ZACHARY RHODES

6.9K 645 11
                                    


ZACH berdiri di salah satu eskalator turun, membawa sekantong camilan di tangan kiri, sementara tangan kanannya sibuk mengetikkan pesan singkat untuk sopirnya agar menunggunya sebentar lagi, karena dia berniat mampir ke salah satu kedai kopi di pusat perbelanjaan ini lebih dulu.

Saat matanya menangkap kedai kopi pertama yang dilihatnya, laki-laki itu segera memasuki tempat tersebut. Kemudian, mulai sibuk mengamati dinding di belakang barista—yang menampilkan daftar kopi yang disediakan di kedai ini.

"One espresso macchiato."

"Medium or large, Sir?" balas si kasir.

"Medium."

Kasir tersebut lalu mengulangi pesannya dengan nada sedikit lebih kencang. Setelahnya, kembali berbalik ke arah Zach, dan berkata, "Silakan tunggu di sebelah kiri, Sir. Pesanan anda akan siap dalam dua menit."

Zach mengangguk, lalu menggeser tubuhnya. Saat mendengar dering tanda pesan masuk, laki-laki itu mengalihkan pandangan pada ponsel. Mendapati sopirnya mengatakan bahwa dia akan menjemput Zach di tempat yang sama dengan ketika dia meninggalkan laki-laki itu setengah jam lalu.

"Sir, your order." Seorang perempuan menyentuh lengannya yang tak tertutup, karena hari ini dia mengenakan polo shirt. Ketika Zach mengangkat wajah, laki-laki itu yakin matanya tak berkedip. Perempuan yang berdiri di sampingnya—yang tengah menunggu antrian, benar-benar membuatnya terpesona.

"Ah..., thank you," bisiknya, bahkan terdengar ragu di telinganya sendiri. Namun sepertinya perempuan di sampingnya tak peduli dia memberi respons atau tidak, buktinya perempuan itu maju selangkah lalu sibuk dengan pesanannya—tanpa menghiraukannya sedikit pun.

Zach mendesah, lalu menerima paper cup berisi espresso macchiato-nya—yang diulurkan kasir di depannya. Si kasir memberi senyum maklum padanya, membuat Zach merasa yakin bahwa sebelum perempuan cantik bersweter merah tersebut menyentuh lengannya, pastilah si kasir itu telah memanggilnya berkali-kali.

Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, Zach pun berbalik. Namun, harus dia akui, sedikit banyak, dia merasa ada ketidakrelaan yang singgah di hatinya. Zach curiga ini ada hubungannya dengan perempuan itu. Apa sebaiknya dia mengajak gadis itu berkenalan? Tapi, apa itu tidak aneh? Bagaimana bila sang gadis justru mengira yang tidak-tidak?

Zach menimbang-nimbang dalam hitungan detik. Ketika keputusan akhirnya adalah mencoba tak ambil pusing, laki-laki itu lalu kembali melangkah. Mungkin ini hanya ketertarikan sesaat, pikirnya.

Belum sempat Zach keluar dari kedai itu, dia mendengar seseorang memanggil namanya. Matanya berkeliling. Seorang laki-laki duduk tak jauh dari tempatnya berdiri tengah melambai ke arahnya, praktis Zach segera menajamkan penglihatan.

"Alpha Ledwin?" sapanya dengan nada tak percaya—yang disambut laki-laki di hadapannya dengan jabat tangan, lalu menanyakan bagaimana kabarnya, setelah lebih dulu mempersilakan Zach untuk duduk. "Ya, aku baru tinggal tiga bulan di Jakarta. Urusan pekerjaan."

"Benarkah? Rasanya sudah cukup lama nggak melihatmu, Zach."

Zach mengangguk. Dia dan Alpha memang berteman baik. Sama-sama alumni University of Michigan. Setelah keduanya lulus, Alpha yang kembali ke Indonesia, komunikasi di antara mereka mulai jarang terjadi. Di awal kelulusan, mereka masih berusaha saling menanyakan kabar melalui e-mail, namun belakangan, ketika Alpha sibuk di perusahaan keluarganya, Zach yang juga sibuk meneruskan bisnis orangtuanya, sudah tak ada lagi waktu untuk saling bersua.

"Sudah pergi ke mana saja?" tanya Alpha.

Zach tertawa renyah. "Ini pertama kalinya aku pergi selain ke kantorku, Al. Aku benar-benar nggak punya waktu."

ON THE WAY HOME (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang