manis, aku memanggilnya

1.5K 6 5
                                    

“hah, masa kamu kuliah di suasta aja IP kamu kecil si?”

Kalimat itu keluar dari mulut Tija, melihat kearah layar komputer dimana tertera nilai  perkuliahannku selama satu tingkat ini. Yang memang jauh sangat dari IP Tija. Hampir semua nilainya A, sedangkan nilaiku hampir B dan ada yang C.

Mukaku hanya berangsur tunduk, hampir seperti padi yang berisi. Tapi beda arti dan kualitas, tundukku karena malu bukan karena kemampuan dan keberhasilan diri. Tapi diriku masih saja agak menyangkal tentang kualitas belajarku selama ini. Aku hanya menganggap bahwa diriku sudah belajar dengan maksimal, tapi bagi orang yang melihat, aku hanya bermain dan memuaskan kehendak diri sendiri saja. Seperti ucapan Tija tadi, yang berusaha menegaskan, tapi terkesan menyindir atau mengejek. Apalah dari pemaknaan yang aku buat atas pendapat dari mereka, yang pasti aku belum berjuang secara maksimal. Aku memang berharap mampu menuju keinginan dan cita-cita yang aku punya dengan baik. Meskipun aku tak begitu berharap dan menginginkan perjalanannya selancar laskar pelangi serta kemulusan jalannya, yang tak begitu ketara jungkir baliknya. Apalah guna aku bandingkan keinginan hidupku dengan laskar pelangi, berjalan usai saja belum perjuanganku, sudah mampu mengomentari jalan hidup cerita lain.

Sudahlah, aku pulang saja. Memang sudah selesai aku disini. Pulang sendiri menaiki angkot dengan terus mengasihani diri dan terkesan sangat tidak bersyukur atas apa yang telah didapat. Seorang penumpang laki-laki menaiki angkot dan duduk tepat di depanku, aku coba melihat kearahnya tapi dia kemudian menengok ke arahku. Langsung saja aku buang pandangannku ke arah lain. Duh, jadi malu, aku tersenyum kecil. Lucu juga, tadi terus mengeluh dan sekarang malah memperhatikan orang yang tidak aku kenal sama sekali. Dasar aku payah, hehehe.

Asal kalian tau, dia manis, serius aku tak tahan. Dadaku terus berdesir, tak sanggup untuk melihat ke arahnya sama sekali. Selintas pandang yang aku dapat. Sepertinya dia terus melihat ke arahku deh, please, aku tak tahan, jangan lakukan ini. Apa wajahku memerah sekarang? Aduh cukup, apa yang aku lakukan, stop. Percuma, dadaku terus saja berdesir. Aku harap dia cepat turun dari angkot ini, dan sayang sekali, dia tak turun juga.

Satu persatu penumpang turun, yang tersisa tinggal kami berdua, hanya berdua dan tetap seperti tadi duduk berhadap-hadapan. Aku geser tempat,lebih mendekati pintu. Lah, dia juga malah geser hampir di belakang supir. Nih orang, sengaja atau nggaak sengaja bikin aku kegeeran. Nah udah hampir nyampe, bentar lagi turun okeh aku turun. “kiri mang, stop di depan”, pak supir menghentikan mobilnya tepat depan gang rumahku. Aku turun dengan agak terburu-buru dan “bledug” kepalaku menghantam pintu mobil. Parah, kepalaku pusing, sakit…………

“turunnya ati-ati de,” wajahnya terlihat meringis selolah merasakan juga apa yang aku rasa. Dengan tangan mengelus kepalaku dan menyerahkan uang ke pak supir aku berkata iya dan sambil tersenyum. Eh dia malah turun dari angkot, duh ini orang berlebihan banget sih. Aku nggak apa-apa kok, lagian aku kan kejedot sendiri bukan karena dia. Eh tunggu, ternyata dia turun bukan karena aku, memang karena dia turun di sini. Weh, PD sangat aku, berpikir dia turun karena diriku ini. Hehehehe………………… Aku tersenyum kembali saat saling melihat, beuh, manis banget senyumnya, kagak nahan. Setelah itu aku berkata mari padanya dan berpisah jalan, aku masuk gang dan dia berjalan menuju toko yang ada tepat di sebelah gang. Namnya siapa ya? Ah ngawur, IP aku kecil, masih sempet-sempetnya mikirin cowo. Argh . .  . . .

Sekarang pikiranku malah melanglang buana mengingat perjalanan hidupku selama satu tingkat ini. Beberapa malas untuk berangkat dan beberapa lagi hanya menjadi salah satu pendengar atas apa yang dosen katakan. Aku harus bangkit. Tapi hanya kata yang aku ucap, tiada tindak, P E R C U M A, percuma. Sekarang saja aku hanya menceritakan perjalanan buruk nilai IP ku bukannya mencari materi perkuliahan untuk semester depan. Tapi itukan masih lama karang, libur sekarang aja hampir 2 bulanan. Coba di pikir, sediain materi dari sekarang?? Mending di baca, di anggurin iya. Jadi sekarang aku ngapain?????

manis, aku memanggilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang