Chapter 5

2.6K 167 42
                                    

Mata Junhoe sudah setengah tertutup saat Chanwoo yang malah kembali ke kamarnya dan bukan Jiwon. Junhoe bisa melihat Chanwoo yang cemberut –walau menurutnya hampir setiap saat ia terlihat cemberut. Junhoe mendudukkan tubuhnya dan mengambil gelasnya yang berisi kopi putih dan menyesapnya.

“Kenapa kau yang disini? Dimana Jiwon?” Chanwoo berdiri di depan ranjang kosong di samping ranjang Junhoe. Ia terlihat lingung dan Junhoe ingat terakhir kali Chanwoo membuat wajah itu saat ia mengerjakan sebuah soal matematika. Junhoe terus menunggu sampai akhirnya Chanwoo duduk di ranjang.

“Karena Jiwon hyung menyuruhku dan Ia ada di kamar nomor enam puluh lim-” “Bersama Hanbin?” Chanwoo diam lantas menjawab ‘Ya’. Dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Ia menggeliat-geliat sebentar lantas memejamkan matanya. Junhoe kembali menanam tubuhnya pada ranjangnya.

Junhoe tau seberapa dekat hubungan Jiwon dan Hanbin – dan Jinhwan. Mereka adalah trinity grup ini. Mereka menghabiskan banyak waktu lebih dari yang ia pernah tau. Mungkin perkiraannya salah. Mungkin perkiraannya benar. Jiwon dan Hanbin punya lebih dari itu. Dan ia sangat ingin tahu, dan ia tahu betul ini bukan urusannya. Junhoe bangun kembali dan memutuskan untuk keluar.
.
.
.
Donghyuk punya waktu satu setengah jam sebelum waktu ia harus tertidur. Ia sudah menyiapkan alarm, bukunya yang sudah setengahnya ia baca, dan mungkin hot chocolate yang sedang dibeli Yunhyeong –berbicara tentang Yunhyeong, dimana dia?

Donghyuk melangkah keluar kamar hotelnya yang ia bagi dengan Yunhyeong dan Jinhwan –yang sudah tertidur. Tidak ada yang spesial di koridor ini. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa untuk menunggu Yunhyeong kembali. Bunyi pintu salah satu kamar terbuka dan ia menoleh. Junhoe, dengan masalah tidur yang ia tidak tahu apa kali ini, melihat ke arahnya juga.

“Hey” Junhoe tidak menjawab sapaanya, namun melangkah ke arahnya. Donghyuk sedikit tertawa melihat raut serius Junhoe.

“Apa kau berpikir keras di malam hari?” Junhoe tidak menjawab juga dan Donghyuk langsung menghilangkan senyum di wajahnya.

“Ada masalah?” Donghyuk berharap kali ini Junhoe menjawabnya. Dan benar.

“Aku merasa ada sesuatu yang janggal”.

Dan di ujung koridor, Yunhyeong datang dengan 4 buah hot chocolate di kedua tangannya.
.
.
.
Hanbin diam, ia hanya membuka mulutnya untuk dihisap kuat oleh Jiwon. Ia dapat merasakan dengan jelas tangan kasar Jiwon ada pada bagian dalam pahanya.
Hanbin mencengkram bahu Jiwon dan membalikkan posisi keduanya. Ia duduk di atas paha Jiwon dan bibirnya sudah ada pada bibir Jiwon. Mengulum satu sama lain sama kuatnya. Dan berhenti saat Jiwon melepas kaos Hanbin. Jiwon menyeringai melihat mata Hanbin. Mungkin ia sama terangsangnya dengan Jiwon.
.
.
.
Junhoe menyesap hot chocolatenya setelah berbicara hampir 20 menit nonstop. Ia bahkan mengurutkan cerita yang ia ceritakan kepada Donghyuk, Yunhyeong dan Jinhwan –yang bergabung setelah sebelumnya terbangun akibat aroma hot chocolate yang menyerbak di kamar mereka. Mereka berkumpul di kamar Donghyuk, Yunhyeong dan Jinhwan untuk berbicara tentang Jiwon dan Hanbin.

Jinhwan mengerutkan alisnya. Ia harus mengakui bahwa Junhoe benar-benar mengamati Jiwon dan Hanbin dengan teliti. Dan pandangannya sangat berbeda dengan bagaimana ia memandang dua teman dekatnya itu. Jika selama ini Junhoe bahkan bisa menyadarinya, kenapa ia tidak? Jinhwan menggigit bibir bawahnya, gugup. Yang lain menyadari tidak bisa berkata apa-apa.

“Kau yakin dengan hal itu?” Yunhyeong bingung. Ia cukup yakin Jiwon dan Hanbin tidak memiliki apa yang disebut Junhoe ‘hubungan gelap’. Persetan dengan itu.

Junhoe diam. Ia juga tidak bisa berbicara lantang menuduh kedua rapper tersebut homoseksual – atau setidaknya mungkin mereka berdua membuat pengecualian untuk satu sama lain. Ia hanya menduga, tapi ia tidak menyangka bahkan Jinhwan -yang selama ini ia pikir mungkin mempunyai sinyal tentang hal ini –bahkan tidak berpikir demikian.

“Mungkin aku hanya terlalu menduga-duga” Junhoe menghela nafas dan kaget saat Donghyuk menyaut “Aku takut selama ini hanya aku yang berpikir demikian, namun Junhoe-“ Junhoe melihat ke arah Donghyuk “-Kau tidak sendiri”.

Yunhyeong dan Jinhwan menatap kaget Donghyuk. Jika Donghyuk yang berbicara ini mungkin mereka bisa lebih percaya sedikit? Yunhyeong menjatuhkan pandanganya pada Jinhwan yang hanya diam. Ia tiba-tiba merasa tidak enak. Apa yang Jinhwan rasakan jika saja yang diduga Junhoe memang benar?

“Aku pusing” Jinhwan akhirnya berbicara. Ia kembali ke ranjangnya dan mematikan lampu. Mungkin pembicaraan ini memang seharusnya sudah selesai.
.
.
.
Hanbin menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ia nyaris menangis saat milik Jiwon memasuki lubangnya. Tangannya yang dicengkram Jiwon mencengkram sprei erat. Hanbin tidak bisa berkonsentrasi pada lidah Jiwon di lehernya, ia terlalu fokus pada rasa sakit di bagian bawah tubuhnya dan di hatinya.

Jiwon akhirnya melihat ke arahnya, ke matanya.

“Hanbin”.

Hanbin kalah melawan dirinya untuk tidak menatap Jiwon balik. Satu tangan Jiwon mengusap-usap dahinya lembut, seolah ia mencintainya. Hanbin hampir lupa bahwa mereka hanya teman.

Nafas Hanbin begitu berat, Jiwon menyadarinya. Mungkin ini terlalu dini. Mungkin ia kurang mempersiapkan Hanbin. Jiwon merasa bersalah.

“I’m sorry, Love. I should’ve prepared you more” Jiwon mengulum bibir bawah Hanbin. Dan Hanbin membalasnya, sedikit lebih kasar. Mungkin karena perasaannya baru saja diterbangkan. Jiwon baru saja memanggilnya ‘Love’. Untuk pertama kalinya Jiwon memanggilnya begitu. Untuk pertama kalinya seseorang memanggilnya begitu.

Hanbin tersenyum kecil dan membawa efek besar terharap Jiwon. Ia baru menyadari betapa penting senyum Hanbin dan eksistansinya di hidupnya.

“Kau tidak bisa mengira”.

“Mengira apa?”.

“Betapa kau sangat penting dalam hidupku”.

Mereka hanyut dalam mata satu sama lain. Menduga-duga apakah sepasang mata itu diciptakan untuk memandangnya atau orang lain.

Hanbin melingkarkan tangannya pada leher Jiwon.

“Move”.
.
.
.
Junhoe diam menatap langit-langit. Ia belum bisa tidur. Tidak setelah ia memberitahu yang lain bagaimana asing hubungan Jiwon dan Hanbin. Ia melihat ke kanan, pada Chanwoo yang sudah tertidur dari bahkan sebelum ia membicarakan hal itu dengan yang lain. Ya, hanya Chanwoo yang belum bergabung dengan forum kecilnya. Mungkin ia akan tanyakan hal ini dengan Chanwoo.
.
.
.
“Aah…”

Hanbin menekan kepalanya pada bantal saat Jiwon menemukannya di dalam. Berusaha menyatukan bibirnya dengan Jiwon sangat susah saat Jiwon terus menekan tubuhnya kencang lebih dalam ke tubuhnya.

Hanbin kali ini teriak. Jiwon memberikan tangannya. Bergerak dari pangkal ke ujung dengan cepat. Hanbin nyaris kehilangan pikirannya.

“FU*K” Jiwon hampir sampai. Begitu juga dengan Hanbin. Hanbin diam, mengapresiasi segalanya. Di atasnya, Jiwon sedang menyetubuhinya, terlihat begitu mempesona.

“Jiwon, fuck me harder”.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Work Hard, Love Hard | Double B (In Bahasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang