That Girl

801 49 4
                                    

(Full Levi and Eren side)

Eren POV
Mikasa tak pernah saki. Mikasa kuat. Mikasa selalu melindungiku. Namun melihatnya terkulai lemas di kamarnya dan aku tak bisa berbuat apa-apa.
"Sial!" Geramku disamping tempat tidurnya. Harusnya aku menjemputnya, bukanya membiarkan dia pulang sendirian!
Aku teringat beberapa jam yang lalu saat Mikasa dibawa pulang oleh salah satu sensei kami.

Flashback On

*Ting Tong*
"Eren! Mungkin itu mikasa!" Mama histeris didalam pelukan papa. Mama memang seorang drama queen. Tapi bukan berarti aku tak khawatir akan keberadaan Mikasa. Ini sudah jam setengah dua belas dan dia belum juga sampai rumah.
Aku segera membukakan pintu saat kulihat Seorang bocah sedang menggendong Mikasa dipunggungnya dan wajahnya terlihat sangat kelelahan dan...emm...bagaimana aku menyebutnya ya? Marah mungkin.
"Mikasa!"Mama tiba-tiba muncul dibelakangku dan mengagetkanku.
"Apa ini kediaman Jeager?" Tanya si anak kecil itu. Mungkin dia masih SMP.
"Oh! Levi-sensei." Papa tiba-tiba mengejutkanku. Hebat, kenapa tak semua orang dirumah ini saja mengagetkanku sekalian sampa aku serangan jantung? Tapi tunggu, papa tadi bilang Levi-sensei? Hmm, ah! Dia salah satu guru di sekolahku.
"Eren! Cepat ambil Mikasa dari punggung Levi-sensei! Kau merepotkannya!" Mama mulai marah-marah karena membiarkan Mikasa tetap dalam gendongan Levi-sensei karena tak ingin merepotkannya, huh bilang saja dia ingin aku yang kerepotan.
Saat aku hendak mengambil Mikasa, Levi-sensei mundur satu langkah,"Oi brat! Show me her room." Cih! Bocah ini minta dihajar ya?! Ingin sekali aku membalas perkataannya, tapi papa menahanku dan mempersilahka Levi-sensei masuk. Cih, kenapa dia diperlakukan spesial begitu?
Mikasa sekarang sudah dikamarnya, dan Levi-sensei sudah menceritakan semuanya. Aku terkejut saat dia berkata bahwa Mikasa tak melakuka perlawanan apapun, bukan seperti Mikasa biasanya. Akhirnya aku memilih menjaga Mikasa, sedangkan Levi-sensei dipaksa oleh Mama untuk bermalam dirumah kami. Untunglah rumah kami memiliki beberapa kamar tamu, karena aku tak ingin menyerahkan kamarku.

Flashback off

Ini sudah setengah jam saat Mikasa sampai dirumah. Mungkin juga Levi-sensei sudah tidur. Tiba-tiba saja pintu kamar Mikasa terbuka, lalu menunjukan seseorang dibalik pintu itu. Levi-sensei.
"Tidurlah. Besok kau ada kelas jam tujuh pagi dengan Mr. Erwin." Kata Levi-sensei datar. Dan seketika seperti duniaku terbalik, aku belum megerjaka tugas portofolioku yang diberikan Mr. Erwin.
Aku membungkuk kepada Levi-sensei lalu berlari keluar kamar Mikasa. Sial! Sepertinya aku tak akan tidur malam ini!

***

Levi POV

Aku mengantar bocah manis ini kerumahnya. Ny. Jeager sangat berterima kasih karena aku yang menyelamatkan putrinya. Dan sebagai gantinya aku dipaksa untuk bermalam karena sudah terlalu larut.
Aku membersihkan diriku lalu berjalan menuju kamar Mikasa. Kulihat Eren sedang menatapku.
"Tidurlah. Besok kau ada kelas jam tujuh pagi dengan Mr. Erwin."
Eren membelalakan matanya lalu berdiri dan memberiku salam dan segera berlari keluar.
Aku berjalan kesamping tempat tidur Mikasa. Aku tahu, aku menyukainya sejak aku tak sengaja menciumnya tadi. Tapi aku memiliki Petra. Tapi aku tak pernah segugup ini disamping seorang gadis. Tapi aku juga menyayangi Petra. Aku menatap gadis itu dalam. Cih! Apa yang terjadi padaku?!
Dahi Mikasa mengerut dan mulai menangis dalam tidurnya Aku mengelus rambut panjang Mikasa untuk menenangkannya. Apakah ini pertama kalinya dia diganggu? Aku menghapus air matanya lalu tanpa diduga mikasa memegang tanganku.
"Ren...eren...jangan...pergi..." Apa dia mengalami Brother Complex? Aku tak peduli. Namun ada perasaan yang tak mengenakan bagiku, seeing her cry over that stupid brat.

***
Eren POV
Aku. Lagi. Lagi. Terlambat. Hebat. Sekali!
Memang biasanya aku dibangunkan oleh Mikasa, tapi aku lupa kalau dia sedang sakit hari ini -_-"
Lagi pula kemana Levi-sensei? Cih nampaknya mama dan papa juga sengaja tak membangunkanku. Ugh!
Aku mengendarai motorku dengan kecepatan diatas rata-rata, saat aku melewati gang kecil aku melihat seorang gadis pirang mengenakan seragam sekolahku.
Aku berhenti dan menyadari bahwa gadis itu Annie Leonhart. Gadis penyendiri yang menarik perhatianku. Aku memarkir motorku agak dekat dengan gang itu untu mencoba mencuri dengar apa yang mereka bicarakan

"Aku mau ke sekolah! Menyingkir!" Annie tampaknya sedikit marah. Aku mengintip dan dia ternyata sedang dihadang dua murid laki-laki.
"Kalau aku tak membiarkanmu lewat bagaimana?" Kata Salah satu murid laki-laki yang tubuhnya besar dan beramput pirang pasir. Kulihat seragam mereka, cih! Lambang itu! Titanium HS.
Tiba-tiba aku melihat hal yang mungkin bisa terhitung sebagai wonders of the world. Annie menangis. Sial aku terlalu banyak melamun tadi sehingga tak mendengar apa yang mereka bicarakan. Tanpa peduli mereka dari sekolah musuh aku mengambil balok kayu dan meghantamkan pada dua siswa Titanium HS dan menarik Annie.
"Naik!" Kataku yang sudah siaga diatas motor. Annie terlihat bingung, namun saat dia melihat dua siswa tadi mulai bangun dia dengan cepat menaiki motorku. Tanpa tunggu aba aba lagi aku melajukan motorku dengan cepat.

***

Levi POV

Pukul lima pagi aku sudah berpamitan dari kediaman Jeager. Saat berpamitan Ny. Jeager tampak begitu khawatir. Jelas saja, karena aku tak tidur semalaman karena menjaga putrinya.
"Levi-sensei, apa ini tak terlalu pagi? Marilah ikut sarapan dengan kami." Ny. Jeager membujukku.
"Terima kasih atas tumpangannya untuk semalam. Aku permisi." Aku membungkuk memberi salam lalu pergi.
"Hah~ sudahlah ma, Levi memang seperti itu dari dulu." Kata Grisha yang masih bisa kudengar.

Aku berjalan menuju tempat terakhir aku memarkir mobilku. Saat tiba ternyata mobilku sudah hilang.
"Cih! Aku lupa mencabut kunci lagi ternyata. Biarlah." Aku melirik jam dan ini masih jam enam, mungkin aku bisa lari pagi sebentar.

Sekitar lima belas menit aku berlari akhirnya aku sampai diujung kota Shiganshina. Ya, aku tinggal diujung kota dekat hutan dan sungai. Lebih tepatnya itu wilayah pribadiku.

"Levi!" Erwin terkejut saat melihatku dengan pakaian kusut dan berkeringat."Dari mana saja kau? Kenapa semalam kau tak pulang? Kemana mobilmu?" Erwin menghujaniku dengan rentetan pertanyaan yang mmbuatku jengkel.
"Membantu siswa. Hilang." Aku menjawab seperlunya dan langsung masuk kedalam rumah.

Perkenalkan sepupuku, Erwin Smith. Alis tebal, bibir tipis, rambut pirang, rahang tegas dan paling penting adalah, dia sangat CEREWET.
"Levi! Sudah berapa kali kau membiarkan mobilmu dicuri hah?" Erwin memulai khotbahnya lagi. Aku berjalan masuk tanpa memedulikan ocehannya.
"Kau pikir dengan seluruh uang yang Aunty Kushell hasilkan kau bisa seenaknya menghamburkan untuk mobil baru setiap minggu?!" Erwin mengikutiku terus dengan setiap ceramahannya. Aku kedapur untuk membuat secangkir susu hangat.
"Pikirkan apa yang akan aunty Kushell katakan jika dia tahu kau menghilangkan mobil lagi! Ini sudah kelima kalinya, oi Levi!" Aku membuka nakas didapur dan mendapati beberapa kotak susu bubuk dengan beberapa rasa, aku tanpa melihat mengambil satu kotak dan menuangkan beberapa sendok bubuk susu kedalam gelasku.
"Aku harus mengataka apa pada aunty Kushell?! Kau harus mulai memperhatikan sekitarmu!" Aku meyeduhnya dan aroma strawberry mulai tercium, aku menunduk untuk melihat susu apa yang sedang kuseduh.
"Hei Levi! Aku bicara padamu!" Tsk! Menyebalkan. Aku membuang isi gelasku dan menatap tajam pada Erwin.
"Aku mendengarmu! Sepupu!" Aku berjalan melewatinya yang sedang menggelengkan kepalanya melihat tingkahku. Aku tak memedulikannya, bukan berarti aku tak menganggapnya. Hanya saja, gadis strawberry itu memenuhi isi kepalaku.
Saat aku sampai di depan kamarku, Erwin memanggilku.
"Ini susu yang kau buang tadi. Aku sudah menyeduh yang baru. Strawberry hmm? Suatu hall baru untukku mengetahui sekarang kau menyukai strawberry." Ada jeda yang cukup lama antara aku dan Erwin. Sampai jam besar dirumah kai berbunyi sebanyak tujuh kali yang artinya sudah jam tujuh.
"Emm. Aku harus segera pergi. Ingat, kau dibawah tanggung jawabku atas permohonan aunty Kushell. Kumohon berhenti berulah. Kau guru Holy Saint HS. Ingat itu." Dan Erwin pun meninggalkanku dengan susu laknat ini.

***

(Eren POV)

Aku mengandarai motorku dengan cepat hingga para Titan itu tak bisa mengejarku lagi. Aku berhenti untuk melihat Annie yang menghapus air matanya.
"Terima kasih." Katanya,"Anggap kau tak melihat kejadian tadi." Katanya lagi dan langsung berjalan menjauhiku.
"Hey," aku menarik lengannya agar aku bisa menatap wajah cantiknya."setidaknya ucapam terima kasih akan sangat ku hargai." Annie masih tak memalingkan wajahnya, jengkel dengan sikapnya yang acuh itu aku henda menyemburkan kata-kata kasar namun dia dengan cepat membalikkan wajahnya menghadapku.
"Terima kasih Eren Jeager sang pahlawan!" Jawab Annie dengan linangan air mata di pelupuk matanya."Kau puas sekarang?" Tambahnya sambil melepaskan cekalan tanganku.
"Jangan mendekatiku lagi." Katanya lalu berlari menjauhiku. Aku sempat terkejut dengan air matanya hingga handphoneku berbunyi membuatku tersadar.

Aku merogoh ponselku, ternyata bunyi alarm yang menunjukan pukul delapan. Cih! Aku harus menyusl Annie, kita sudah sangat terlambat.
Aku menyalakan motorku lalu berusaha mengejar Annie.

If I StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang