Bandit 3

4.7K 272 14
                                    

Tahu ngga sih Kevan itu kalo lagi serius ganteng binggow! asli serius, wajahnya jauh lebih ganteng dari saat di SMA dulu, --ya iyalah namanya juga pertumbuhan--.

Pagi tadi Kevan menjemputku, dan saat ini aku sedang sibuk di ruangannya, bukan sibuk membantu pekerjaannya karena aku ngga ngerti, tapi sibuk menatap setiap inchi wajahnya. Hidung mancungnya, rahang kokohnya, mata elangnya, dan sedikit rambut tipis yang tumbuh disekitar rahangnya ditambah badannya yang terlihat lebih atletis dari saat di sekolah, membuat calon suamiku semakin terlihat tampan. Ya ampun mak!!

"Sudah puas melihat ketampanan calon suamimu sayang?" tanya Kevan tiba-tiba yang sukses membuatku gelagapan karena terkejut. Kevan nampak terkekeh, aku yakin wajahku merah padam sekarang karena malu tertangkap basah memperhatikannya dari tadi.

Kevan tersenyum melihatku tidak bereaksi, senyum yang membuatku semakin meleleh, --Aduh bang cukup! adek ngga kuat liatnya!!--

Cup!

Satu kecupan mendarat di sudut bibirku sukses membuatku semakin terpaku, --aeeerr mana aeerrr!!--

Pasti wajahku semakin merah padam ini, astaga!!

"Kevaaann ihhh!!" pekikku akhirnya bisa bersuara, Kevan terkekeh geli dihadapanku, puas nih anak membuatku malu seperti ini dihadapannya.

"Habis kamu kalo blushing bikin gemes sih" Kevan menjawil gemas hidungku sambil masih terkekeh, lalu kembali merapikan kertas dimejanya, "Aku bertemu klien dulu sebentar yah" pamitnya, aku hanya mengangguk masih dalam keadaan speechless parah!

Ku amati ruangan Kevan, rapi dan harum, Kevan memang telaten merawat ruangannya. Beberapa bingkai foto pemandangan menghiasi dinding ruangannya. Puas melihat-lihat kini aku menduduki kursi kebesaran sang direktur utama, di mejanya juga terdapat beberapa bingkai. Foto-foto kami para bandit dengan seragam putih abu-abu, ya ampun ternyata dulu kami imut-imut hehe, ada juga foto Kevan dan keluarganya, jadi kangen sama Deri, sejak pulang aku belum bertemu dengannya, bagaimana yah kabarnya?

Aku kembali melihat bingkai di meja Kevan, ada foto kami berdua, ini foto saat kelulusan SMA dan juga ada fotoku sendiri terpajang di mejanya.

Sebelum jam makan siang Kevan sudah kembali ke ruangannya, tentunya kembali juga berkutat dengan kesibukannya, sedangkan aku sibuk pula nonton tv sambil mengunyah kripik kentang yang ternyata sudah di stok Kevan di ruangannya. Ini nih makanan kedua yang Kevan bilang juga mengingatkan dia padaku, haha ada-ada saja dia hanya karena kripik kentang tuh snack favoritku.

"Van" panggilku pada Kevan yang masih sibuk bekerja, dasar work holic.

Kevan hanya bergumam menjawab panggilanku. Ini nih yang nyebelin dari cowo pecinta kerja, pasti deh ngga peduli dengan sekitarnya.

"Van Van Van Kevan oooooo Kevaaaaan" panggilku lagi tidak sabar karena Kevan masih tidak berkutik dari laptopnya.

"Iyaaa sayaaaang" jawab Kevan akhirnya dengan nada gemas, hehe Kevan akhirnya sadar kalau aku tuh ngga suka dicuekin kalau bicara.

"Gitu kek dari tadi jawab" lanjutku dengan wajah kubuat ditekuk agar Kevan tahu aku kesal dikacangin olehnya,

"Iya deh iya, ada apa lho sayangku" Kevan akhirnya melepaskan pandangannya dari laptopnya dan menatapku,

"Mamam yuk" ajakku dengan nada memohon padanya, serius aku benar-benar laper saat ini, kripik kentang aja masih kurang kenyang. Aku baru ingat pagi tadi memang belum sarapan hanya minum teh hangat lalu berangkat ke kantor Kevan setelah Kevan datang.

"Delivery aja mau?" tawar Kevan, aku tersenyum sumringah dan mengangguk semangat, "ya udah di telepon aja nih" Kevan menunjuk telepon di ruangannya untuk ku pakai,

"Lo pesen apa Van?" tanyaku sebelum mendial nomor telepon untuk memesan makanan,

"Samain aja sama punya lo" jawabnya setelah kembali mengerjakan pekerjaannya, ku dial nomor salah satu tempat makan lalu menyebutkan pesananku dan Kevan.

Tidak lama delivery orderku tiba, dengan berbinar ku tatap makanan dihadapanku, perut kembali demo untuk diisi.

"Van ayo makan" ajakku pada Kevan yang masih saja sibuk, hadeh.

"Duluan aja Dis aku ntar aja"

Gini nih yang bikin aku mendadak jadi emak-emak bawel, gimana ngga bawel kalau punya pacar cuma disuruh makan aja kayak disuruh kerja rodi. Tapi bukan Adis namanya kalau ngga punya ide bikin Kevan berpaling sebentar dari pacar keduanya.

Ku bawa makanan yang sudah ku pesan untuknya, dengan menahan malu aku duduk di mejanya tepat disamping laptopnya, Kevan sadar lalu menatapku heran. Ini memang pertama kalinya ku lakukan karena bosan mengomel terus soal makan padanya.

"Kamu mau makan sendiri atau ku paksa makan?" aku buat nada suaraku sedikit menggodanya, padahal aku sendiri geli mendengar cara bicaraku ini. Kevan masih menatapku heran dan sedikit kaget, ya ini bukanlah aku biasanya. Tidak lama Kevan terkekeh hingga tubuhnya bergetar, aku juga ingin tertawa tapi aku masih dalam misi menyuruh Kevan makan.

"Kamu tuh malah bikin gemes tau ngga kalau gaya kayak gitu" ledek Kevan, ish gagal deh godain Kevan.

Akhirnya Kevan menyerah dan mengajakku makan bersamanya.

"Kapan kamu mau nikah?"

"Uhukk uhukk" asem, kenapa tiba-tiba Kevan nanya gini sih, kan jadi mau eh malu.

"Pelan-pelan dong sayang makannya, ngga ada yang ambil makananmu kok" Kevan mengusap ujung bibirku, makin panas nih wajah, lagian kan dia yang buat aku keseleg tadi.

"Kan lo yang buat keseleg Van" pekikku sebal menutupi kegugupanku karena sikapnya tadi.

Kevan terkekeh lalu mengacak puncak kepalaku, jika didekatku dia bersikap manis, tapi diluar ruangan ini Kevan bisa jadi pangeran super cool.

"Gue serius Dis, gue mau lamar lo secara resmi nanti dihadapan orang tua lo"

Deg

Wajah serius Kevan kali ini buat aku meleleh. Ku tatap matanya dan benar kulihat kesungguhan dan keseriusannya untuk menjalin hubungan lebih serius denganku.

Enam tahun lebih kami berpacaran bahkan sempat dalam jarak jauh bukan hal mudah, dan tidak selalu baik. Seringkali kami bertengkar kecil namun semua masalah mampu kami hadapi hingga saat ini, saat Kevan ingin membuat hubungan kami ke jenjang pernikahan.

"Adis? Are you there?"

Pertanyaan Kevan menyadarkanku dari lamunan, "eh iya Van"

"Jadi bagaimana?" Tanyanya lagi,

"Jawaban gue sama seperti saat lo melamar gue di bandara beberapa hari lalu kok Van, gue selalu siap karena gue percaya sama lo"

Ku genggam tangan Kevan, senyum bahagia terukir di wajahnya. Kemudian Kevan mencium keningku beberapa detik, "thanks my Princess"

"Anytime my Prince"

"Tapi panggilnya diganti dong" pinta Kevan dengan nada manja, aku menatapnya bingung masih belum tahu apa maksudnya.

"Aku kamu jangan gue elo lagi" lanjut Kevan menjelaskan maksud ucapannya.

Aku terkekeh, "oke sayang" mengecup pipinya sekilas lalu melanjutkan makan siang yang tertunda. Kevanpun terkekeh kecil lalu ikut melanjutkan makan.

Hatiku bahagia banget rasanya, entah kenapa, tapi satu hal yang kuinginkan saat ini melebihi impian-impian yang lain yaitu hidup bersama Kevan hingga nanti rambut kami beruban, wajah kami dipenuhi keriput dan usia kami senja, amin, hehe.

***
Akhirnya update,, ditunggu vomentny yah :)

See next part ;)

Bandit Crew 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang