Bagian 3

1.8K 66 1
                                    

Seandainya dia ada pasti akan senang dan memelukku berputar-putar. Aku rindu.  Aku menatap Dokter Merry yang tersenyum padaku. Aku mengangguk  dan memohon diri untuk pulang.

Haris tidak meninggalkanku sendiri. Dia memberikan malaikat kecilnya untuk ku jaga. Untuk ku kasihi. Kau pasti senang, akhirnya impian kita selama dua tahun menikah telah terkabulkan. Aku harap kau diatas sana tahu bahwa aku akan berusaha tetap semangat untuk merawat anak kita. Malaikat kecil kita. Jari-jariku mengusap lembut perutku. Malaikat kecilku ada disana. Didalam perutku.

“Aku akan menjagamu nak.” Bisikku pelan.

Sesampainya dirumah, aku memberitahukan kabar gembiraku pada Ibu. Dan Ibu sangat bahagia sekali bahwa dia akan mempunyai cucu. Aku juga menelepon Ayah. Ibu dan Ayah sudah bercerai satu bulan setelah aku dan Haris menikah. Rumah tangga mereka tidak bisa dipertahankan lagi.

Hari berganti bulan dan tanpa kusadari kandunganku saat ini sudah enam bulan. Semakin hari aku semakin tidak sabar untuk menunggu kelahiran bayiku. Aku memeriksakan kehamilanku hari ini untuk mengetahui jenis kelamin. Dokter Merry memberikan gel dingin diperutku dan segera melihat kemonitor.

“Ummm, sepertinya ada dua detak jantung disini Dida.” Suara Dokter Merry terdengar senang.

“Iya betul Dok. Detak jantungku dan si bayi.” Sahutku tertawa.

“Bukan.” Tukas Dokter Merry. “Maksudku kau mempunyai anak kembar.”

Mataku melebar. Terkejut. “Laki-laki atau perempuan Dok?” tanyaku dengan nada bahagia.

“Laki-laki dan perempuan.” Jawab Dokter Merry meyakinkan.

“Wow.” Hanya kata-kata itu semua yang terlontar dari bibirku.. Berharap suamiku ada disini untuk mengekspresikan kegembiraan.

Setelah selesai pemeriksaan, aku memutuskan untuk berbelanja perlengkapan bayi dengan memilih warna merah muda dan biru. Saat hendak memilih kereta dorong, seorang pria berbadan kekar berlari kearahku dengan tampilan senang diwajahnya.

“Dida? Inikah kau?” Tanya pria itu.

Aku menatap pria itu mencoba mengingat-ingat. “Iya aku Dida. Maaf kau siapa?”

Wajahnya segera jatuh “Kau lupa padaku?”

aku menatap wajahnya. Wajahnya sangat familiar.

Just You in my mind....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang