Prologue

4.4K 287 43
                                    

Title : Another Love
Author : Sherry Kim
Main C : Jung Yunho
Kim Jaejoong
Other

Rate : T- M
Gener : Romace, Drama, Sad, Horor comedy, Fantasy, etc...

WARNING

Yaoi. DON'T LIKE DON'T READ.
Cerita ini milik saya seorang.
Pemain milik Tuhan Y.M.E dan diri mereka.

Happy Reading...!

"Pada setapak kereta yang kosong dan tak berpenghuni, aku menanti sepotong hati yang kau bawa pergi. Sementara sang waktu sibuk merayu rindu yang tak sabar menunggu sebuah temu."

#Lluvia.

Hembusan angin musim panas menyapa wajah cantik Jaejoong, meniup rambut almond berpotong pendek miliknya menari kesana kemari, ia berdiri terburu buru dari kursi yang di dudukinya saat kereta berhenti di balik kaca pembatas pada dinding luar Station.

Pandanganya tertuju pada satu satunya pintu exit mencari wajah yang selalu ia tunggu setiap hari terutama saat ini, ia masih setia memenunggu meski dirinya sudah menunggu sejak matahari belum menampakan sinarnya sampai matahari akan menuju peraduan. Namun Wajah itu tidak tampak sampai penumpang terakhir keluar dengan kereta itu melaju pergi.

Jaejoong yakin akan menemukan wajah itu jika ia bersabar menunggu kereta berikutnya, hanya sampai kereta berikutnya, jika sampai saat itu masih tidak menemukan seseorang yang di tunggu tunggu olehnya, maka sekali lagi ia harus bersabar menunggu sampai kereta minggu berikutnya yang membawa muatan serta penumpang dari semenanjung perbatasan Korea tiba.

Sudah puluhan kali Jaejoong menghibur diri sendiri dengan mengatakan kepada dirinya bahwa dengan bersabar penantianya akan berujung manis, penantian panjangnya tidak akan sia sia jika dirinya mau bersabar lebih, sedikit lagi pria itu mungkin akan kembali menepati janji yang telah pria itu janjikan.

Tetapi Jaejoong juga manusia biasa, dimana kesabaran yang ia miliki bisa menipis dengan bergulirnya waktu, keyakinanya yang ia miliki terkikis setiap detik yang berlalu.

Apakah dirinya terlalu membodohi diri sendiri dengan mengatakan dia akan kembali jika ia mau bersabar sampai beberapa jam lagi, sehari lagi atau sampai minggu berikutnya sampai ia berpura pura buta akan waktu yang telah ia lalui selama berbulan bulan lamanya.

Jaejoong merasa wajahnya memanas dengan bola mata mulai terasa nyeri, pandanganya membur saat melihat kereta itu menghilang di ujung kejauhan sana, ia merasa sesuatu yang basah dari ujung mata lolos begitu saja saat mendongak untuk menahan kesedihan itu kembali merasuki jiwa. Ia terlalu lama membohongi diri sendiri dengan percaya bahwa dia akan kembali. Kenyataanya dia tidak akan kembali meskipun ia sangat yakin kekasihnya ingin kembali untuk menemui Jaejoong disini.

Jika pria itu masih ada, tentu kekasihnya akan menagih janji serta jawaban yang pria itu inginkan. Jawaban atas pertanyaan yang belum Jaejoong jawab sampai sekarang. "Maukah kau menikah denganku."


Harusnya ia menjawab sebelum pria itu naik kedalam kereta untuk pergi, bukanya menuruti pria itu untuk memberinya jawaban saat dia kembali.

Dia berjanji akan kembali pada musim semi, musim panas telah tiba dan ia masih juga belum kembali, menyisakan Jaejoong yang setia disini menunggu dengan segenap kepercayaan serta Doa agar dia yang terciinta secepatnya kembali.

Jaejoong selalu berharap seseorang yang ia tunggu akan melangkah keluar dari kereta dengan terburu buru seperti setiap kali kekasihnya itu kembali pada bulan bulan sebelumnya untuk segera mencari Jaejoong di antara kerumunan. Dia akan berlari dengan senyuman hangat untuk menghampiri Jaejoong, memeluk Jaejoong dan mencium Jaejoong dengan segenap jiwa sampai Jaejoong merasa melebur bersama dia yang selalu ia rindukan, seperti ia yang selalu membutuhkan udara untuk bernafas. Seseorang yang menghuni hatinya, selalu, dan ia berharap selamanya.

Sesak didada membuat Jaejoong susah bernafas, air mata itu mengalir semakin deras dan ia berharap dapat menghentikan air mata itu karena Jaejoong tidak ingin kekasihnya melihat wajahnya berantakan.

Saat kereta terakhir membawa penumpang dari semananjung namun tidak membawa dia kembali bersamanya hati Jaejoong semakin di remas kuat, jantungnya terasa semakin remuk redam, begitu menyakitkan melebihi tikaman pisau belati sampai ia tidak sadar seseorang berjalan kearahnya.

Menarik jaket untuk menutupi tubuhnya yang menggigil ia tahu dirinya bukan kedinginan, tetapi Jaejoong hanya ingin berlindung dari takdir yang memisahkan cinta mereka, seakan jaket yang ia kenakan mampu menutupi kelemahannya kasat mata. Cinta.

Ia sudah akan berputar menjauh saat mendapati seseorang berdiri di sisinya.

"Kau masih menunggunya?" Pria itu berdiri begitu dekat denganya, seakan siap untuk menahan tubuh Jaejoong jika kapan saja dirinya pingsan. Tetapi ia tidak akan pingsan, tidak untuk kesekian kali setiap tidak menemukan dia kembali dengan kereta terakhir di malam minggu.

Pria itu memakai seragam tentara, sama seperti kekasihnya. Tetapi bukan dia yang saat ini berdiri di hadapanya meskipun Jaejoong berharap itu dia.

Sungguh ironis karena Jaejoong selalu membohongi dirinya sendiri dan itu terjadi sudah terlalu lama dan jika dia akan kembali pastilah sudah kembali kesisinya. "Dia berjanji akan kembali, Siwon, dia sudah berjanji akan kembali." Suara itu bagai hembusan angin musim dingin, membekukan setiap jiwa siapapun yang mendengarnya.

"Dia tidak akan kembali." Ujar pria berseragam tentara bername tag Choi Siwon itu kepada Jaejoong. "Kau membodohi dirimu sendiri Jae, karena Dia sudah pergi dengan terhormat untuk menyelamatkan warga sipil dari serangan pemberontak." Siwon tidak berniat mengatakan itu dengan suara keras, tapi kenyataanya berbeda. "Changmin telah pergi dengan bahagia dan dia tidak akan pernah kembali." Siwon maju selangkah saat menyadari tubuh pria yang berdiri di hadapanya akan limbung.

Mencari kenyamanan, Jaejoong menyandarkan keningnya di atas pundak Siwon. Menghirup aroma samar yang mengingatkan dirinya dengan kekasihnya. "Kau memikili aroma yang hampir sama denganya."

"Itu karena kami memakai deterjen pencuci pakaian yang sama." ujarnya sedikit bercanda, meski pada kenyataanya tidak di ragukan.

"Adakah benda lain yang kau temukan untukku," Suara Jaejoong bergetar. "Untukku selain surat serta cincin penikahan yang seharusnya aku dan dia kenakan." Tangisan Jaejoong pecah. "Seharusnya kami sudah menikah dua bulan lalu." ujarnya sendu.

Tangan Siwon terulur untuk menenangkan dengan tepukan ringan punggung kecil Jaejoong yang semakin bergetar hebat.

Seorang pria lain berdiri di hadapan Siwon dengan mata sembab. Istrinya Kim Kibum memperhatikan Jaejoong dalam diam yang melemas di dalam pelukan suaminya.

"Dia pingsan lagi."

"Aku rasa ini lebih baik dari pada melihatnya berdiri disini sampai tengah malam." Siwon menyelipkan lenganya di belakang lutut Jaejoong, mengangkat tubuh pria yang tidak lebih tinggi darinya itu dengan mudah. "Ia jauh lebih ringan dari terakhir kali aku menggendongnya." Kenyataan itu membuat Siwon merasa sedih.

"Mungkin aku juga akan perperilaku sama jika kau yang tidak kembali dalam peperangan itu."

Langkah Siwon terhenti. Menatap punggung mungil istrinya yang menjauh sebelum membuka pintu belakang mobil untuk Jaejoong. "Aku mencintaimu begitu besar. Sama besarnya seperti Jaejoong mencintai Changmin sampai tidak bisa menerima kenyataan orang yang kita sayangi telah pergi."

~TBC~

Apa ini... Hua... Aku lagi sukanya nge,,,angst.

Tapi kan cuma di awalnya saja, pada akhirnya gak tau nyasar kemana. ~Senyum gaje~ adakah yang minat. Tinggalkan jejak.

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang