue harimau. Hehehe," banyah gue diakhiri kekehan.

Langit lihatin muka gue dengan dahi berkerut kusut. Apa ada yg aneh di muka gue? Apa bulu hidung gue keluar? Apa alis gue botak sebelah? Apa-

"Lo harimau? Pantas ada kumisnya," katanya memotong pikirang gue. Belum sempat gue bereaksi, si kambing congek itu udah kabur keluar kelas sambil menenteng tas pink menterengnya di punggung.

---

Okey, sebelum kalian bunuh diri saking keponya dengan nama gue, lebih baik gue memperkenalkan diri. Nama gue -uhuk- Vanesha Bintang. Yep, nama gue bagus kan. Haruslah, orangnya aja keren. Hehe.
Ehm, kita lanjut. Gue sekarang kelas 3 di salah satu SMA favorit.

Gue punya dua sahabat cowok dengan kepribadian bagai langit dan bumi. Yang pertama, sahabat sekaligus sepupu gue dari zaman kita berdua masih zigot. Namanya Rafael Putra. Anaknya dewasa, bijak, sopan, pintar, kalem, perhatian, dikit cuek, dan jago masak.

Yang kedua, Langit Praharja. Kalau yang satu ini rese-nya udah mendarah daging. Bayangkan, gue dari masih ngisap dot sampe sekarang udah mau lulus SMA ini, selalu aja jadi korban kereseannya. Sehari tanpa berantem sama dia itu rasanya kayak makan sayur tanpa garam. Nggak lengkap.

Well, sekian perkenalannya.

---

"RAFA!" panggil gue dengan suara yang sebelas-dua belas sama toa sekolah.

"Ya ampun, Bintang! Lo itu cewek. Kalem dikit napa sih? Panggilnya nyantai aja bisa kan?" Omel Rafa sambil menjitak kepala gue keras.

"Rafa, kok lo tega sih sama gue?" Tanya gue dengan ekspresi paling menyedihkan yang gue punya sambil mengusap kepala gue yang terasa nyut-nyutan.

Rafa menghela napas sebentar kemudian mengusap kepala gue lembut. Yes!

"Ice cream sebagai permintaan maaf?"

"Strawberry, vanilla, and chocolate?" Tanyaku dengan mata berbinar. Yeah, biar gue tomboy, tapi gue cinta mati sama yang namanya ice cream.

Rafa mengangguk pasrah kemudian menggandeng tanganku ke taman di dekat komplek rumahnya untuk membeli ice cream.

"Bin, itu Langit bukan sih?" Tanya Rafa sambil menunjuk ke samping kanan gue.

Gue yang lagi khusyuk jilatin ice cream refleks gue menengok ke samping dan mendapati Langit sedang duduk bersama seorang cewek. Iya, CEWEK. Sejak kapan seorang Langit punya cewek?

Tunggu, kok dada gue sakit yah pas lihat Langit sama 'ceweknya'? Rasanya itu kayak ada yang nusuk. Ngilu banget. Tapi kenapa? Apa gue punya penyakit jantung? Atau penyakit hati? Atau apa? Gue nggak ngerti.

Sky and Star (oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang