Radelta - Dua

24 2 0
                                    


Gadis ini menatap horor pada lembar kertas berisi soal ulangan matematika. Padahal waktu sudah berjalan 45 menit, namun lembar jawabannya masih suci tanpa noda apapun, ia menghela nafas lalu kembali memfokuskan dirinya, berharap rumus-rumus yang telah dihapalkannya tadi malam akan membawakannya titik terang menuju sebuah jawaban yang diharapakan oleh pak guntoro yang terus menatapnya sedari tadi.

Radel melirik kesamping ada clara yang tak kalah frustasinya dengan dirinya. adel terkekeh nasib clara sama seperti dirinya.

"Radelta Anastasya Giorfani, silahkan fokus ke lembar jawaban mu"Radelta tersenyum kikuk ke pak guntoro lalu menunduk dan kembali berusaha menodai lembar jawabannya dengan angka-angka yang diyakininya 100% akan melenceng dari jawaban sebenarnya.

-.-

"Vardo kantin yuk"Adel tersenyum didepan laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak Sd hingga sekarang ini.

"Itu suara gak usah sok diimutin, lo gak ada tampang-tampang imutnya sama sekali"Sakit, nyelekit, tajem setajem silet. emang ciri khas dari seorang Ravendra Varrdo Armadeo.

"Kampret lo. Ngiri gak bisa sok imut hah"Radelta menendang tulang keringnya Vardo

"ck. selo aja kali. PMS lo?" Vardo lalu merogoh sakunya, mengeluarkan gadgednya, lalu melihat tanggal digadgednya itu. Pantas, tanggal 15. Vardo manggut-manggut, jadwal bulanan adel.

"Udah yuk kantin aja"Vardo segera bangkit dari tempat duduknya lalu merangkul adel yang mendumel pelan.

-.-

"Lo mau apa? biar gue pesenin."Ucap Vardo setibanya dikantin.

"Samain aja"Ketus adel, Vardo hanya menggeleng-geleng, masih ngambek rupanya. lalu pergi memesan makananannya

Adel menatap kantin yang lumayan ramai saat ini, perhatiannya terpaku pada orang-orang yang berada di meja tengah-tengah kantin. biasa, penghuninya memang selalu berisi arva dan teman-temannya. orang-orang yang haus akan ketenaran memang seperti itu kan? selalu berada dipusat keramaian dengan maksud agar selalu diperhatikan oleh orang lain. Cih.

Posisi tempat adel duduk saat ini memang sangat strategis untuk memperhatikan orang-orang tanpa harus takut orang itu memergokinya. seperti yang adel lakukan saat ini, ia menajam kan matanya memperhatikan si pentolan sekolah arva apa yang ada pada dirinya sehingga membuat kaum hawa disini begitu menyukainya.

senyumnya lumayan manis, dengan lesung pipi dan bola mata berwarna hitam pekat disertai dengan bulu mata yang lentik dan alis yang te... eh eh eh, kok arva malah nengok ke sini sih. Radelta gelagapan lalu membuang pandangannya ke arah lain. beruntunglah Vardo segera datang membawa nampan yang berisi bakso dan es teh itu.

"Thanks Vardo"Ucap adel sambil tersenyum lebar, setelah vardo menyodorkan semangkok bakso dan es teh. vardo menganggukan kepalanya lalu duduk di kursi berhadapan dengan adel

"Kemaren lo kemana?"Tanya Vardo sambil menyuapkan sesendok bakso ke dalam mulutnya

"oh itu, gue nemenin clara nonton anak-anak latihan basket"Vardo manautkan alisnya

"tumben"

"Ck si clara mohon-mohon sama gue kemaren, guenya jadi gak tega. jadi ya begitulah"Ucap adel disela kunyahannya

"Oh ya gue lupa ngasih tau lo, si arva kemaren ngajakin gue gabung ke club basketnya"

uhukk..uhukk

Vardo menatap adel aneh.

"Kampret, kalo mau cerita liat sikon kek"Ucap adel setelah meminum es tehnya

"lo nya aja yang lebay"

"tapi lo beneran mau gabung?"adel bertanya tanpa menghiraukan celotehan vardo

"Ya, mungkin"

"JANGAN!!!!!"Radelta berteriak sambil menggebrak meja

krik..krik

Hening.

Radelta menatap sekelilingnya, pandangan mereka dikantin ini bahkan hanya terpaku pada dirinya. Adel menatap Vardo yang melongo menatapnya. Beberapa detik kemudian adel sudah mendapatkan kesadarannya lalu mengumamkan kata 'maaf' dan perhatian siswa-siswi lainnya sudah tidak kepada dia lagi.

'pletak' 'pletak'

"lo jadi orang kok malu-maluin amat sih"Adel meringis mengusap keningnya yang dijitak dua kali oleh vardo.

"sakit bego"Celetuk adel sambil mendengus kesal

"tapi lo lebih baik jangan ikutan club basket deh"adel menatap serius kepada Vardo yang sedang menyuapkan bakso kemulutnya

"Beri gue alasan logis untuk menolak ajakan si arva"

"Entar yang jadi nyopirin gue pulang siapa?"

"Dasar bego"Vardo mengumpat pelan dan menatap adel jengah
"Alasan lo gak bisa diterima"

"Yahh do"Adel mengerucutkan bibirnya.

"Lo kan bisa nungguin gue. kalo lo gamau ya terserah, ngesot aja pulang sono!"

Adel mendelik ke Vardo "Dasar Jenglot"Maki adel lalu pergi meninggalkan Vardo yang masih asik menikmati baksonya.

-.-

28 November 2015

RadeltaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang