Hyejin POV
Mataku mencari buku-buku yang akan aku jadikan sebagai referensi dalam tugasku. Jujur aku sangat malas melakukannya tapi bagaimana lagi aku harus mengerjakannya kalau tidak aku akan mendapatkan nilai tunda di kelas Prof. Lee. Aku sedikit menyesal karena tidak menerima tawaran Sehun semalam. Andai dia ada di sini mungkin dia akan sedikit membantuku atau setidaknya aku tidak merasa kesepian.
Jemariku berniat mengambil buku yang berada di rak paling atas tapi apa dayaku yang hanya memiliki tinggi sedada sebahu Sehun aku tidak bisa menggapainya. Saat seperti iniah aku merasa membutuhkan Sehun. Aku berusaha mengapainya tapi tetap saja tidak bisa namun tiba-tiba aku melihat sebuah tangan menjulur di atas kepalaku mengambil buku itu. Aku membalikkan tubuhku sehingga aku melihat dada seorang pria di hadapanku. Jarang kami sangat dekat, aku harus menahan nafasku karena shock. Kesadaranku kembali saat buku yang ingin aku ambil berada di depan mataku. Aku mendongak melihat wajah orang yang menyulurkan buku itu padaku. dia sangat tinggi, bahkan lebih tinggi beberapa centi dari Sehun pantas dia bisa menggapai buku itu dengan mudah. Dan juga wajahnya terlihat sangat tampan sekaligus cute dalam waktu yang bersamaan. Berbeda dengan Sehun, wajahnya memang tampan tapi apa gunanya tampan jika dia selalu memperlihatkan wajah dinginnya itu. Sehun akan terlihat benar-benar tampan jika dia tersenyum.
"kau membutuhkan ini kan?" tanyanya. Aku mengangguk pelan dan mengambil buku itu dari tangannya. Dia hanya tersenyum dan pergi meninggalkanku tanpa pamit sama sekali. aku mengarahkan pandanganku ke arahnya yang beberapa langkah dari diriku.
"khamsahamnida". Kataku sedikit berteriak agar dia bisa mendengarkannnya. Dia hanya melambaikan tangannya ke atas tanpa berbalik sama sekali. kira-kira dia siapa? Baru kali ini aku melihatnya. Apa karena aku yang kurang bergaul sehingga aku tidak pernah melihatnya? Aku rasa tidak. Aku cukup bergaul di kampus ini jadi siapapun pasti aku tahu walaupun aku tidak mengenal mereka semua tapi setidaknya aku mengetahui mereka yang berada di kampus ini. sudahlah lebih baik aku mengerjakan tugas Prof. Lee agar aku bisa pulang cepat hari ini.
@@@
"Hyejin-ah.... Kau tahu, Prof. Lee tidak masuk hari ini tapi dia akan di gantikan dengan asistennya". Kata salah satu temanku, Kim Nauen. Dia duduk di sampingku. Aku hanya bisa menghela nafas berat. aku sudah menyelesaikan tugasku tapi Prof. Lee tidak masuk. Rasanya pekerjaanku itu hanya sia-sia saja karena aku tidak bisa mengumpulnya hari ini.
"kenapa kau terlihat lesu? Harusnya kau senang karena kita tidak akan mendengar dongeng dari Prof. Lee. Kau tahu, mataku ini otomatis akan selalu ingin tertutup saat mendengar Prof. Lee menjelaskan. Aku tidak habis mengapa ada dosen yang sangat pandai membuat mahasiswa tertidur". Aku mengetuk kepala Nauen dengan pulpen di tanganku. Dia itu sangat cerewet. Mungkin ibunya mengidam selalu berbicara saat mengandung dirinya.
"diamlah. Dia itu dosen kita, kau harus menghormatinya". Kataku bijak. Jujur apa yang Nauen memang benar tapi bagaimanapun Prof. Lee adalah seorang dosen yang harus kami hormati karena telah membagi ilmunya pda kami walaupun aku tidak yakin semua yang dia ajarkan dapat di pahami oleh mahasiwanya.
"hoel... tidak usah menceramahiku. Kau kira aku tidak tahu jika kau itu selalu menguap saat Prof. Lee mengajar. Aku tahu Shin Hyejin". Kata Nauen tidak terima dengan perkataanku. Aku berniat membantahnya lagi tapi teman-temanku sudah berlarian masuk ke dalam kelas dan itu berarti dosen kami sudah siap mengajar. Mataku membulat saat melihat siapa yang masuk ke dalam kelasku. Orang itu adalah pria yang menolongku di perpustakaan kemarin. Jadi dia adalah asisten Prof. Lee. Tapi nampaknya dia masih muda. Aku pikir asisten Prof. Lee sudah cukup berumur namun nyatanya tidak. Di hadapan kami sekarang berdiri seorang pria muda yang tinggi, tampan dan mempunyai senyuman yang sangat manis terlebih lagi sebuah lesung pipi bertengker dengan manis di pipinya membuat sneyuman itu semakin manis. Aku yakin para mahasiswi di kelas ini akan terpesona dengan senyuman itu begitupun dengan diriku. Nauen yang duduk di sampingku tidak berhentinya menjerit tertahan saat melihat pria itu. Sesekali di menyenggol lenganku dengan lengannya. Mahasiswi di kelas ini bagaikan mendapatkan melihat sebuah berlian di hadapan mereka dan akupun juga seperti itu. Ya Tuhan, kenapa kau membiarkan malaikatmu lepas di bumi?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Fall In Love
FanfictionBagaimana rasanya jika kau memiliki rasa lebih pada sahabatmu sendiri tapi sahabatmu itu sama sekali tidak mengetahuinya bahkan dia mengatakan padamu "Mari kita tidak saling jatuh cinta"? Apakah kau memilih membuang perasaanmu itu atau malah mempert...