Pada punggung sebuah bukit yang beratapkan langit gelap disertai awan hitam, diantara pepohonan dan tanaman kopi, sekelompok orang berpakaian serba gelap, merintih dalam kesedihan, melepas kepergian orang terkasih. Dari tanah kembali ke tanah. Dari debu kembali ke debu. Kata-kata itu selalu menjadi pengunci dalam setiap upacara pemakaman; dan juga menjadi pengingat untuk setiap manusia, tentang dari mana dia berasal. Tentang bagaimana Allah menjadikan manusia.
Hujan turun, disertai angin kencang. Cabang dan ranting pepohonan, juga rerumputan, dipaksa mengikuti kemana arah angin berhembus. Semua tampak tunduk, condong mengikuti arah sang angin.
Jam 3 sore, waktu disaat Fernando dikebumikan. Turut mengantar kepergiannya adalah keluarga dan orang-orang terkasih. Ada juga sahabat, kenalan dan handai tolan. Tak terlewatkan kehadiran seorang pemuda berkulit putih pualam, Kilian Humphrey.
Mereka, semuanya, berkumpul mengelilingi kubur Fernando. Tangis dan isak mengiringi ketika peti jenasah Fernando dimasukkan ke dalam bak kubur yang terbuat dari semen. Kenangan tentang Fernando yang menerpa pikiran setiap orang yang ada di sana, menjadi pemicu rasa duka yang mendalam. Sebagian percaya, kelak mereka akan bertemu lagi, sesuai iman Kristiani mereka bahwa kematian hanya memisahkan mereka sementara, karena kelak mereka akan bertemu lagi di dalam kerajaan Allah. Tapi sebagian kecil, berduka karena merasa tak ada lagi kesempatan kedua. Buku tentang Fernando telah selesai. Tak ada sequel cerita darinya lagi.
Dibalik jubah yang basah dan tetesan air hujan yang mengalir deras di wajahnya, Pastor Jose memimpin misa pemakaman. Dia adalah sahabat Fernando sejak kecil. Mereka telah melalui banyak hal dalam memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste. Kenangan itu juga mengantar Pastor Jose pada perasaan kehilangan.
"Dia orang baik," kata Pastor Jose saat bertemu Kilian di rumah sehari sebelum pemakaman. "Dia telah menolong banyak orang. Menyelematkan banyak jiwa. Dan membesarkanmu dengan kasih sayang. Dia orang baik."
Ucapan Pastor Jose memang benar. Alam juga membenarkan kalau Fernando adalah orang baik. Kilian teringat pada perkataan Fernando tentang orang baik. Fernando pernah berkata, bahwa orang yang baik, yang banyak membantu orang lain, di hari kematiannya, kesedihan tidak hanya terlihat dari orang-orang di sekelilingnya, tapi juga oleh alam. Hujan akan turun di hari pemakamannya dan itulah tanda bahwa alam turut sedih melepaskan kepergian orang baik itu.
Ketika upacara pemakaman selesai dan orang-orang telah meninggalkan tempat itu, begitu juga dengan anggota keluarga yang satu persatu pergi; Kilian seorang diri, berdiri di bawah pohon Mahoni, tepat di kepala kubur Fernando, memandang dengan sendu makam Fernando yang telah ditutup mati dengan beton semen. Hujan masih mengguyur. Seluruh tubuh pemuda itu basah kuyub. Dia berjongkok dengan susah payah di kepala makam. Kakinya yang dipatahkan oleh the whole, masih belum sembuh total. Dengan lambat, Kilian mengangkat tangannya dan menyentuh salib kayu, yang bertuliskan nama Fernando da Costa, yang ditanam di kepala makam.
"Papa, terima kasih buat segalanya," katanya lirih. "Aku akan menjalani hidup dengan baik. Aku juga akan menjaga Regina dengan baik. Aku akan menemukannya. Jangan kuatir. Aku pasti bisa menemukannya. Istirahatlah. Sampaikan salamku buat Papi dan Mami. Aku menyayangimu Papa. Selamanya aku akan merindukanmu." Air mata Kilian larut dengan tetesan hujan. Kemudian dia bangkit perlahan, sebelum pergi, dia melemparkan mawar putih di atas kubur Fernando dan kemudian berkata, "Abrigado, Tiu."
Pemuda itu berbalik dan ketika kakinya yang pincang melangkah meninggalkan makam Fernando, segera matanya menangkap sesosok pria sedang berdiri di bawah pohon-pohon kopi. Wajahnya putih pucat dan dingin. The whole. Dan Kilian mengenalinya. Pria itu pernah terlihat dalam rombongan yang mengunjungi rumah Fernando. Dengan sarat rasa ingin tahu, Kilian memandang lurus ke arahnya tanpa berkedip. Kakinya dipaksakan melangkah dengan tegas ke arah pria itu. Seperti menunggu kedatangan Kilian, pria itu juga tidak bergeser dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BATTLE OF THE INSIDERS (Book 2 - Kilian Humphrey Series)
AdventureKetika Kilian berniat mencari keberadaan Regina di kota London, dia tidak menyadari bahwa hidupnya akan segera dihadapkan pada sebuah petualangan besar. Petualangan yang penuh misteri dan bahaya. Pertemuannya dengan Kaum Setengah - mereka yang berd...