| 9 |

6.2K 591 9
                                    

Untuk yang kesekian kalinya, Venustra Surya datang terlambat. Bu Ratih hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menatap Venus pasrah. "Tiap hari dateng telat, celana pensil, sering kabur dari kelas. Kamu mau jadi apa, Venustra?"

Venus hanya menundukkan kepalanya, menatap sepatu Converse belel kesayangannya ketika Bu Ratih sudah berjalan mengelilinginya, menilai penampilan seorang Venus.

"Ibu tuh udah capek ya sama kamu, udah hampir tiga tahun di sini tapi nggak ada perubahan yang baik sekali pun. Tolong dong, Venus, kamu udah kelas 12, Nak. Jaga sikap kamu, ubah semua perilaku buruk yang selama ini kamu lakuin."

Venus dapat mendengar hembusan nafas berat Bu Ratih. Sepertinya kali ini beliau benar-benar serius padanya. Venus mencoba mengangkat wajahnya dan menemukan Bu Ratih tengah menatapnya dengan pandangan yang tak dapat ia jelaskan. Terlalu banyak emosi yang terpancar dari kedua bola mata cokelat tuanya.

"Saya usahain, Bu." gumam Venus pelan. Bu Ratih memajukkan tubuhnya lebih dekat dengan Venus. Tatapannya tepat di kedua mata Venus, "Kamu naik, gih, kali ini saya bebasin. Tapi inget, kamu harus mencoba berusaha buat berubah jadi lebih baik lagi." Bu Ratih menepuk pundak kanan Venus pelan, mengisyaratkan Venus untuk masuk ke dalam kelasnya.

Venus melangkahkan kakinya ke lantai teratas sekolah Harapan Bangsa menuju kelasnya, namun begitu sampai di lantai tiga Venus tidak langsung masuk ke dalam kelasnya begitu saja. Ia meneruskan langkahnya menuju toilet.

"Nggak seharusnya gue nangisini dia, Jo," langkah Venus terhenti ketika mendengar suara seseorang yang terdengar tak asing lagi dari toilet perempuan.

"Ssh, udah dong nangisnya, Lan, jangan cengeng kaya gini. Seharusnya lo bisa tunjukkin ke Venus kalo lo nggak kenapa-kenapa setelah putus sama dia. Head up, stay strong." ucap seorang perempuan yang menyebut-nyebut nama Venus dalam percakapannya, apalagi menyangkut hubungannya dengan Bulan dulu.

Setelah selesai buang air kecil, Venus berjalan keluar bersamaan dengan keluarnya Bulan dan temannya yang bernama Kejora tersebut. Pandangan keduanya saling bertemu untuk waktu yang cukup lama hingga akhirnya mereka berdua tersadar ketika mendengar dehaman teman Bulan, Kejora.

Wajah Bulan tampak pucat, kedua matanya sembab dan hidung mancungnya memerah karena menangis. "Lo kenapa?" tanya Venus spontan ketika melihat keadaan Bulan yang sangat kacau itu. Ia tidak bisa berlagak cuek pada gadisnya begitu saja. Apalagi ketika Venus baru saja mendengar alasan kalau Bulan menangis itu karena dirinya.

Bisa saja Venus pergi meninggalkan Bulan dan bertingkah cuek, toh mereka berdua juga sudah tidak memiliki hubungan apapun. Namun, Venus memilih untuk peduli dan tidak meninggalkan Bulan. Terlebih dengan keadaan Bulan seperti sekarang ini.

Bulan hanya menggeleng, tidak ingin menjawab pertanyaan Venus. "Bulan nggak kenapa-kenapa. Lo nggak perlu tau, Ven." kata Kejora, mencoba untuk menjawab pertanyaan Venus yang sebenarnya diajukan untuk Bulan. Tapi sepertinya Venus tidak ingin mendengar bantahan dari siapapun untuk saat ini.

"Bisa tinggalin gue berdua sama Bulan aja nggak?" tanya Venus yang terdengar seperti mengusir Kejora tanpa basa-basi. Kejora mendelik kaget karena kata-kata yang terdengar kasar baginya itu terdengar begitu jelas di telinganya. Kejora menoleh ke arah Bulan, pasrah karena tidak dapat membela sahabatnya untuk menjauh dari seorang Venus.

------
a/n

Disaat to bimbel dadakan dan otak lo ngga bisa fokus karna otak lo penuh dengan netflix dan wattpad, akhirnya gue putuskan buat nongol disini :")

Venus & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang