Chapter 5

148 23 0
                                    

Aku menjejakkan kakiku di rumah Glouseey. Rasanya seperti, kau tahu, masuk ke sebuah laboratorium terbesar di dunia. Jujur, aku belum pernah melihat lab seperti milik Glouseey ini. Aku melihat sekelilingku. Banyak sekali barang-barang yang wajar ada di lab, lebih tepatnya lab kimia. Glouseey juga ternyata mempekerjakan beberapa orang 'karyawan' disini.

"Tunggu sebentar, aku akan kembali lagi." ujar Glouseey. Ia memasuki sebuah lift yang menurutku canggih tidak seperti yang lain. Entah dia pergi kemana. Aku duduk di sebuah sofa besar yang sudah berada di belakangku. Mataku tetap saja berputar mengamati para 'karyawan' yang sedang bekerja. Mereka beraneka ragam. Kau tahu kan maksudku? Ada yang kepalanya botak, botak separuh, gondrong, rambutnya panjang, putih, hitam, dan ya masih banyak lagi. Tapi ada satu orang yang membuatku penasaran. Dia duduk di salah satu sudut meja kerjanya sambil terus menatap racikan kimianya. Rambutnya berantakan seperti Einstein. Entah sudah berapa lama ia menatapi racikan kimianya itu.

Aku menghampirinya lalu menyentuh pundaknya. Pria itu diam saja, masih fokus menatap racikan kimianya yang bergelembung. Aku menyentuh pundaknya sekali lagi. Ia menengokkan kepalanya melihat wajahku. Lalu kembali menatap racikan 'bodoh' nya itu.

"Aku Dr. Oellsr Plothje. Silahkan pergi." ucapnya tanpa memalingkan wajahnya. "Apa yang kau lakukan?" aku tetap saja tidak mengerti mengapa ia menatap racikan itu. "Ku bilang PERGI! JANGAN GANGGU DIRIKU!" ia membentakku. Benar-benar menyuruhku pergi. Ia kembali duduk di kursinya.

Dasar pak tua idiot. Aku bertanya baik-baik malah dibentak. Namanya sekusut rambutnya. Mungkin otaknya pun begitu.

Karena kesal, aku meninggalkan Mr. Plothje di meja. Aku berkeliling-keliling lab ini sambil menyapa 'karyawan' nya. Yah kau tahu tidak semuanya menerima baik kedatanganku disini.

Ketika aku melewati salah satu meja, aku melihat ada sebuah topeng dengan wajah yang mirip sepertiku. Hanya saja hidungnya lebih mancung. Aku mengangkat topeng ini, membolak-balikannya, kemudian menyimpannya lagi.

"Oh ternyata kau sudah melihatnya." aku terkejut saat melihat Glouseey tiba-tiba ada di hadapanku. "Ini untuk apa? Mengapa begitu mirip dengan wajahku?" aku menunjuk topeng itu "Itu untukmu" ucapnya sambil tersenyum. "Mau tahu maksudnya?" aku mengangguk. Glouseey mengambil topeng satunya lagi. Topeng seorang pria tampan dan muda. Ia memasangkannya di wajahnya dan seberkas cahaya lewat di depan mataku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali karena cahaya itu sangat silau.

Seorang pria muda, tampan dan tegap berdiri di hadapanku. Awalnya aku bingung siapa pria itu. Tapi detik kemudian, aku sadar kalau itu Glouseey. Pak tua Glouseey bermetamorfosis menjadi seorang pria muda. Aku melongo. Bagaimana bisa topeng merubah fisik seseorang.

"Wh-wh-what an incredible mask." aku tetap tidak menyangka jika topeng itu bukan sebuah topeng biasa. Glouseey tersenyum lalu mengambil topeng wajahku. "Kau pakai ini agar tidak di bully lagi oleh The Gangs. Jangan beritahu siapapun tentang ini. Termasuk keluargamu, oke?" ia memasukkan topeng itu ke dalam sebuah kardus. Kemudian mengikatnya. Ia menyodorkan bungkusan topeng kepadaku. Aku menatapnya senang. "Kau mau melakukan apa yang aku perintahkan kan?" aku mengangguk. Sebenarnya aku tidak mengerti apa maksud perkataannya tapi karena terlalu girang aku hanya mengangguk. Entahlah yang kulakukan ini benar atau tidak. "Dan ini" ia memberikan sebuah bungkusan kecil. "Taburkan ini ke seluruh badanmu. Kau tidak akan terlihat" aku kembali bingung. "Maksudmu aku menjadi hantu?" ia tersenyum lalu mengangguk. Aku mengambil bungkusan 'magic dust' dari tangan Glouseey. Aku menyimpan 'magic dust' itu di saku celanaku. Aku berterima kasih sekali kepada Glouseey karena ia telah mau membantuku. Ia hanya memiringkan bibirnya. Kemudian, ia izin pergi entah kemana.

"Do you believe him?" sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakang badanku. Pak tua itu. Mr. Oellsr Plothje. Ia menatap mataku tajam. "What do you mean?" aku tidak mengerti maksud omongannya.

"He is a psycho." katanya berbisik. Aku menatapnya heran "Kau bercanda" ucapku. "Kau tidak percaya?" ia memiringkan kepalanya. Aku menggeleng lalu meninggalkannya  sendirian di teras lab Glouseey.

"Suatu saat kau akan percaya padaku, nona muda." teriaknya dari kejauhan. Aku menghiraukannya. Untuk apa percaya kepada seorang bapak tua yang idiot itu. Mungkin dia berkata begitu karena tidak ingin aku datang menganggunya lagi. Ayolah aku kan cuma sekadar bertanya padanya bukan berarti aku mengganggu.

****

Aku membuka bungkusan dari Glouseey saat aku sudah sampai di kamarku. Wajah itu, sangat cantik. Aku tahu ini sebenarnya wajahku tapi hanya diubah di beberapa bagian. Aku tersenyum melihat topeng itu. Aku sudah tak sabar untuk menggunakannya besok. Ke sekolah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi The Gangs dan Will saat melihat wajah baruku. Dan pixie dust itu,. Aku bingung kapan saat yang tepat untuk menggunakannya. Dan, ohh ya.. Ide itu langsung muncul begitu saja dari otakku. Aku tertawa membayangkannya.

Ini pasti berhasil dan aku akan menang dari mereka. Mereka akan merasakan apa yang kurasakan sekarang. Perbuatan yang kejam harus dibalas dengan perbuatan kejam. Meskipun kata mom dan dad itu tidak benar, bagiku itu benar. Mereka bilang perbuatan buruk harus dibalas dengan kebaikan. Tapi bagiku itu tidak adil. Mengapa harus berbuat baik kepada orang yang menyakiti dan menurunkan harga diriku?

Chapter 5 is ready guys. What do you think about this chapter guys? Is it boring? I hope no.

Don't forget to vomments.

Karena kau tahu, bikin yang beginian itu cape. Harus ngorek-ngorek ide. Iya kalau idenya lagi mulus jadi nulisnya gampang. Lah kalau idenya putus-putus apalagi mogok, pusing. *lah kok jadi curhat gini*

Please guys hargain kerja keras aku dengan cukup pencet gambar bintang. Mencet gitu doang ga susah loh.

Thank you.

MetamorphsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang