"Adel yaampun coba lo liat deh, dia ganteng banget masa"Pekik seorang gadis begitu melihat Seorang pria yang berulang kali memasukan bola basketnya ke ring, membiarkan keringat yang membanjiri pelipisnya tanpa ada niatan untuk mengelap nya, yang bahkan membuat ketampanannya berkali-kali lipat.
Gadis yang tadi memekik ini semakin gencar mengoyang-goyangkan lengan temannya yang sedari tadi mendelik kearahnya.
"Clara please, gausah lebay, Lo gak bosan apa tiap hari ngeliat si arva yang bolak balik kek orang yang gak ada kerjaan dilapangan basket" Adel mendengus kesal. lalu melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, baiklah sekarang tinggal sepuluh menit lagi, dia akan senang hati meninggalkan acara membosankan ini. dimana dia maupun para siswi yang ada disini hanya bisa menatap, menonton orang yang melakukan olah raga tanpa bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat. cih kekurangan kerjaan sekali.
Jika saja clara tidak memohon-mohon kepadanya tadi untuk menemaninya menonton pertunjukan monoton si arva. tentu ia tidak akan sudi membuang waktunya untuk hal yang tidak penting seperti ini.
Arva si kapten basket lah, arva si pentolan sekolah lah, arva si siswa berprestasi lah, seakan-akan semua keahlian ada pada dirinya. terlebih lagi didukung dengan fisiknya yang nyaris sempurna.
"issh, lo gak pernah ngerasain jatuh cinta sih makanya lo bisa ngomong kek gitu" Clara kembali menatap arva yang kini tengah break, dan beristirahat di salah satu bangku yang tersedia disana. diikuti beberapa temannya.
Jika tim arva latihan memang selalu mengundang kaum hawa untuk menyaksikannya. lihat saja bahkan banyak siswi yang menahan nafas saat arva melemparkan pandangan menyapu para fansnya disini, kecuali Adel tentunya. termasuk teman disampingnya yang membeku melihat tatapan teduh dari arva.
cih. baru adel sadari bahwa arva membawa pengaruh besar bagi temannya atau bahkan kaum hawa disekolahnya ini. Hell.
-.-
23 November 2015
