Mungkin banyak yang bertanya-tanya (mungkin juga tidak terlalu banyak) kenapa akun saya id nya @ladysinaga. Ok, let me spill you guys a secret (but now is not a secret anymore, lol ) about me.
The fact is, i am a daughter of a man named Amnas Hussein, born from a man named Aman Sinaga. My father (now deceased) was born and raised in Pematang Siantar, Sumatera Utara, traveled far to Kalimantan, and in his journey of settling down, met my Mom who is also a newcomer from a place known as Tambelan, Kepulauan Riau (my mom has deceased as well) and married her in Pontianak, a city of which become my place of birth.
Ditelusuri dari nama opung saya, jelas saya masih keturunan Sinaga, dari suku Batak yang terdiri dari satu keluarga besar berbeda marga. Terlintas di benak saya, adakah yang bisa saya gali tentang asal usul nama Sinaga? Mau tanya ke keluarga Bapak, domisilinya di Binjai. Ada juga satu adik Bapak di Bandung, dan kakak sulung Bapak di California. Intinya keluarga besar Bapak itu jauh-jauh tinggalnya. Ada sih tante (adik bapak) dan paman Bapak (yang biasa saya panggil Nek) yang tinggal di Pontianak, tapi Tante saya dibesarkan di Pontianak dan Nenek (paman Bapak) juga kadang bepergian ke luar kota jadi agak sungkan mau bertanya. Therefore, I ask Google instead. What Google cannot answer, really?
So this is it, the uncanny, mind-blowing, any-of-your-own-choice-of-awesome-adjective adventures of finding my true self journey started...So, to begin with... let me say, right or wrong, i always have believed in legends and folktales, especially if it is about our own ancestor and inheritance of family name. I think, there is something special about claiming your own bloodline. It is not as nearly as defining the way you really are, but when you find out that a small part of you is also a part of this long and lasting generations of a certain clan, you will feel kind of overwhelmed, too.
Sebagai bagian dari keturunan batak yang saya warisi dengan bangga dari pihak Bapak, mulailah saya mencari-cari asal muasal marga Sinaga di Google. Secara garis besar ada dua versi: Toba dan Simalungun. Tapi, yang berikut akan saya ceritakan ini adalah versi Toba.
Biar bagaimanapun, dikatakan kalau Sinaga adalah salah satu marga tertua diantara marga-marga suku Batak. Kalau dikumpulkan, seluruh keturunan Sinaga bisa mencapai jumlah 350.000 orang (saya salah satunya), jumlah yang bisa memenuhi satu daerah kabupaten atau lebih. Toga Sinaga juga satu-satunya marga yang didirikan tugunya, dengan puncaknya yang dilambangkan sebuah timbangan. Tugu pomparan Toga Sinaga didirikan pada tahun 1970, terletak di Huta Sinaga Uruk Negeri Urat Samosir yaitu perkampungan pertama Toga Sinaga.
Marga Sinaga berkembang dari generasi ke generasi, merantau dan menyebar sampai ke daerah lain di Indonesia dan bahkan dunia. Tapi, setiap hal di dunia memiliki akar. Titik bermula dimana segala sesuatu berasal. Penting untuk mengetahui asal muasal leluhur kita, supaya sejarah itu tidak hilang ditelan zaman. Dan saya adalah salah seorang yang percaya bahwa tiap legenda memiliki dasar fakta.
Alkisah, diceritakan Sinaga adalah anak sulung dari pernikahan Si Raja Lontung dan ibunya, Boru Pareme. Di masanya, pernikahan ini sebenarnya ditentang, tapi inses (pernikahan sedarah) waktu itu juga bukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Si Raja Lontung sendiri adalah putera dari Saribu Raja dan saudari kandungnya Boru Pareme. Saribu Raja dan Boru Pareme itu keturunan dari Guru Tatea Bulan, yang konon ceritanya adalah keturunan puteri kahyangan. Silsilah Guru Tatea Bulan sendiri adalah putera pertama dan penerus dari Si Raja Batak. Karena pernikahannya tidak direstui, Raja Lontung dan Boru Pareme lari dengan dibantu oleh Malau, keturunan Silau Raja. Ini juga sebabnya, keturunan Si Raja Borbor lah, anak kedua Saribu Raja, yang ditunjuk sebagai penerus klan Guru Tatea Bulan, meski harusnya yang menyandang hak itu biasanya anak sulung.
Dalam pelarian, Raja Lontung dan Boru Pareme yang waktu itu sedang hamil kabur ke hutan di Ulu Darat, tempat angker dimana dikatakan sebagai tempat bersemayam kepala Naga Padoha penjaga Banua Tonga (benua tengah/bumi) karena percaya saudara-saudara Raja Lontung tidak akan memasuki tempat keramat, maka mereka aman. Di sana anak pertama mereka lahir, dan karena keramatnya tempat itu Raja Lontung menamai anak sulungnya Sinaga.
Setelah Sinaga lahir, mereka yang masih dalam pengejaran, terus bersembunyi dan mengembara sampai ke Samosir hingga tiba ke satu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Urat. Raja Lontung menancapkan tongkatnya ke tanah, tumbuhlah pohon dari tongkat itu. Situs itu kemudian dinamai Hariara Manarak (pohon ara) dan disanalah Si Raja Lontung sama Boru Pareme menetap, melahirkan putera-putera berikutnya yang secara berurutan dinamai Situmorang, Pandiangan, dan Nainggolan. Raja Lontung juga kemudian merantau lagi ke tepian Toba, menikahi Boru Limbong dan anak laki-lakinya dinamai Simatupang, Aritonang, Siregar, serta dua anak perempuan: Boru Amak Pandan dan Boru Panggabean, yang masing-masing dinikahi marga Sihombing dan Simamora.
Putera Pertama Si Raja Lontung, Sinaga mempunyai 3 orang putera:
1. Sinaga Bonor
2. Sinaga Ompu Ratus
3. Sinaga UrukDan masing-masing puteranya ini mempunyai 3 putera orang:
Sinaga Bonor berputera:
1. Pande
2.Tiang Ditonga
3.Suhut Ni HutaSinaga Ompu Ratus berputera:
1. Nagodang
2. Sitinggi
3. SiongkoSinaga Uruk berputera:
1. Hatahutan
2. Barita Raja
3. DatuhurungDari ketiga Putera Toga Sinaga dan sembilan cucunya maka dikenal Toga Sinaga dengan sebutan Si Sia Ama, Si Tolu Ompu yang berarti "memiliki Sembilan Bapak dan Tiga Ompu (kakek)." Merekalah cikal bakal generasi Sinaga berikutnya, dimana nama nama tersebut juga diabadikan pada tugu Sinaga.
Let's talk more about Being a Sinaga now
Angka tiga (dan kelipatannya) tampaknya bermakna penting bagi Marga Sinaga. Salah satu fakta unik tentang tugu Sinaga adalah batang tugunya berbentuk segitiga sama sisi, yang secara historis menyiratkan bahwa Sinaga memiliki tiga anak, dan masing-masing tiga anaknya memiliki tiga anak. Di keluarga saya, saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudari.
Kebetulan kah?
Mungkin saja, tapi ini membuat saya jadi melihat angka 3 dari perspektif yang baru dan akhirnya memutuskan bahwa mulai saat ini, 3 adalah angka favorit saya. Seperti ketika saya memutuskan, hari Jumat adalah hari kegemaran saya. Gak ada hubungannya dengan marga Sinaga sih, tapi masih tentang keluarga juga.
FYI, saya lahir di hari Jumat (20 Desember 1991), Bapak dan Mamak saya meninggalkan dunia ini juga pada hari Jumat.
There is no such thing as coincidence, they say...
Dalam agama Islam, Jumat adalah hari yang berkah. I truly have faith that my very existence emphasize how blessed i am, and so does my family.
So, back to the topic about being a Sinaga, I daresay to be a part of this big and historical of family clan, I felt so very honored, eventhough technically, the 'marga' itself is not written in my birth certificate (for reasons only my father knows why he didn't put the 'marga' in any of his daughters' name), i also cannot speak Batak, nor i ever stepped my foot in any area of Sumatera Utara, the place where this tribe is rooted (travel there is SO in my future plan), but deep... deep within, i inherit the blood, and so hereby, I proudly shall keep researching (read : googling) more facts and stories about my ancestors to embrace the Batak in me.
It is never too late, you know?
We may start finding our true selves, who we really are, during the journey of uncovering the history of our roots. That's what i believe in. And why don't you start looking out there, the story of your own family line? I'll bet those'll be as exciting as the story of mine !! See you again in the next writing...
KAMU SEDANG MEMBACA
Toga Sinaga
RandomWhat i am about to write here is small research about my ancestor (read : googling . All credits goes to juliushutabalian.blogspot.co.id and Wikipedia) Please, enjoy!!