Dia marah, itu yang aku tahu.
Tsah! Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia akan marah hanya karena masalah seperti itu saja. Yah, aku tahu kalau aku tidak mengatakannya dengan benar. Membuat dia berpikir kalau aku sejalang yang orang-orang pikirkan. Aku tidak jalang. Tidak lagi! Aku sudah berubah. Aku bahkan sudah tidak ngentot sama orang-orang yang baru aku kenal. Yang ganteng, bukan sama orang jelek, ya. Tak usah, ya! Aku mana mau pantat aku dimainin sama cowok yang wajahnya aja buat pantat aku mengerut persis wajah Dumbledore. Major ew!
Ini sudah kesekian kalinya aku memain-mainkan sedotan milkshake cokelat dengan gusar. Aku masih menunggu dia datang ke sini, ke kantin DisCaf. Aku mau minta maaf dan berjanji kalau apapun yang dia minta akan aku penuhi. Aku juga tidak akan marah kalau dia mau cuci celana dalam Calvin Klein aku lagi menggunakan sabun colek. Serius! Aku berani bersumpah atas nama sepatu Supra aku kalau perlu. Eh, jangan ah! Itu aja, kaus kutang Versace yang tidak aku pakai lagi.
"Lo kenapa, sih?" salak Sid tajam, dia akhirnya mendongak dari BlackBerry-nya. Raut wajahnya masam, tanda kalau dia sedang berargumen dengan Adam. "Daritadi kayak orang mau mati."
"Ih!" Aku mendengus sebal, aku juga lagi bad mood tahu nggak, sih! "Bisa nggak lo diemin tuh mulut lo yang suka nyepong kontol, hmmh? Gue lagi males ngomong sama siapa-siapa. Gue lagi sedih."
Sid memutar bola matanya, membuat wajahnya yang menyeramkan naik dua tingkat. "Ozayn lagi?"
Aku mendesah. "Lo sendiri... Adam lagi?"
Tidak ada jawaban. Maka, seperti itu lah aku dan Sid mendiamkan mulut kami yang suka menghisap kontol. Dia sibuk sama BlackBerry-nya lagi dan aku sibuk menatap Tivo yang sedang asyik memainkan iPad-nya. Entah apa yang dia lihat di dalam sana. Aku melirik And, cowok itu juga sedang sibuk sama Samsung-nya. For Mamayukero's sake! Kenapa mereka saling sibuk begini, sih? Kenapa mereka tidak tanya keadaan aku gitu. Biar rasa sedih aku menghilang setelah aku curhat penuh drama ke mereka. Dasar homo-homo pecun! Aku tidak mengerti kenapa dulu mau sahabatan sama mereka. Oh, karena mereka bukan dari kaum rakyat jelata.
Revie tiba-tiba muncul, cowok imut itu duduk di sebelahku, menghempaskan bokongnya yang rata bagai jalan aspal dengan gelagat nelangsa. Aku menoleh. Menatap wajah imutnya yang tertekuk. Dari dulu aku selalu iri sama alisnya yang tebal dan terbentuk sempurna. Aku dulu pernah punya niat jahat untuk menyuliknya dan mencabut alisnya hingga botak lalu aku implan di alis aku yang tidak begitu lebat. Kalau sudah begitu, aku yakin semua homo jalang di luar sana tertarik sama diriku.
Tunggu sebentar! Aku mau tertawa sama Mamaku dulu, yaitu Lady Gaga.
Oke, sudah cukup tertawanya. Sekarang, tanya keadaan Revie. "Lo kenapa, biatch?"
"Hasil tes Fisika-ku cuma dapat sembilan puluh sembilan, bukan seratus." Suara Revie bergetar, dia seperti mau menangis. Hanya karena itu dia sedih? Demi kontolnya Harry Styles, dia benar-benar nerd sejati. "Aku salah di bagian kuantum dan atom. Padahal aku sudah belajar semaleman. Itu juga soalnya sebenernya mudah, itu kan soal untuk tingkat S2."
Buset! S2?! Aku baru baca soal nomor satu mungkin aku sudah meninggal. Dijemput malaikat ganteng dengan sayap berbentuk kontol tanpa jembut.
"Sembilan puluh sembilan kan udah bagus, Rev." Aku tetap sahabat cowok imut ini meski aku benci otaknya yang terlalu pintar dan aura jelata yang dia timbulkan di udara. "Gue aja kalo dapet enam puluh lima di soal ulangan, Anna sama Matt bakal bikinin gue rumah pelacuran di Mars. Isinya cowok-cowok dari majalah Manners, gigolo dan pelacur kelas atas simpanan sugar daddy selevel sama Christian Gray."
Revie sama sekali tidak terhibur sama ucapan yang aku lontarkan. Dia malah makin merana. Aku mendengus samar, ingin mencekik cowok imut ini agar sadar kalau dia sudah cukup pintar. Agar aku juga tidak ikut-ikutan gila, mungkin aku harus pergi dari sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
KumFlaFi!
AcakKumFlaFi (adj): Berupa kumpulan Flash Fiction. Berisi tulisan-tulisan dengan cerita yang singkat. Hanya beberapa lembar dan beberapa ribu kata. Hampir mendekati cerita pendek, namun flash fiction lebih pendek lagi. Juga menceritakan beberapa kronolo...