1

131 10 3
                                    

"Nama, kelas, nomor absensi."

"Bukan kak Risa ya yang jaga? Kak Risanya kemana kak?" Si cowok dengan rambut ditata rapih celingukan bingung. "padahal saya udah rela-relain telat buat kak Risa.." keluhnya.

"NAMA, KELAS, ABSENSI!!"

Semua menatap cewek yang sekarang sepertinya sudah siap golok buat menggal adik kelas yang padahal anak baik-baik.

"F-Farid... k-kelas.. 10 MIA 4, nomor a-absen..12.." suara gelagapan milik murid bernama Farid itu bikin orang-orang sekitar prihatin.

Tapi bukannya langsung kabur atau ke guru piket buat dapet surat ijin, bocah ini masih nengok kanan-kiri ngecek gebetannya sekali lagi. Barangkali penjaga pintu neraka yang barusan bentak dia itu emang bohong.

"CEPETAN KE PIKET, BAHLUL!"

*****
Kimberly Madelyn atau Kim, mungkin orang-orang heran kenapa curut satu ini yang mukanya mirip kecebong bisa jadi wakil ketua OSIS. Orang-orang pasti taulah siapa cewek yang dengan bangganya menerima julukan 'Malaikat Maut' ini. Suaranya yang hampir nyaingin petir itu yang buat sebagian besar anak berandalan jadi tobat nasuha.

Dan tentu saja dia ini punya musuh bebuyutan. Cowok yang menyandang gelar Playboy dua tahun berturut-turut semenjak dia masuk ke SMA 1 Bakti Bangsa ini. Yang punya fansclub hampir seluruh cewek di SMA ini dan yang paling sering bolos cuma gara-gara godain wakil ketua OSIS yang ganas.

Si Kim yang paling banyak hatersnya.

Terus kalau nggak suka sama mbaknya harus gimana? Mukulin mukanya biar lengser dari bangku wakil ketua OSIS gitu? Atau demo bareng sambil majang spanduk turunin harga BBM di depan mukanya?

Bah, salah besar.

Banyak cewek populer dengan jabatan orang tuanya yang tinggi labrak Kim, namun cewek ini masih nggak pernah nyadar kasta. Dilabrak, dia malah balik labrak. Bukan kekuasaan yang dia punya, melainkan musuhnya sendiri yang membelanya mati-matian.

Arga Allardo, anak pemilik yayasan sekolah favorit ini memang bisa membuat anak pejabat pun tunduk kepala. Selain wajahnya yang buat cewek jejeritan, dia juga punya kekuasaan yang jangan pernah berani menentangnya atau berakhir tunggang langgang keluar sekolah.

Anehnya, cowok satu ini tak pernah membela Kim kalau cewek itu dilabrak.

Satu kata, sinting!

Tapi kesenangan sendiri bagi Arga kalau melihat Kim dilabrak oleh kakak senior dan seangkatannya.
Contohnya sekarang,

Rambut Kim disiram air cucian piring di kantin. Oh siapa tau makhluk garang kayak Kim ini juga suka creambath sama rawat rambutnya sendiri? Dan sekarang malah bau nasi basi.

"Makanya nyadar kasta!" begitu kebanyakan orang bilang.

Yah, mau gimana lagi, Kim itu memang bukan orang kaya ataupun orang miskin. Menengah. Ayahnya bukan pejabat tinggi, melainkan hanya pegawai biasa di Innovation Corp. tapi meski pegawai biasa, tentunya perusahaan besar itu tak memberikan gaji kecil bahkan untuk OB sekalipun. Sementara ibunya membuka kafe kecil di rumahnya.

"Nyadar kasta? Hah? Lo hewan ya?" tantang Kim santai meski tangannya terkepal kuat.

"Apa lo bilang!!? Harusnya lo nyadar diri! Kakek gue bisa beli sekolah ini beserta isinya! Lo gak pantes!"

Kim tersenyum. "Gak pantes? Oiya dong! Kan gue bidadari sementara lo cuma kurcaci boncel yang bisanya rengek sama Snow White!"

"Lo berani nantang gue!?" Ketua klub Teater--Sera yang sebenernya memang rese itu kembali mengoceh.

"Kalo iya kenapa? Gausah ngandelin kekuasaan orang tua lo buat ngurusin masalah bebek kayak lo. Hadepin gue sendiri! Lo jadi ketua teater gak malu labrak wakil ketua osis hah? Berani--"

Byuur!

Oke, ini kelewatan.

Sudah air cucian piring, sekarang seember lumpur mengguyur Kim.

"Pfft--Hahaha! Liat mukanya! Bego banget gila ekspresinya!"

Dari tempat lain, Arga terbahak menonton layar yang terpampang di depannya. Tepatnya dia melihat kamera CCTV di halaman belakang pada layar sekarang. Sementara pengawas disana cengo.

Ini cowok kurang waras ya?

Kembali di halaman belakang, Kim membatu.

"Iuuh jadi lumpur lapindo ya, mbak?" Sera meledek dengan tatapan jijik.

5 cewek yang melabraknya belum termasuk Sera itu terbahak melihat apa yang mereka lakukan.

"Bukannya lo harus nyadar? Lo itu sengaja sok berkuasa, sok garang disini cuma narik perhatian Arga kan?" bisik Sera.

"He's mine, touch him, and I kill--"

"He isn't yours." potong Kim dengan suara pelan. Terdengar gertakan gigi.

"Apa lo masih belum nyadar hah!!? Berenti godain cowok gue!!" Bentak Sera tepat di depan wajah Kim.

"Aaaa!"

Tangan berlumpur milik Kim menjambak surai pirang milik Sera. "Ahai, giliran gue ngebales kan?"

Tentunya, Kim nggak bakal buat kepala cewek itu jadi botak.

Ia langsung melepaskan jambakannya, membuang banyak helaian rambut pirang ke wajah Sera. "Yey salon kecantikan massal belom ada ya? Harusnya gue adain heh." kata Kim dengan nada meremehkan.

"Rambut kalian bagus banget ya, bergelombang gitu kayak tsunami.." Kim meraih gunting kebun di sebelahnya yang sudah berkarat. "Ih kok wangi ya kayak bau ketek sopir becak deket pasar?"

Tangan Kim menggenggam gunting kebun dengan seringai psikopat. "Oh gue buka salon massal sekarang, potong rambut sampe botak plus potong kepalanya sekalian cuma goceng kok! Diskon kain kafan deh!"

Hawa jadi bikin merinding.

Asem! Labrak kok psikopat jejadian!

"L-Lo..bisa..kena penjara..kalo..g-gunting.."

"Yah, kalo gue masuk penjara, kepala lo semua udah ilang kan?" tanyanya kalem.

Kim tersenyum pada Sera yang wajahnya sudah pucat. "Halo ketua teater, kayaknya gunting ini laper deh pengen makan kepala lo."

Sera dan antek-anteknya mundur teratur.

Trak!

Suara gunting kebun itu nampaknya siap memangsa.

"PERGI LO, KUTU CENTIL!!" usir Kim membuat enam orang itu tersentak dan lari jejeritan.

Dia menghela napas, membuang gunting kebun itu ke tanah. "Nyebelin.." dengusnya memandang nanar ke seragamnya yang kotor bukan kepalang.

Tbc













Don't Call Me Your ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang