Satu hari sebelum karantina dimulai,orang-orang biasa menyebutnya hari pra-karantina. anak-anak yang berusia 16 tahun dikumpulkan di gedung utama dan didata sebelum karantina benar-benar dimulai. Itu supaya mencegah ada anak yang tidak datang saat karantina. Anak yang tidak datang orangtuanya akan diberi hukuman.
Saat pra-karantina adalah saat penting dimana para peserta akan diberi cap karantina. Peserta karantina yang tidak memiliki cap karantina dikulitnya tidak akan bisa memasuki wilayah karantina. Cap karantina berbentuk api. Cap karantina seperti tato, bedanya bahan yang digunakan seperti berbahan besi sehingga terasa berat dan timbul. Wilayah karantina sangat rahasia. Tidak sembarang orang bisa masuk, hanya para petugas karantina serta para peserta karantina yang memiliki cap saja yang bisa memasukinya. Terdapat alat pendeteksi di atas pintu masuk wilayah karantina. Siapa yang berusaha masuk tanpa tanda cap karantina akan terpental dan alarm akan berbunyi, menandakan ada penyusup masuk. Dan kaum Cultivian tidak akan segan memberi hukuman pada siapa saja penyusupnya tak peduli jika itu seorang pejabat sekalipun.
Aku berbaris mengantri di belakang lelaki berambut hitam pekat dan bertubuh tinggi. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya, mungkin rumahnya bukan disekitar sini. Dia kelihatan muda dan berani. Aku yakin dia akan menjadi Cultivian yang baik nantinya. Sekarang giliranku, seorang wanita petugas karantina memegang sebuah alat pencetak cap, ukuranya sekepalan tangan orang dewasa. Melihatnya membuatku membayangkan kengerian. Sebelum beraksi dengan alat pencetak cap Cultiviannya, wanita itu terlebih dulu mengukur tanganku lalu memasangkan gelang yang entah terbuat dari apa sehinggga rasanya mencekik pergelangan tanganku, di bagian depan gelang itu terdapat lempengan tempat cap karantina di letakkan.
"tutup matamu, ini akan sedikit terasa nyeri, tapi hanya sasaat. Beberapa menit kemudian kau akan terbiasa denganya."
Wanita itu berkata sambil tersenyum, lalu aku mengangguk padanya dan menutup mataku seperti yang dia perintahkan. Aku mengulurkan tanganku, dia meraihnya dan mengolesi pergelangan tanganku dengan cairan yang dingin. Tujuanya agar tanganku steril dan mencegah rasa panas yang ditimbulkan alat pencetak cap timbul Cultivian. Wanita itu bicara sekali lagi
"kau siap?" dia bertanya padaku dengan nada yang lembut
"ya" kataku.
Alat pencetak itu mulai menyentuh tanganku, rasanya hangat, mungkin karena rasa dingin yang diciptakan cairan tadi masih menempel di kulitku. Aku merasakan ada tembakan kecil di pergelangan tanganku, ternyata begitulah cara kerja alatnya. Menempelkan cap dengan ditembakkan pada kulit peserta. Rasanya sedikit panas, dan nyeri, serta sedikit terasa berat. Wanita petugas memberi kode saat pengecapan selesai
"sudah, sekarang buka matamu"
aku mengernyit kesakitan melihat tanganku.
"rasanya sedikit panas dan ngilu, tapi itu hanya sasaat. Itu juga terasa berat, karena bahanya setengah besi yang dipadatkan, itu gunanya untuk merespon alat pelacak di pintu karantina. Kau akan terbiasa dengan itu. Cap itu akan memudar setiap hari dan akan benar-benar hilang saat kau telah selesai karantina. Cap itu bertahan satu bulan" wanita itu menjelaskan dengan sangat ramah sehingga aku memercayainya.
Jarang ada orang seramah itu di Cultivian. Proses pengecapan hari ini selesai,aku melihat jam di salah satu toko roti di sebelah selatan gedung utama. Jarum jam menunjukan pukul 12 siang. Aku memutuskan untuk berjalan – jalan sebentar di hutan untuk membuang kejenuhanku. Lagi pula apa asiknya menghabiskan waktu hanya dirumah sendirian. Itu hanya akan mengingatkanku pada kenangan masa lalu bersama ibu yang akan membuatku meneteskan air mata lagi.
Dikota seramai ini mungkin hanya aku yang memilih hutan sebagai tempat bermain dan melepas jenuh. Tapi aku tidak peduli, disini aku tidak memiliki teman satupun, orang-orang sepantaranku menjauhiku karena aku ini anak ketua. Anak ketua dianggap penting dan sangat dilindungi, mereka akan menjadi penerus orang tua mereka kelak. Semua orang takut jika sesuatu terjadi padaku – pada anak seorang ketua, mereka yang akan disalahkan dan dihukum. Karena apapun hal yang mengancan anak ketua, pejabat, dan orang-orang penting lainya akan diberi hukuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFILIUS (Hiatus)
General FictionDunia dikuasai oleh dua kaum yang sangat berbeda. Hunter dan Cultivian. Sifat tamak Cultivian menjadikan mereka manusia yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Cultivian menginginkan dunia berada ditanganya, namun ka...