Gone

971 48 3
                                    

Ale's POV

Sudah 5 hari aku tidak mengabari Keisha. Semenjak malam itu aku menghilang bagai ditelan bumi. Ia pun tidak memberiku kabar sama sekali, itulah sikap wanita tidak ingin bertindak duluan. Aku sudah menerima surat yang ia berikan melalui Tiara. Sudah ribuan kali aku membacanya, sudah ratusan kali aku mencoba merenunginya.

Dalam diam aku merindukannya. Sangat merindukannya. Parasnya dan keluguannya selalu menghampiri mimpiku. Terkadang disaat aku melakukan aktivitas aku teringatnya

Menurutku Keisha adalah sosok wanita yang sangat baik dan tegar. Tapi sayang terkadang ia mudah terpengaruh oleh lingkungan. Ia dibesarkan oleh eyangnya, eyangnya sangat taat agama. Meskipun eyangnya adalah pemilik suatu perusahaan, ya tidak terlalu terkenal dan besar, tapi bayangkan saja pemilik perusahaan sudah pasti ia sangat kaya. Namun dimasa tuanya ia memutuskan membagi semua hartanya untuk anak kandungnya dan anak angkatnya. Sedangkan ia memilih menjadi marbot disalah satu mushola kecil disekitar pondok pesantren As-Salam yang pada masa itu sangat terkenal. Saat kecil Kei sudah dibekali ilmu agama, bayangkan saja pada umur 6 tahun ia sudah mampu menghapal juz 30.

Namun semenjak eyangnya tiada, saat itulah ia berubah. Padahal saat itu ia baru berusia 15 tahun. Kehilangan eyangnya membuat Kei memilih kembali tinggal bersama kedua orangtuanya yang super sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka tidak bisa membagi waktu untuknnya. Maka dari itu eyang mengambil alih untuk mengurus Kei. Pada saat eyangnya meninggal ia sangat kehilangan sosok orang yang ia sayangi. Bahkan sayangnya melebihi yang ia berikan untuk orang tuanya.

Selama ia tinggal bersama kedua orang tuanya, mereka menyekolahkan Kei disebuah sekolah internasional yang 'katanya' dapat mendidik muridnya menjadi insan cendekia. Tapi nyatanya tidak, semua kebalikannya. Sekolah itu malah membuat Kei jauh dari agama.

Aku sangat suka dengan ketegarannya dalam menghadapi kenyataan hidup. Ia adalah sosok wanita yang penuh dengan canda tawa tetapi didalam hatinya ia menyimpan kesedihan. Bahkan disaat ia ditelantarkan oleh orangtuanya ia masih tetap menuruti perkataan orang tuanya. Ini semua sangat disayangkan jika dia menjadi anak yang nakal dan liar. Aku ingin menjaganya agar dia terjauh dari segala macam hal-hal yang menurutku tidak bagus. Aku ingin melindunginya dengan sepenuh hati.

Pilihanku selama ini salah, aku terlalu egois memilikinya. Aku mencintainya, aku menyanyaginya, aku ingin melindunginya, tapi aku malah membuatnya berdosa. Seharusnya dari awal aku mengerti dan menyadarinya bahwa tindakan yang kuambil selama ini salah. Aku terlalu egois untuk memilikinya sedangkan hubungan yang kami jalani sampai saat ini haram hukumnya. Disaat seperti ini baru aku menyadarinya, Ya Allah berapa banyak dosa yang kuperbuat karena hubungan ini. Memang selama ini aku selalu menolak untuk berpegangan tangan dan tidak pernah melakukan hal-hal yang kuanggap zina. Ya aku salah selama ini kukira hal-hal yang dianggap zina adalah hal-hal seperti ciuman dan lebih dari itu. Ternyata aku salah, zina itu bukan hanya itu saja tapi banyak sekali hal kecil dari pacaran sudah menjadi zina. Astagfirullah sudah berapa kali aku menjerumuskan dia hingga berdosa, sudah berapa puluh kali aku ber-kholwat, melihat wajah parasnya yang sudah pasti itu salah satu dari zina mata. Tak terhitung apa yang telah kuperbuat, aku sangat bodoh. Aku malu dengan diriku sendiri, mamiku sudah membekaliku ilmu agama selama 3 tahun dipesantren, tapi aku malah menyia-nyiakan ilmu tersebut. Ya Allah lindungi dan maafkan lah hambamu ini. Kupanjatkan doa untuk meminta ampunan atas kekhilafan yang telah kuperbuat.

 "Allaahummaghfirlii khathii'atii wa jahlii wa israafi fii amrii wa maa anta a'lamu bihi minnii. Allaahummaghfirlii hazlii wa jiddii wa khathaayaaya wa 'amdii wa kullu dzaalika 'indii" 

"Ya Allah, berilah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, serta sikap berlebihanku dalam urusanku, dan dari segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kekeliruan dan kesengajaanku, dan segala yang ada pada diriku." 

The Great DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang