Pagi ini hujan turun lagi. Tidak terlalu deras. Tapi rintiknya selalu berhasil menyentil hatiku. Mengingatkanku akan tentangmu. Mengingatkanku saat kita masih bersama. Mengingatkanku saat aku merengek memintamu menemaniku bermandikan air hujan.
"Ayo temenin main hujan pokoknya." Pintaku sambil merengek menatapmu dengan mata yang ku buat sesendu mungkin. Berharap agar kamu mengabulkan keinginanku.
"Enggak. Kemarin kamu udah hujan-hujanan sekarang badan kamu panas. Gitu masih mau hujan-hujanan lagi?" Kamu menatapku dengan mata tajammu. Dan aku hanya bisa tertunduk sembari memainkan ujung selimut dan menggigit bibirku.
"Tapi kemarin aku sendirian. Itu juga gak sengaja. Jadi namanya bukan main hujan-hujanan. Tapi kehujanan." Aku masih mencoba bernegosiasi.
"Sekali eggak ya enggak. Sekarang kamu bobok. Pejamin mata kamu. Aku temenin kamu disini." Matamu masih menatapku tajam. Tapi jemarimu sudah membelai keningku. Menyibakkan poni yang sengaja aku biarkan sedikit memanjang karena kamu mengatakan bahwa aku terlihat manis dengan poni panjangku. Sementara aku mulai memejamkan mata menikmati belaianmu.
"Tapi maaaassss..." Aku masih mencoba merayumu.
Cup. Aku merasakan bibirmu menempel didahiku. Terasa dingin namun nyaman. Dan aku semakin tenggelam dalam lelapku. Tiada lagi bantahan dariku. Hanya jemarimu yang terus bergerak hingga benar-benar mengantarkanku ke pulau mimpi. Sunyi.
5 tahun sudah berlalu. Apa kamu masih ingat kejadian itu? Apa kamu masih ingat aku? Apa kamu masih ingat janjimu yang mengatakan kalau kamu akan kembali untuk menjemputku?
Aku menengadahkan kepalaku. Berusaha menahan air mata ini agar tak kembali menetes untukmu. Huh. Aku selalu cengeng jika itu menyangkut tentangmu.
Andai saja kamu tau. Aku masih berada di tempat ini karena berharap agar saat kau pulang aku bisa menyambutmu. Berharap agar kamu tak kebingungan mencari keberadaanku. Berharap agar kamu tak lupa jalan untuk menjemputku. Berharap dan selalu berharap.
Aku menghembuskan nafasku dalam dan perlahan. Mencoba mengambil kendali diri yang sempat terabaikan. Ternyata rasanya masih sama. Masih sakit.
Ku usap butiran bening disudut mataku.
Aku merindukanmu mas. Lebih dari sangat merindukanmu. Aku rindu pelukanmu. Aku rindu kecupanmu. Aku rindu aroma tubuhmu. Aku rindu belaianmu di kepalaku. Aku rindu lenganmu yang biasa kau pinjamkan sebagai bantalku. Aku rindu leluconmu. Aku rindu semua tentangmu. Rindu ini sakit mas. Sangat sakit. Sampai rasanya aku lebih memilih menusukkan pisau ke jantung ini ketimbang aku harus selalu kesakitan setiap aku merindukanmu. Tapi mas tenang saja. Aku tak mungkin melakukan itu. Aku masih ingat janjiku yang masih harus selalu menunggumu.
Lekaslah pulang sebelum aku menyerah dalam sakit ini.
== END
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Short Story
القصة القصيرةCerita yang sangat super pendek. Beberapa adalah arsip dari cerita yang pernah aku share di kronologi FB. Biar gak hilang. :) Enjoy it!!