4. Hubungan

1.3K 101 5
                                    

"ODY~!"

Maji berteriak girang begitu melihat sahabatnya itu berdiri di ambang pintu rumahnya. Ia lalu meninju pelan perut Ody sebagai ucapan selamat datang. Ody menatapnya datar kemudian menyentil pelan dahi Maji.

"Bang Rama ada, Ji?" tanyanya.

"Seharian gak ketemu gue, kirain kesini mau nyari gue, eh, taunya nyari si kutil kuda itu," Maji memasang wajah kesal. Ody hanya terkekeh pelan.

"Iya, deh, iya. Gue nyari lo kesini. Tapi, Bang Rama ada gak?"

"Ada, ada. Lagi nonton Boboiboy dia. Sini masuk." Maji lalu memersilakan sahabatnya itu masuk ke dalam rumahnya. Mereka menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada Rama dengan posisi favoritnya--tiduran di sofa dengan satu kaki diangkat.

"Bang Rama, dicari Ody, nih!" seru Maji. Perhatian Rama kemudian teralih pada dua siswa SMA yang berdiri di dekat pintu ruang keluarga.

"Hai, sayang." sapanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Ody dan Maji menatapnya jijik.
"Oh, jadi gini, Bang. Katanya bakal taken, ternyata takennya sama Ody, toh?" sindir Maji. Rama seketika bergidik ngeri. Ternyata butuh waktu satu detik untuk mengembalikan Rama ke alamnya.

"Dih, meskipun nih cowok ganti kelamin jadi cewek, Abang gak bakal mau sama dia,"
"Emang gue mau sama lo?" Ody lalu angkat bicara. Maji kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Lupakan, kenapa jadi mahoan gini, sih?" Rama kemudian bangkit dari posisinya. Ia lalu duduk di atas karpet dengan sebuah meja yang ada di depannya. Tak lupa, ia mematikan televisi.

"Sini. Yang mana mau lo tanya sekarang?" tanya Rama to the point. Ody bersorak, ia kemudian duduk di depan Rama. Dikeluarkannya berbagai macam buku dari dalam tas yang ia bawa. Akuntansi.

Ya, setengah tahun terakhir ini, Rama menjadi guru freevat Ody. Freevat, bukan privat, karena Rama sama sekali tidak dibayar untuk mengajar makhluk yang satu ini. Ody jarang di kelas--mengingat posisinya sebagai ketos, dan dia tidak mengerti pelajaran Akuntansi. Kemudian dengan beruntungnya, kakak dari sahabatnya sendiri mengambil jurusan Akuntansi di kuliahnya. Baiknya lagi, Rama bersedia mengajar Ody akuntansi secara cuma-cuma. Paling mentok dibayar es krim Paddle Pop.

"Lah, kok jadi gitu? Inget, peralatan kan masuk di harta, peralatan bertambah masuk di debit," Rama mulai menjelaskan. Ody menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, kemudian menulis lagi. Maji terkikik melihat sahabatnya yang terlihat kebingungan. Ia lalu duduk di atas sofa sambil membaca Diary of A Wimpy Kid, karena baca pocket book Biologi di saat seperti ini nggak enak.

"Gini, Bang?"

"Nah, gitu. Tumben lo cepet nangkepnya, Dy." puji Rama. Ody hanya bisa tersipu malu.

"This is the real power of Ody Jevera Waranggana!" penyakit kepedean Ody pun kumat.

"Elah, palingan ilmunya cuma tahan sehari. Besok pasti lo kesini lagi dan nanyain materi yang sama ke Bang Rama." sindir Maji tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. Rama sontak terbahak sambil mengangguk-angguk setuju. Sementara yang disindir cuma bisa mesem-mesem gaje.

"Oke, bully saja hayati, bully. Hayati mah tegar," Ody memasang tampang kesalnya. Dua bersaudara yang ada di depannya rupanya mengindahkan ucapannya, mereka berdua masih saja membully dirinya. Salah langkah, nih, batinnya. Kemudian, sebuah ide terlintas di otaknya.

"Eh, gue bawa es krim nih, cepet makan, entar keburu cair," Ody lalu mengambil sebuah kantong plastik berisi tiga buah es krim di dalamnya. Entah darimana datangnya tas plastik itu. Yang jelas, es krim itu mampu membuat perhatian kedua saudara itu teralih.

"Ody emang ganteng, sering-sering gini, dong. Kan gantengnya jadi nambah," goda Maji sambil mengambil  salah satu es krim yang ada di dalam plastik itu. Rama ikut mengambil salah satu es krim itu sembari mengangguk, menyetujui ucapan adiknya.

Ody tersenyum licik. Usahanya membuat perhatian kedua saudara bejat (baginya) teralih berhasil. Ia pun ikut menikmati es krim yang ia beli.

Setelah keheningan yang melanda cukup lama, Rama akhirnya buka suara.
"Eh, Dy. Lo tau? Tadi pagi nih bocah dikasih air sama cowok,"

Ody membulatkan matanya. "Serius, Bang? Kok bisa?"

"Aneh kan? Gobloknya lagi malah diminum lagi tuh air. Diisiin guna-guna tau rasa dia," Rama melirik adiknya tajam, yang dibalas oleh tatapan tajam juga.

"Bang, kan udah gue bilang, gue kenal sama orangnya," Maji memutar bola matanya malas. Abangnya ini terlalu protektif. Padahal kan, yang ngasih air juga temen satu sekolah, lain kalau yang ngasih orang bertopeng yang turun dari langit, itu baru patut dipertanyakan.

"Lo kenal, Ji? Siapa? Kok bisa ada cowok yang merhatiin lo segitunya?" Ody terlihat tertarik dengan topik yang dibicarakan. Gimana enggak? Seumur-umur mereka bareng, gadis itu sama sekali enggak pernah ngomongin cowok, naksir cowok, atau apalah. Kecuali oppa-oppa Koreanya. Ody bahkan sempat menduga kalau sahabatnya itu berpotensi menjadi lesbian. Tapi, jangan sampai, deh.

"Siapa ya? Ehsan, eh bukan," Maji mengingat-ingat. Dipejamkannya matanya erat, mencoba mengingat nama laki-laki yang memberinya air.
"Ah, Evan!"

Ody seketika menghentikan aktivitas makan es krimnya. Bengong. Tidak bisa berkomentar apapun. Evan? Evan yang itu? Ya, pasti Evan yang itu. Di SMA Nuansa hanya ada satu Evan, dan dia adalah Evan yang itu. Evan yang merupakan mantan sahabatnya.

"Dy? Kok bengong, sih? Cemburu, ya?" tanya Maji sambil tersenyum jahil. Ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ody. Ody pun seketika tersadar sambil mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan.

"Dih, gak ada yang bisa dicemburuin dari lo, Ji." Ody menyentil dahi Maji pelan, membuat si pemilik dahi mengaduh kesakitan. Maji mendengus kesal, lalu memilih untuk mengabaikan ucapan Ody. Ya ... sebenernya, sih, karena dia tahu kalau ditanggapi pun pasti dia yang bakal kalah.

"Kenapa bahas itu, sih? Dy, lo udah makan? Makan di sini, yuk. Bang Rama bilang mau masakin yang enaena tadi," ucap Maji sambil menyikut lengan kakaknya. Rama kemudian tersenyum cerah, ia lalu segera bangkit dari posisinya dan bergegas menuju dapur.
"Masakan spesial ala Chef Rama akan tiba sebentar lagi!" ucapnya sebelum akhirnya benar-benar memulai kegiatan memasaknya.

Maji kemudian menghidupkan televisi dan mulai menonton Boboiboy. Ody ikut menonton, namun pikirannya menerawang entah kemana.

Ia mulai menduga-duga hubungan apa yang dimiliki oleh Evan dan Maji. Setahunya, Evan tidak mengenal Maji, begitu pula sebaliknya. Apa Evan memiliki niat buruk terhadap Maji? Tidak, tidak mungkin. Ia tahu betul Evan orang baik-baik, yah, dulu saat masih bersahabat, Evan adalah orang yang baik.

Ah, ia tahu sekarang,

Apa mungkin ... Evan menyukai Imaji?

Forelsket

1012 words, part terpendek sejauh ini.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang