KYNARA SOEDIRJA

12.4K 757 20
                                    


SUASANA PT. Soedirja Indonesia Logistic—yang belum begitu ramai pagi ini, menyambut Kyn begitu dia melangkah masuk. Untuk kesekian kalinya perempuan itu menghela napas, berusaha menenangkan diri. Kyn tahu benar, dia baru bisa meledakkan emosinya nanti, saat dia berhadapan dengan sepupu gilanya satu itu.

Setibanya di depan lift, dan tidak mendapati seorang pun petugas keamanan, Kyn mendengus jengkel. Apa karena ini belum jam masuk kerja jadi para pegawainya tidak ada di tempat? Setelah sekian detik menunggu dan belum ada tanda-tanda kehadiran pria dalam balutan seragam putih-hitam itu, Kyn merogoh ponselnya. Berniat menghubungi Pamela—sekretarisnya, agar perempuan itu dapat memberi tahu salah seorang petugas keamanan yang biasa bertugas di depan lift, untuk segera datang. Namun, belum sempat panggilan itu terhubung, seorang pria berusia di akhir lima puluhan berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Maaf, Bu, saya ke belakang tadi."

Mendengar itu, Kyn berusaha tersenyum, lalu mengibaskan tangannya—meyakinkan bahwa ini bukan masalah besar. "Apa Pak Alpha sudah datang?"

"Sudah, Bu. Sekitar lima belas menit yang lalu."

Kyn mengangguk, dan tidak melanjutkan pertanyaan lagi ketika pintu lift di hadapannya membuka. Dengan anggun, perempuan itu melangkahkan sepasang kaki jenjangnya—yang hari ini mengenakan stiletto merah menyala.

"Terima kasih, Pak Budi," ucapnya, sesaat setelah pria itu melakukan scan kartu yang dimilikinya pada tempat yang disediakan, agar lift tersebut dapat mengantarkan penumpangnya ke lantai tujuan mereka. Begitulah peraturan di perusahaan ini.

Begitu sampai di lantai empat, tanpa membuang waktu, Kyn segera melangkah keluar. Bunyi ketukan stiletto-nya terdengar menggema di sepanjang koridor. Saat berpapasan dengan salah seorang staf Divisi Finance and Accounting, dia tersenyum ramah. Bagi Kyn, sekalipun suasana hatinya dalam keadaan buruk, dia tak boleh melampiaskan pada orang yang tak seharusnya.

"Mau ketemu Pak Alpha, Bu?" ujar pegawainya setelah menyapa selamat pagi padanya.

Kyn mengangguk. "Beliau ada di ruangan?"

"Ada, Bu."

Perempuan itu tersenyum sekali lagi, lalu mempercepat langkahnya menuju ruangan manusia menyebalkan satu itu. Sungguh, dia benar-benar sudah tak sabar lagi memuntahkan rasa kesalnya—yang sudah dia coba tahan sejak semalam.

"Al, maksud kamu apa, sih?" teriak Kyn, persis setelah pintu di belakangnya tertutup.

Si biang kerok yang saat ini tengah duduk santai di kursi kebesarannya, hanya balas menatap Kyn—yang terlihat begitu murka—tanpa rasa bersalah.

"Selamat pagi, Ibu Kyn. Suatu kehormatan Ibu bersedia berkunjung ke ruangan saya sepagian ini."

"Ck, nggak usah basa-basi, deh, kamu." Tak sedikit pun rasa jengkel itu menjauh meski Alpha menyambutnya dengan begitu baik. "Aku mau kita bicara tentang kejadian semalam," kata Kyn lagi— tanpa basa-basi, setelah perempuan itu menghempaskan tubuhnya di salah satu kursi di seberang meja Alpha.

"Ibu mau minum apa? Mari kita lihat saya punya apa di sini." Sekali lagi, laki-laki itu bersikap tak acuh. Dengan santainya dia memutari meja, melewati Kyn, lalu berakhir di depan lemari pendingin berukuran mini yang diletakkan tak jauh dari sofa kulit hitam. "Oke, saya punya soft drink, diet coke—"

"Alpha Ledwin!" bentak Kyn, membuat sepupunya itu menegakkan dan memutar kembali tubuhnya. "Berhenti panggil aku 'Ibu'. Pagi ini, aku datang ke sini untuk membicarakan masalah di luar urusan kantor. Oke?"

"Err..., oke. Apa?"

"Apa?"

"Ya, apa, Mbak?" balas Alpha santai, sembari meraih sekaleng soft drink dan diet coke, juga sebuah gelas sloki bertangkai kaki, lalu melangkah menuju sofa. Melihat itu, Kyn pun segera mengikuti jejak adik sepupunya itu.

ON THE WAY HOME (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang