Chapter VI

530 59 5
                                    

Sehun POV

"Sehun-ah, aku menyukainya".

Pandanganku beralih ke arah gadis yang berada di sampingku. Aku terus saja memandang ajahnya yang memancarkan aura kebahagian di sana. Bibirnya berbentuk bulan sabit yang tidak kalah indahnya dengan bulan sabit malam ini.

"walaupun kami baru bertemu sebulan tapi aku sudah mulai menyukainya. Mungkin sejak pertama bertemu dengannya aku sudah mulai menyukainya. Hanya dia yang mampu membuat jantungku berdetak tidak karuan dan membuat perutku seakan-akan dikelilingi kupu-kupu saat bersamanya".

Lalu bagaimana denganku? Apa kau tidak pernah merasakan hal seperti itu padaku? padahal kita sudah bersama selama 5 tahun, apa rasa itu tidak ada padamu?. ingin rasanya aku mengatakan itu semua saat ini tapi entah mengapa mulutku terasa kaku dan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

"menurutmu bagaimana Sehun-ah? apa aku harus mengatakan padanya?".

Hyejin berbalik menatapku. Masih dengan senyuman indahnya. Jangan, aku tidak rela jika kau bersamanya karena aku ingin selalu bersamaku. Ingin aku katakan itu tapi mulutku tidak dapa mengatakannya dan hanya dapat berkata.

"ikuti saja kata hatimu".

Dia mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Dan aku mengikutinya. Sekarang aku tidak percaya dengan apa yang orang-orang katakan. Mereka mengatakan 'kau akan ikut bahagia jika orang yang kau sayangi bahagia walaupun tidak bersamamu' tapi mengapa aku tidak bahagia sama sekali? aku hanya bisa merasakan rasa sakit saat ini. hatiku sangat sakit, rasanya malam ini aku baru saja bertemu domentor salah satu karakter di Film Harry Potter karya J.K. Rowling yang dapat menghisap semua kebahagian seseorang. Rasa bahagiaku yang terbentuk seharian ini karena seharian ini aku terus bersama Hyejin. Mulai dari kampus, makan malam bersama oemma sampai sekarang kami duduk berdua di taman di belakang halaman rumahnya. Sepertinya aku tidak dapat berlam-lama lagi di sini. semakin lama aku bersamanya semakin sakit hatiku terasa. Aku beranjak dari dudukku.

"kau mau kemana?". Tanyanya saat melihatku berjalan menjauhinya.

"sudah malam, lebih baik kau tidur. dan jangan lupa kunci pintumu dengan baik". Kataku sambil berjalan menjauhinya tanpa memandangnya sama sekali. aku tahu mungkin ini hari terakhirku bisa memandang wajahnya dengan leluasa karena sebentar lagi dia akan menjadi milik seseorang dan aku sudah tidak berhak lagi terus menerus bersamanya. Walaupun statusku sebagai sahabatnya tapi aku yakin status lelaki yang telah memiliki hatinyalah yang akan menjadi prioritas utamanya. Aku sudah sering melihat atau mendengar jika sahabatmu atau temanmu sudah memiliki kekasih maka prioritas utamanya sekarang adalah kekasihnya bukan dirimu lagi. dan demi kebahagiannya aku berusaha merelakan dia walaupun rasa sakit itu akan menyiksaku.

@@@

Hyejin POV

Hari ini aku mencari makhluk yang berhasil pikiranku selalu berisi tentang dirinya. sosok yang tampak seperti tiang listrik jika berada di sampingku namun postur tubuh itu membuatku merasa sangat aman berjalan bersamanya. Tampang yang tampan saat terdiam namun akan berubah menjadi konyol dan tampak idiot saat dia tertawa. Park Chanyeol, seorang asisten dosen yang sejak pertama bertemu sudah membuat jantungku berdegub kenyang takkala dia membantuku mengambil buku di perpustakan. Ya aku sudah mulai menyukainya sejak pertama bertemu dan setelah hampir sebulan aku terus bersamanya karena suatu tugas tak terasa rasa cinta itu muncul padaku. baru kali ini aku merasakan hal itu pada seorang lawan jenis. Aku memang mempunyai seorang sahabat dan dia namja. Aku juga bersama dia sudah hampir 5 tahun tapi aku tidak pernah merasakan hal seperti ini padanya, dan malahan aku merasakan hal aneh ini pada seorang pria yang baru sebulan aku jumpai. Mungkin itu yang dikatakan cinta datang secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Aku mengedarkan pandanganku ke taman kampus yang tidak terlalu ramai karena saat ini ujian semester sudah selesai jadi para mahasiswa dan mahasiswi jarang datang ke kampus. Aku menemukan sosok itu sedang duduk di bawah pohon sambil membaca buku. Melihat dirinya dari jauh saja jantungku sudah berdetak cepat apalagi jika bertemu dengannya secara dekat. Aku menenangkan diriku sebelum mengahampirinya. Beberapa kali aku menghela nafas untuk menenangkan diri sambil berjalan ke arahnya. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiranku saat ini. dia masih sibuk dengan bukunya. Aku mendudukkan diriku di sampingnya menatap wajah tampannya dari arah samping.

"sampai kapan kau menatapku seperti itu nona Shin?". Aku mengalihkan wajahku ke arah depan. Aku tidak menyangka dia mengetahui kehadiranku karena sedari tadi dia tidak bergeming saat aku mendekatinya. Dan itu berhasil membuat wajahku memanas dan pasti memerah sekarang karena malu sudah tertangkap basah memandang wajahnya tanpa izin.

"jadi, apa yang membuatmu datang kesini menemuiku?". Tanya lagi membuat diriku semakin gugup. Apa yang harus aku katakan?.

"aku... aku... aku Cuma lewat tadi tapi melihatmu duduk sendirian disini jadi aku mampir untuk menyapamu". Kataku tanpa memandangnya sama sekali. aku hanya meliriknya dari ujung mataku dan aku melihat dia masih memandangku.

"ah... jadi Cuma mau menyapa tapi kenapa kau hanya diam-diam memandang wajahku tadi. Bukanya kau ingin menyapaku?". Aku kembali tersentak. Kenapa dia selalu membuatku diam tidak berkata-kata seperti ini? dia selalu saja berhasil membuatku kehabisan kata-kata.

"aku... kau tadi sangat serius membaca jadi aku takut menganggu". Aku mengigit bibirku takut jika jawabanku terdengar aneh di telinganya. Aku menoleh ke arahnya saat mendengar suara tawanya yang menggelegar di telingaku.

"kenapa kau sangat lucu Hyejin-ssi?" dia tertawa menunjukkan gigi putih bersihnya sambil mengacak-acak rambutku gemas. Aku seakan terpesona dengan tawanya itu. aku hanya diam melihatnya.

"sudah waktu makan siang? Ayo kita makan siang bersama". Ajaknya. Dia beranjak dari duduknya, membersihkan celananya dari debu dan juga dedaunan yang melekat saat dia duduk tadi lalu menjulurkan tangannya ke arahku. Aku tidak langsung menerimanya membuat dia menatapku dengan wajah bingungnya.

"Chanyeol-ssi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu". dia menatapku dengan wajah bingungnya. Aku menatapnya dengan mantap. Aku sudah yakin untuk mengatakan perasaanku saat ini juga. aku tahu, sebagian orang berpikir hanya seorang pria yang dapat menyatakan perasaannya duluan tapi bagiku berbeda. Baik pria maupun wanita, siapapun boleh mengatakan perasaannya terlebih dahulu sebelum semuanya terlambat. Dia menekuk kakinya membuatnya sejajar dengan diriku yang masih terduduk. Aku menelan salivaku terlebih dahulu sebelum mengatakannya.

"Park Chanyeol, aku.... Aku...". Kataku seakan tehambat di tenggorokan. Kenapa mengatakannya sangat susah seperti ini.

"kamu apa?". tanyanya masih menunggu lanjutan ucapanku.
"aku menyukaimu Park Chanyeol". ucapku sambil menutup mata. Hening... itu yang aku rasakan. tidak ada suara sama sekali keluar dari bibir Chanyeol. aku hanya merasakan angin yang berhembus menerbangkan rambutku yang aku urai. Dengan perlahan aku membuka mata takut Chanyeol meninggalkanku sendiri di sini tapi saat aku membuka mataku dengan sempurna aku melihat Chanyeol di depanku sedang menatapku lekat dengan senyuman manis di bibirnya. kami kembali terdiam.

"tadi kau mengajak makan siangkan? Ayo kita makan". Aku membuka suara setelah beberapa menit kami hanya terdiam. Aku merasa canggung dan juga malu saat ini. sepertinya aku sudah melakukan hal yang tidak tepat saat ini. lebih baik aku pergi saja. aku beranjak dari dudukku dan melangkahkan kakiku menjauh dari Chanyeol. kenapa dia hanya diam dan tidak berkata-kata sama sekali? apa dia tidak mendengarnya? Tapi aku rasa tidak karena tadi jarak kami sangat dekat dan aku yakin dia mendengarnya dengan jelas. Aku mendengar suara langkah kaki Chanyeol di belakangku. tubuhku tiba-tiba terhempas ke belakang saat aku merasakan seseorang yang aku yakini adalah Chanyeol menarik tanganku dengan cukup keras. Aku merasakan tubuhku bertabrakan dengan tubuhnya dan tangannya sudah berhasil memeluk pinggangku dengan erat. Aku mematung di dalam pelukkannya. Telingaku mendarat dengan mulus ke dadanya membuatku bisa mendengar detak jantungnya yang berdetak kencang seperti detak jantungku saat ini.
"aku juga menyukaimu Shin Hyejin. Maukah kau menjadi kekasihku?". Mataku membulat saat mendengar suaranya. Kata-kata itu terdengar jelas di telingaku karena tidak ada jarak yang memisahkan kami. Aku tersenyum, mengeratkan pelukkanku lalu menganggukkan kepalaku. Aku merasakan dia tersenyum lalu ikut mengeratkan pelukkannya. Aku ingin menjadi kekasihmu, Park Chanyeol.

Let's Not Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang