PROLOG

4.7K 172 14
                                    

Mata Regina terbuka sedikit demi sedikit. Hal pertama yang tertangkap oleh matanya adalah lantai kayu. Gadis itu langsung menyadari dirinya terbaring di lantai. Tak hanya itu, dia juga mendapati mulutnya tersumbat dengan sehelai kain dan kedua kaki serta tangannya terikat ke belakang.

Oh, Tuhan, apa yang terjadi? Siapa yang mengikatku? Dimana Kilian?

Dengan bingung dia melihat ke sekeliling. Tak ada siapa-siapa. Rumah itu selain berlantai kayu juga memiliki beberapa perabotan dari kayu. Sekelilingnya terlihat kursi, meja dan buffet yang terbuat dari kayu. Rumah itu bertembok batu sementara pintu dan jendelanya terbuat dari kayu yang tidak terurus.

Dimana ini? Pikirnya bingung. Dia sama sekali tidak mengenal tempat itu. Ingin sekali dia memanggil tapi mulutnya susah digerakkan. Karena itu, Regina berusaha melonggarkan ikatan di tangannya, tapi usahanya itu justru membuat tangannya sakit. Regina kemudian menggerakkan kakinya. Dia memberontak menarik-narik kedua kakinya secara bergantian untuk melonggarkan ikatannya. Pada saat yang bersamaan dia mendengar degum langkah kaki. Buru-buru dia memejamkan matanya dan pura-pura tak sadarkan diri.

"Berapa lama kita akan membekap dia di sini?" tanya seorang pria.

"Selama yang kita butuhkan untuk memancing bocah itu keluar," sahut suara pria yang lain.

Bocah? Kilian maksudnya? Siapa yang telah menyekapnya? Outsiders? Insiders?

Ketika Regina hendak mengintip, wajah seorang pria justru sedang mengamati wajahnya. Regina terkejut dan spontan memejamkan matanya dengan erat.

"Shit! Dia telah sadar!"

"Lemparkan dia!"

Sebentar kemudian Regina sudah merasakan tubuhnya telah diangkat dan dengan cepat dibawa keluar oleh salah satu dari pria yang menyekapnya. Kemana dia akan dibawa, pikirnya. Lalu dalam hitungan yang cepat tubuhnya melayang ke suatu arah. Regina berusaha menahan napas. Dia yakin benturan keras akan segera terjadi begitu tubuhnya dilemparkan. Kengerian langsung menerkamnya saat dia membayangkan rasa sakitnya. Namun di detik berikutnya Regina memutuskan untuk mengintip dan... Oh, Tuhan. Tubuhnya melayang mengarah ke sebuah danau.

Byuuuur!

Rasa dingin langsung menyerangnya ketika tubuhnya masuk ke dalam air. Dia berusaha tidak panik dan menahan napasnya. Rasa penasaran kembali memaksanya untuk membuka matanya. Tapi warna biru air justru membuatnya ketakutan. Spontan kepalanya menengok ke atas mencari cahaya. Dan tampak cahaya matahari perlahan memudar. Pertanda tubuhnya terseret ke dasar dengan cepatnya.

Oh, tidak. Dia harus berenang ke atas, pikirnya cepat. Digerakan kedua kakinya, tapi sulit sekali. Dia langsung menyadari jika tidak mungkin baginya mendorong tubuhnya ke atas bila kedua kakinya terikat.

Namun Regina tidak ingin menyerah. Dia tidak ingin mati. Karena itu dia berusaha menggerakkan kedua kakinya. Lagi dan lagi. Namun usahanya mengalami kebuntuan, ketika dia mulai kehabisan oksigen. Sulit baginya untuk menahan napas lebih lama. Paru-parunya akan meledak. Dan tak mampu menahan lagi, Regina terpaksa membuka mulutnya dan air pun tersedot lewat mulut dan hidungnya. Dalam sekejap air menerobos masuk ke paru-parunya. Kepalanya terasa sakit sekali dan seperti hendak meledak. Perlahan dia kehilangan kesadarannya.

Kilian. 

THE BATTLE OF THE INSIDERS (Book 2 - Kilian Humphrey Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang