Chapter 3

1.4K 144 5
                                    


Situasi sama muncul seperti déjà vu. Junhoe mengintip kamarnya -juga kamar Jiwon dan Hanbin. Melihat arah pandang Jiwon tepat pada Hanbin yang tertidur. Sangat intens juga sendu. Ia merasa tidak akan masuk. Maka Junhoe memilih berbalik. Malam ini tempat tidurnya akan kosong lagi.

Ia bisa saja berlakon tidak menaruh peduli terhadap mereka. Sialnya, ia masih punya rasa segan. Ia yakin sesuatu terjadi di antara keduanya. Namun ikut campur bukan ide yang baik.

Junhoe tidak mengetuk pintu -dan segala aturan sopan santun lain. Ia memasuki kamar Jinhwan dan Donghyuk. Mendudukkan dirinya di samping Jinhwan yang berbaring tengkurap. Menepuk bokong Jinhwan sekali dua kali, meminta bagian untuk dirinya. Jinhwan bergeser sedikit, lantas Junhoe berbaring. "Oh Tuhan, mengapa kau kesini lagi?" Jinhwan mendesis. Ia bukannya tidak menyukai Junhoe. Kamar yang mereka tempati hanya untuk dua orang saja. Donghyuk sudah mulai tertidur di ujung kamar. Melenguh sedikit mendengar gangguan.

Jinhwan menengok ke arah Junhoe untuk menemukan yang lebih tinggi terdiam. Alis matanya mengkerut. "Kau, ada apa?" Jinhwan berbisik. Handphone di tangannya sedang mencari berbagai macam aliran tarian. Junhoe hanya menggeleng dan memejamkan matanya seperti orang tua yang terbebani pekerjaan.

"Aku berpikir terlalu banyak akhir-akhir ini."

Junhoe mengeluarkan nafas berat dan memijit-mijit pelipisnya. Jinhwan jadi ikut berpikir. Tidak ada hari tanpa memikirkan bagaimana mereka tampil dipanggung, bukan? Jinhwan menyikut Junhoe.

"Santailah sedikit. Kita akan melewati ini, tenang saja." Junhoe berdecak mengetahui Jinhwan sama sekali tidak sepeka dirinya. Apa hanya ia saja yang sibuk menyadari sesuatu di antara Jiwon dan Hanbin.

"Bukan. Kau tahu, aku menyadari suatu hal." Junhoe menggaruk tulang hidungnya. Apa ia akan mengatakannya atau tidak?

"Kataka-"

"Bisakah kalian tidak berisik?" Jinhwan menggigit bibirnya dan Junhoe berpura-pura tertidur. Donghyuk membalikkan posisi tidurnya. Mereka sadar hari ini Donghyuk bekerja keras, ketidakhadiran Jiwon dan Hanbin membuat semuanya berbeda. Termasuk jumlah energi yang mereka keluarkan.

Jinhwan menarik selimutnya untuk menutupinya dan Junhoe.

"Kita lanjutkan besok."

.

.

.

Mata Junhoe terbuka begitu saja setelah sikut tangan Jinhwan mengenai perutnya. Inilah resiko menumpang. Mengedipkan matanya beberapa kali, lantas menyingkirkan tangan Jinhwan dari perutnya. Ia bangun sambil menggumamkan beberapa kata-kata umpatan dan keluar dari kamar.

Junhoe mengambil air mineral dingin. Lantas meminumnya dan melirik jam yang menunjukkan hampir pukul satu dini hari. Berjalan ke ruang tengah dan duduk di lengan sofa, tubuh menyender ke pojok ruangan.

Lampu seluruh ruangan mati, kecuali lampu depan pintu masuk. Penglihatannya mulai terbiasa. Saat ia membaringkan tubuhnya di sofa, seseorang melewati ruang tengah begitu saja. Junhoe terdiam. Orang tersebut membuka pintu dorm mereka. Tidak kembali hingga Junhoe menghitung sampai 12 menit. Ia yakin seseorang tadi memakai outer hijau. Yang hanya dimiliki oleh Hanbin.

.

.

.

Jiwon menyelesaikan sarapannya seperti ia dikejar kereta. Sehabis tidak menjawab pertanyaan dari yang lain seputar keberadaan Hanbin pagi itu, Jiwon kembali ke kamar dan mengunci pintu. Jinhwan mengaduk-aduk supnya dan menggerutu beberapa kata yang hanya bisa didengar Yunhyeong. Chanwoo melirik sana dan sini. Lantas mengambil telepon genggamnya disaku. Men-dial nomor Hanbin.

Donghyuk menjatuhkan pandangannya pada Junhoe. Ia tidak mengerti kenapa Junhoe menyibukkan dirinya. Terlalu kentara untuk disadari. Tidak bisa dihindari untuk tidak curiga.

"Hyung Dimana?" Semua pandangan diruang makan tertuju pada Chanwoo.

"Siapa yang kau hubungi?" Suara Yunhyeong hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Tidak ada yang menyaut. Chanwoo hanya membalas oh-iya-baik lantas memutus hubungan. Ia memberitahu kakak kesayangannya sudah berada di gedung YG. Ia juga mengatakan Hanbin baik-baik saja -dengan nada riangnya.

Selesai makan, Yunhyeong dan Chanwoo kembali ke kamar mereka. Bersiap sangat lama sampai Chanwoo sempat memoles lipbalm Yunhyeong di bibirnya. Jinhwan melamun beberapa menit sambil menatap dinding. Bangkit menuju kamar Jiwon. Mengetuknya beberapa kali lantas berteriak 'Apa kau sudah bersiap?'. Junhoe mengacak rambutnya. Bangun dengan malas sambil membawa piring-piring kotor. Donghyuk mengikut dari belakang.

Junhoe sadar bahwa Donghyuk menyadari bahwa ia sadar akan sesuatu.

.

.

.

Latihan berjalan lebih mulus daripada yang dibayangkan. Hanbin tidak sekejam hari-hari biasanya. 'Aku menelantarkan kalian kemarin.' Ia tidak berucap banyak dan semua tidak tahu apakah itu pertanda baik atau buruk. Mereka menghabiskan jam malam untuk berbincang.

"Kau tahu, senior Big Bang berkata pimpinan Yang berubah dan ia menjadi haus akan popularitas." Adalah pembukaan dari segala perbincangan mereka yang tidak jauh seperti bagaimana gadis-gadis bergossip. Yang termuda tidak berhenti tertawa. Ia memang tidak bicara banyak. Namun Chanwoo belajar banyak tentang apapun lewat perbincangan seperti ini.

Mereka duduk melingkar. Ditengah mereka banyak snack berhamburan. Junhoe terus meyakinkan bahwa makan snack di malam hari bukanlah sebuah dosa. Donghyuk berkata jika berat badan mereka semua naik, tunjuk saja tersangka Junhoe.

"Aku akan keluar. Hanya sementara." Hanbin bangkit dan meninggalkan spasi di antara Yunhyeong dan Jinhwan. Mereka kembali pada aktifitas sebelumnya.

Beberapa menit lewat dan Jiwon pergi setelah menghabiskan Pringles hijau.

.

.

.

"Hanbin."

Lantai paling atas, Bintang-bintang, Bulan, dan Hanbin. Jiwon diam sebentar untuk mengapresiasi segala hal yang dapat ia ambil saat itu. Hanya jika Jiwon dapat membingkai pemandangan di depannya.

Hanbin tidak menengok. Jiwon membawa dirinya mendekat dan berhenti di belakang tubuh tegang Hanbin.

"You can tell me everything." Seperti apa yang ia dengar siang itu.

"I've always got your back." Menyangkal saja.

"Just, don't stress yourself." Hanbin menggeleng dan buku-buku jarinya berbunyi.

Jiwon memegang satu tangan Hanbin. Membalikkan badannya dengan perlahan dan Hanbin menghindari kontak mata dengannya.

Jiwon menunggu. Ia tidak tahu arah. Begitu pula Hanbin. Buncahan rasa itu sulit dipahami. Namun Hanbin takut, ada rasa sakit terselip. Hanbin seperti baru saja menemukan satu lubang untuk menembus dinding.

Jiwon mengeratkan genggamannya. Menatap penuh penjelasan. Namun ia sendiri tidak tahu apa yang ia minta jelaskan. Apa yang mau ia katakan.

"Aku pikir aku bukan gay."


Work Hard, Love Hard | Double B (In Bahasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang