ON THE WAY HOME

7.3K 653 39
                                    


SETELAH melalui sedikit perdebatan, akhirnya Zach berhasil meyakinkan perempuan itu untuk pulang bersamanya. Keduanya duduk di jok belakang. Sebisa mungkin Zach menahan diri untuk tidak tertawa, karena setiap kali dia menatap ke arah Kyn, perempuan itu akan selalu menghindar dengan berpura-pura tertarik pada apa pun yang terjadi di luar sana.

"Apa jaminannya kamu bukan penculik?"

Zach terkekeh mendengar itu. "Kamu bisa hubungi sepupumu sekarang."

"Sepupuku?"

"Alpha Ledwin," ujar Zach, begitu santai.

Alpha?!

Berbanding terbalik dengan laki-laki itu, Kyn justru ingin mencak-mencak sekarang. Sungguh, seandainya dia tak memiliki rasa malu, juga sopan santun, mungkin dia akan segera menelepon sepupunya itu dan melemparkan sumpah serapah tanpa ampun. Bisa-bisanya dia....

"Kamu tau, Kyn?" Zach mencoba mengajaknya bicara. "Bukannya aku sombong, tapi aku merupakan calon suami potensial. Ini untuk bahan pertimbanganmu; keluargaku memiliki usaha turun-temurun. Rhodesland Development."

Rhodesland Development merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti berkantor pusat di Singapura. Rhodesland memiliki investasi jangka panjang dalam bangunan komersial, hotel dan resort, dan terlibat dalam pengembangan properti dan leasing di Indonesia, Cina, Malaysia, dan Singapura. Pada setiap negara, Rhodesland dipegang oleh para keturunan Rhodes—sepupu-sepupu Zach, sementara yang di kantor pusat dijalankan oleh dua orang abang kandungnya.

"Memang, aku baru memulai di negaramu ini. Tapi aku bisa pastikan padamu bahwa aku nggak memiliki utang di mana pun. Baik di negaraku, maupun di sini," terang Zach. "Ayahku warga negara Amerika, begitu juga aku. Tapi, Ibuku asli Indonesia. Sudah beberapa tahun ini mereka menetap di Pittsburgh, Pennsylvania. Aku nggak memiliki keluarga di sini, tapi aku memiliki dua orang saudara laki-laki—mereka menetap di Singapura."

Sebenarnya, Kyn ingin sekali menyela, meminta Zach untuk berhenti. Namun, tak dilakukannya. Terlebih ketika dia menyadari mobil yang mengantarnya ini berbelok ke arah perumahan tempatnya tinggal. Zach memang bukan penculik.

"Kamu nggak perlu bertanya di mana alamatku," sindir Kyn, jelas sekali tak ada nada bertanya dalam kalimat itu.

Dengan santai, Zach membalas, "Seperti yang kukatakan, aku mengetahui banyak tentangmu."

"Alpha."

"Ya, Alpha," gumam laki-laki itu, menyetujui apa yang dimaksud oleh Kyn.

Range Rover milik Zach berhenti dengan sempurna di depan sebuah rumah mewah bertema minimalis. Kyn telah bersiap keluar, sebelum dia menyadari, laki-laki yang mengantarnya berniat keluar juga.

"Mau ke mana kamu?"

"Mengantarmu."

"Ini sudah sampai. Jadi, terima kasih."

Zach tersenyum menggoda. "Aku akan mengantarmu sampai ke dalam. Bukan hanya untuk memastikan kamu sampai di tangan orangtuamu, tapi karena aku juga ingin bertemu dengan ayahmu."

"Apa?!" jerit Kyn tertahan. Kekesalannya semakin memuncak ketika mendapati Zach meninggalkannya. Dengan santainya laki-laki itu melangkah menuju teras rumahnya, menekan bel, dan berdiri dengan tangan kanan bersembunyi di saku celana bahannya, sementara ujung pantofel kirinya mengetuk lantai dengan irama teratur.

Kyn menarik napas berkali-kali. Mencoba melangkah, dengan harapan bukan Ayah yang membukakan pintu. Sungguh, dia teramat lelah hari ini. Satu-satunya yang diinginkannya adalah segera masuk ke rumah, menuju kamarnya, lalu berendam di air hangat. Namun, sayang, harapan tinggal harapan.

ON THE WAY HOME (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang