2. Perpisahan

41 2 0
                                    

_3 tahun kemudian_

Sambil mendengarkan lagu nasyid di ponselnya, Dewi nampak menikmati pekerjaannya. Ia sedang memeriksa hasil ulangan anak-anak asuhnya. Lantunan lagu nasyid tiba-tiba berhenti dan ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk. "Alpiansyah" dengan rasa yang teramat gembira, Dewi segera mengangkat panggilan itu. Setelah 3 tahun ia menunggu, akhirnya ia dapat mendengar suara Pian lagi.


"Assalamu'alaikum... "


Dewi terdiam, ada yang aneh dari suara Pian. Seperti meringis menahan sakit.


"Wa'alaikumsalam. Ap apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Tanya Dewi khawatir.


"Wi, saat aku berpamitan padamu, aku pernah berjanji bahwa ketika aku pulang nanti aku akan menemuimu bukan? Dan aku pernah memintamu untuk menungguku. Apakah hingga sekarang kamu masih menungguku wi?" Suara Pian semakin serak dan melemah.


"Iya, aku masih menunggumu Pian. Aku menunggu kamu menepati janjimu hingga sekarang." Air mata Dewi mengalir begitu saja, perasaannya semakin tidak enak.


"Aku sudah menyelesaikan pesantrenku wi, dan aku hendak kembali. Tapi ternyata Alloh berkehendak lain, Alloh sudah memanggilku sebelum aku menemuimu. Maaf aku tidak bisa menemui janji ku padamu Wi. Ma-afff..." Nafas Pian mulai tersendat-sendat.


"Pian aku mohon, katakan! sebenarnya apa yang terjadi padamu?"


"Wii.. kamu ingat? Alloh mempertemukan kita di rumah agungnya. Dan aku selalu berharap setelah kematian memisahkan kita, Alloh kan mempertemukan kita di Syurganya. Jadilah wanita sholehah wi, ku tunggu kau di Syurga sebagai Dewiku. Wassalamu'a-al.."


Pian tidak melanjutkan perkataannya lagi, samar-samar terdengar suara ambulance dan kericuhan orang-orang di sebrang telpon.


"Wi, dewi... cepat kesini! Cepat!" Panggil kakaknya.


Dewi bergegas keluar dan melihat berita kecelakaan mobil di TV. Dari dalam mobil yang ringsek, petugas mengeluarkan jasad seseorang yang tidak asing lagi bagi dirinya. Seketika Dewi tersungkur dan tenggelam dalam tangisnya. Tubuhnya melemas dan pandangannyapun menjadi gelap.

-o0o-

Dewi mematung menatap Nissan yang bertuliskan "Alpiansyah". Hal inilah yang memberatkan Dewi melepas kepergian Pian ke Sukabumi. Ternyata perasaannya dulu benar, bahwa Dewi merasa Pian akan benar-benar meninggalkannya.


Ia menggenggam erat pasmina hitam yang dulu Pian berikan padanya. Lembaran memori kebersamaanya dengan Pian teringat kembali. Namun kali ini tak ada air mata yang mengalir. Ia mencoba tegar dan mengikhlaskan kepergian Pian. " Ini sudah takdir Alloh" pikirnya. Dengan cara seperti itulah, dengan menjadi hamba Alloh yang beriman dan betakwa padanya, ia akan bertemu kembali dengan imam hidupnya di Syurga. Alpiansyah.


-The End-

Ku Tunggu Kau Di SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang