Bagian 5

1.6K 60 0
                                    

“Kau banyak berubah Sofyan. Terakhir kali kau sangat kecil. Tetapi sekarang kau besar seperti Hulk.” Kataku sambil tertawa. Berbicara dengan Sofyan sangat mudah. Dia tidak pernah tersinggung. Dia selalu tertawa. Tawanya membuatku menjadi sedikit melupakan kesedihanku.

“Itu aku anggap sebagai pujian.” Tukasnya. “Hmm, sekarang aku yang bertanya padamu, mengapa kau menikah tidak mengundang aku. Aku sakit hati.” Katanya lagi berpura-pura sedih.

Aku tertawa. “Kau meninggalkan aku tanpa alamat atau nomor telepon. Seharusnya aku yang sakit hati.”

Dia ikut tertawa. “Oh, Apakah kau dijemput suamimu? Aku ingin berkenalan dengannya.”

Dan tanpa diberi aba-aba gunung kesedihan itupun meledak. Aku menangis sejadi-jadinya didepan sahabatku satu-satunya.

“Hey. Ada apa denganmu? Kau ingin menceritakannya padaku kan?” tangannya memegang erat tanganku diatas meja. Membujukku.

“Suamiku sudah meninggal.” Jawabku. Aku menunduk tidak berani menatap wajah Sofyan.

“Oh maafkan aku. Seharusnya aku tidak menanyakan ini padamu.” Nada suaranya terdengar tulus.

Aku menggeleng kepala. “Tidak apa-apa.”

“Apakah dia meninggal pada saat kau sedang hamil?” tanyanya lagi dengan suara pelan.

Aku hanya menggeleng. “Tiga minggu setelah dia meninggal, aku baru mengetahui bahwa aku hamil. Bahkan dia tidak tahu.”

Aku menatap wajah Sofyan yang duduk didepanku. Wajahnya dipenuhi dengan kesedihan pula. “Maafkan aku. Aku mengerti bagaimana rasanya kehilangan.”

Just You in my mind....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang